Bogor (Antaranews Megapolitan) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meluncurkan Agenda Riset Keagamaan Nasional (ARKAN) 2018-2028, dan mengharapkan riset yang dihasilkan itu memberi kemanfaatan dan pemasok kebijakan.

"Hasil riset harus memiliki nilai kemanfaatan yang signifikan, dan juga menjadi pemasok kebijakan baik bagi Kemenag, pemerintah maupun pembuat kebijakan," kata Lukman saat membuka kegiatan Konferensi Tahunan Proposal Riset atau `Annual Conference on Research Proposal` (ACRP) Kemenag di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Lukman menjelaskan, ARKAN yang sekaligus dikaitkan dengan ACRP adalah cara Kementerian Agama melalui Dirjen Pendidikan Islam dan Dirjen Pendidikan Tinggi Islam untuk menghimpun para penelitian yang ada di setiap perguruan tinggi Islam di Indonesia untuk bersama-sama memiliki persepsi yang sama meneliti isu-isu keagamaan yang berkembang di Indonesia bahkan belahan dunia.

Kementerian Agama telah menyiapkan anggaran Rp45,7 miliar untuk program penelitian yang akan diberikan kepada 881 proposal terpilih melalui proses seleksi.

Tahun 2018 ini jumlah pengusul proposal riset dan publikasi mencapai 1.967 judul. Proposal yang masuk diseleksi secara administrasi dan validasi data hingga terpilih 1.490 judul.

Lukman mengingatkan kepada seluruh penerima program bantuan penelitian agar riset yang dihasilkan memiliki nilai kemanfaatan yang signifikan terutama bagi tiga kelompok yakni PTKI sendiri, Kementerian Agama, serta masyarakat global.

Menurut dia, jangan ada lagi hasil penelitian yang hanya selesai tanpa ada tindak lanjut dan tersimpan di rak-rak buku di Kementerian Agama.

"Penelitian yang dilakukan betul-betul mempunyai makna dan relevansi dengan kehidupan kita," katanya.

Ia mengingatkan, agenda riset keagamaan nasional tidak cukup hanya berdasarkan studi literatur, tapi juga menjangkau generasi millenial saat ini.

Menurut Lukman, isu riset ARKAN harus relevan dengan situasi dan kondisi saat ini, karena berdasarkan hasil rapat dengan Presiden Joko Widodo terkait anggaran 2019.

Terkait anggaran riset Nasional yang dikucurkan triliunan karena banyaknya penelitian dan lembaga melakukan riset tetapi hasilnya tidak diketahui.

"Makanya saya berharap Kemenag harus mampu menjelaskan semua hasil riset kita untuk kepentingan apa dan siapa. Karena tanpanya, jangankan dipertahankan, dikurangi, bisa jadi dihilangi. Presiden sudah gregetan," kata Lukman.

Sementara itu, di satu sisi, lanjut Lukman, banyak program yang memerlukan bantuan yang lebih nyata seperti infrastruktur madrasah yang ada di Indonesia.

"Ini tantangan bagaimana penelitian di Kemenag punya relevansi integritas, realitas, menjadi pemasok kebijakan," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018