Kansas City (Antaranews Megapolitan/Reuters) - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Selasa mengaku pihaknya masih membuka pintu perundingan baru untuk menghapus nuklir dari Iran.

Trump menyampaikan pernyataan tersebut dua hari setelah melempar ancaman pada Teheran di akun Twitter-nya.

"Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Namun kita siap untuk mengupayakan kesepakatan baru yang lebih baik, dan bukan kesepakatan yang ditandatangani oleh pemerintahan sebelumnya, yang sangat buruk," kata Trump saat berpidato di depan organisasi para veteran perang Amerika Serikat.

Sebelumnya pada Senin, Trump menyatakan Iran akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan, "seperti yang pernah dialami beberapa negara lain" jika para elit di Teheran terus mengancam Washington.

"Jangan pernah mengancam Amerika Serikat, atau Anda akan menghadapi konsekuensi seperti yang diderita oleh beberapa (negara) lain sepanjang sejarah. Kami bukan lagi negara yang tunduk pada kata-kata gila tentang kematian dan kekerasan dari Anda. Berhati-hatilah!" tulis Trump di Twitter.

Ancaman itu merupakan balasan atas pernyataan Presiden Iran Hassan Rouhani yang menyerukan kepada Trump agar "tidak bermain-main dengan ekor singa jika tidak ingin menyesal."

"Amerika harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah ibu dari segala perdamaian, dan perang melawan Iran adalah ibu segala perang," kata Rouhani sebagaimana dikutip dari kantor berita IRNA.

Peningkatan perang kata-kata antara Amerika Serikat dan Iran sudah dimulai sejak Trump menarik diri dari perjanjian nuklir internasional dengan Teheran dua bulan lalu. Sang presiden beralasan bahwa kesepakatan tersebut hanya menguntungkan Iran.

Pemerintahan Amerika Serikat kemudian berupaya kembali menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran, termasuk menyeru semua negara di dunia untuk berhenti mengimpor produk minyak dari republik Islam tersebut.

Upaya pengucilan Iran dari perdagangan minyak internasional itu kemudian ditanggapi oleh Iran, yang menyatakan bahwa mereka akan mengacaukan jalur pengapalan minyak dari negara-negara Timur Tengah lainnya.

Penerjemah: GM.N.Lintang/T. Mutiasari.    

Pewarta: Reuters

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018