Bogor, 28/2 (Antara) - Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (PTTKEK) Bogor yang terletak di Jalan Semeru, Kota Bogor, Jawa Barat, memfokuskan layanan dalam menangani kasus gizi buruk di wilayah tersebut.

"Hingga akhir 2012 sebanyak 50 balita penderita gizi buruk dan gizi kurang menjalani perawatan disini (PTTKEK)," kata Peneliti PTTKEK, Arnelia, di Bogor, Kamis.

Arnelia menjelaskan, penanganan kasus giziz buruk khususnya di Bogor seperti fenomena gunung es, yakni semakin dicari semakin banyak jumlah kasusnya muncul ke permukaan.

Pencarian dan penjaringan penderita gizi buruk di wilayah Kota maupun Kabupaten Bogor dilakukan oleh PTTKEK dengan cara `screening` di posyandu dan puskesmas yang ada di dua wilayah tersebut.

"Penemuan balita gizi buruk dan kurang ini dilakukan saat melakukan screening dalam penelitian PTTKEK di posyandu dan puskesmas yang ada," katanya.

Balita yang menderita gizi buruk dan gizi kurang tersebut lalu di bawa ke Pusat Teknologi Terapan?Kesehatan dan Epidemiologi Klinik untuk menjalani perawatan dan pemeriksaan.

Selama diklinik balita tersebut diberikan perlakuan untuk mengembalikan kondisi kesehatan dan tubuhnya.?

"Perlakuan juga diberikan untuk orang tuanya, mereka diberikan konsultasi serta obat secara gratis hingga kondisi berat badan balita tersebut berangsur normal kembali," katanya.

Seluruh kebutuhan balita dari konsultasi, pemeriksaan hingga pemberian obat selama di PTTKEK gratis dilakukan.?

Menurut Arnelia, untuk bisa memulihkan kembali kondisi balita tersebut, tergantung bagaimana niat dan kemauan sang ibu dalam merawat buah hati sesuai instruksi yang berikan tim kesehatan di PTTKEK.

Namun, lanjut Arnel,?kedala utama dalam penanganan kasus gizi buruk ini adalah kurangnya disiplin para?orang tua dalam merawat anaknya sehingga untuk memulihkan kondisi balita dengan gizi kurang atau buruk perlu waktu lama.

"Selama pemeriksaan dan perawatan di PTTKEK berat badan balita mengalami kenaikan dan kemajuan, setelah perawatan dilimpahkan kepada orang tua, berat badan anaknya kembali turun akibat ketidakdisiplin orang tua dalam memberikan makanan dan obat yang teratur," ujarnya.

Arnel menambahkan, hingga kini pihaknya terus melakukan penelitian penjaringan pasien gizi buruk di sejumlah wilayah baik di Kota maupun Kabupaten Bogor.

"Salah satu faktor penderita gizi buruk adalah kemiskinan. Kemiskinan yang membuat tingkat pendidikan masyarakat rendah sehingga tidak paham untuk menjaga kesehatan," ujarnya.



Laily R





Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013