Bogor (Antaranews Megapolitan) - Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat menggelar lokakarya dengan tema "Digital Standards and Editors Association of Asia-Pacific Scientific Journals" yang diikuti 22 negara Asia-Pasifik guna mengetahui batasan jurnal pada umumnya.

"Lokakarya adalah salah satu cara untuk meningkatkan standar maupun batasan pembuatan jurnal (karya ilmiah) yang selama ini kurang memiliki kualitas secara pembuatannya, khususnya di Indonesia," kata Rektor IPB Arif Satria di Botani Kota Bogor, Rabu.

Menurut dia, indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari jumlah publikasi karya ilmiah pada jurnal bertaraf internasional.

Saat ini, katanya, publikasi karya ilmiah memang cukup banyak, namun belum masuk standar internasional karena kualitas jurnal ditentukan kinerja dewan editor.

Belum adanya batasan yang menentukan pembuatan hingga publikasi jurnal, katanya, mengakibatkan penentuannya masih menggunakan tahapan terdahulu.

Ia mengatakan jurnal pada umumnya memiliki nilai yang cukup tinggi dan harus ada sistem penyesuaian agar bisa mendapatkan ruang atau tempat tersendiri.

Hal itu, katanya, dapat terlihat pada zaman sekarang, di mana keberadaan jurnal hanya sebatas tulisan.

Ia mengatakan pada dasarnya, dengan adanya jurnal, dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan, khususnya editor maupun pelakunya.

Selain itu, katanya, jurnal sebagai metode publikasi dari hasil penelitian.

Ia mengatakan lokakarya itu mengulas spesifikasi terkait dengan jurnal yang selama ini belum mendapatkan ruang tersendiri.

Pada masa mendatang, katanya, keberadaan jurnal harus beriringan dengan perkembangan ilmu dan teknologi pada era industri aplikasi dalam suatu sistem yang bernama e-jurnal.

Ia menambahkan sistem tersebut akan melakukan deteksi, berupa proses indikasi dan dampak ilmiah, sehingga suatu tulisan dapat diketahui secara cepat.

"Sehingga tidak ada lagi jurnal yang sama, di mana pelaku jurnal sering kali melakukan kecurangan dengan membelinya dengan harga yang mahal tanpa mau membuat penelitian dan itu sering terjadi," katanya.

Ia mengatakan bila hal tersebut sudah ada batasan maka akan ada ruang tersendiri untuk membuat jurnal dan editor dapat memublikasikan secara luas.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Mohamad Nasir mengatakan sudah sepantasnya penelitian tentang jurnal dilakukan agar dapat dipublikasikan secara baik dan benar.

Hingga saat ini, terpantau sedikit mereka yang membuat jurnal sesuai aturan karena memang belum ada batasan yang jelas.

Pewarta: Mayolus Fajar Dwiyanto

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018