Bogor (Antaranews Megapolitan) - Hiperglikemia adalah kondisi yang dialami oleh penderita diabetes melitus dimana kadar glukosa darah melebihi kondisi normal (di atas 60-110 mg/Dl). Peneliti dari Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) Syamsul Falah menjelaskan bahwa penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang sangat serius.

“Penderita diabetes melitus dapat mengalami komplikasi kronis berupa nefropati (gangguan fungsi ginjal), neuropati (gangguan fungsi syaraf) dan retinopati (gangguan retina mata), gangguan kardiovaskular serta dapat menyebabkan hipertensi akibat radikal bebas yang dihasilkan selama keadaan hiperglikemia.

Obat sintesis yang biasa digunakan seperti glibenklamid dan akarbosa dapat menurunkan kadar gula darah, namun dapat menimbulkan efek samping seperti menaikkan bobot badan bahkan jika dosis tidak tepat berakibat pada hipoglikemia. Begitu juga akarbosa dapat berefek samping diantaranya diare, kembung dan kejang perut sehingga perlu dibatasi,” ujarnya.

Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif yang tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh. Salah satu yang berpotensi sebagai tanaman herbal penurun glukosa darah adalah  surian.

“Daun surian (Toona sinensis) di Taiwan digunakan sebagai sayuran, sedangkan di Cina dijadikan teh herbal yang berhasiat untuk antidiare dan antiinflamasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun surian memiliki aktivitas antioksidan. Sedangkan untuk antidiabetes, penelitian masih menggunakan hewan model mencit dan tikus yang menunjukkan mampu menurunkan kadar glukosa darah.  Oleh karena itu potensi daun surian sebagai anti hiperglikemia cukup besar,” tuturnya.

Syamsul dan rekan penelitinya yaitu Rori Theresia dan Mega Safithri mencoba menguji ekstrak kulit dan daun surian (Toona sinensis) pada tikus diabetes untuk mengetahui efek dan manfaatnya.

Dari percobaannya peneliti ini menemukan dosis terbaik ekstrak etanol kulit dan daun surian yang dapat menurunkan kadar glukosa darah adalah 150 mg/kg bb. Kelompok ekstrak kulit 150 mg/kg bb memiliki aktivitas antihiperglikemia yang lebih baik dibandingkan kelompok lainnya. Ini ditunjukkan oleh persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar 72,83%.

“Aktivitas ini hampir 2 kali lebih baik dari obat komersil glibenklamid yang menurunkan kadar glukosa darah sebesar 31,39%. Kelompok tikus yang diberi ekstrak kulit 150 mg/kg bb juga memiliki kemampuan mempertahankan bobot badan lebih baik dibandingkan kelompok ekstrak lainnya serta konsumsi pakan yang stabil selama proses penelitian,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa kandungan  fitokimia dalam daun yaitu senyawa flavonoid yang dikandung memiliki peran sebagai penurun kadar glukosa darah.

“Perlu penelitian lebih lanjut tentang komponen bioaktif daun Surian dan mekanisme penurunan kadar glukosa dalam darah tikus diabetes yang diinduksi Streptozotocin,” ujarnya.(IR/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Syamsul Falah

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018