Jakarta (Antaranews Megapolitan) - "Ke Jakarta aku 'kan kembali, walaupun apa yang kan terjadi ...." Sepenggal lirik lagu Koes Plus, grup musik tempo doeloe yang populer pada era 1970-an, berjudul "Kembali ke Jakarta" ini boleh jadi menginspirasi perjuangan para pemudik untuk kembali ke Ibu Kota setelah menghabiskan liburan Lebaran di kampung halaman mereka.   
   
Betapa tidak, perjuangan balik ke Jakarta tentu akan lebih berat daripada ketika mudik ke kampung halaman. Saat mudik, rasa kangen kampung halaman, menjadi "vitamin" pemicu semangat sehingga rasa lelah, capai, dan jenuh setelah melakukan perjalanan jauh diselingi kemacetan berjam-jam, dapat langsung sirna setelah bertemu sanak keluarga untuk berlebaran.

Sebaliknya, ketika kembali ke Jakarta, dengan kondisi ketahanan fisik yang telah terkuras dan isi dompet terbatas, menjadi tantangan tersendiri sebagai beban psikologis yang harus diatasi. Ditambah lagi sesampainya di Ibu Kota, pekerjaan rutin telah menanti, bahkan bisa jadi menumpuk setelah ditinggal pergi berhari-hari.

Oleh karena itu, untuk meringankan perjuangan kembali ke Jakarta, para pemudik harus cerdas memilih hari yang tepat agar tidak terjebak kemacetan. Berdasarkan pengalaman, pada lonjakan arus mudik yang terjadi di H-6 dan H-3 Lebaran 2018, memberikan indikasi bahwa lonjakan arus balik juga akan terjadi dalam dua gelombang yang perlu diantisipasi.

Perkiraan puncak arus balik dalam dua gelombang keberangkatan didasarkan pada perbedaan waktu libur pegawai swasta dan aparatur sipil negara, serta libur anak sekolah, seperti terlihat dalam dua gelombang puncak arus mudik pada 6 hari menjelang Lebaran dan 3 hari menjelang Lebaran.

Pemerintah telah menetapkan cuti bersama Lebaran 2018 untuk aparatur sipil negara sebanyak 7 hari kerja, yaitu pada tanggal 11, 12, 13, 14, 18, 19, dan 20 Juni. Mereka akan mulai masuk kerja pada tanggal 21 Juni. Sementara itu, sebagian besar perusahaan swasta menetapkan cuti bersama selama 4 hari kerja, yaitu pada tanggal 13, 14, 18, dan 19 Juni. Mereka mulai bekerja kembali pada tanggal 20 Juni.

Liburan anak sekolah lebih lama lagi, umumnya mereka baru masuk sekolah sekitar pertengahan Juli.

Puncak pada H+4 

Perseoran Terbatas Lintas Marga Sedaya (LMS) selaku operator Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) memprediksi peningkatan kendaraan arus balik terjadi pada 4 hari setelah Lebaran 2018. "Satu hari setelah Lebaran, arus balik mulai terlihat di beberapa titik. Ini sudah diprediksikan sebelumnya. Namun, untuk peningkatan kendaraan arus balik akan terjadi pada 4 hari setelah Lebaran," kata General Manajer Operasional PT LMS Suyitno melalui pesan singkat yang diterima Antara di Cirebon, Minggu.

Menurut dia, kendaraan arus balik pada Lebaran 2018 akan meningkat sebesar 15 persen dari data tahun lalu.

Untuk mengantisipasi terjadi lonjakan kendaraan, LMS akan melakukan rekayasa sebagaimana arus mudik.

Pihaknya juga akan membagikan peta dan buku kuliner agar pengendara terpapar informasi yang lengkap sebagai alternatif jalur yang bisa ditempuh di luar tol.

Selain itu, dalam jam-jam tertentu, pihaknya akan melakukan kegiatan "contraflow" atau "one way" yang bertujuan mengurangi kepadatan jalur di beberapa titik.

Sementara itu, kebijakan lawan arus atau "contraflow" bagi kendaraan bermotor yang melintas di Tol Cikampek, Jawa Barat, dari arah Jakarta-Cikampek telah dihentikan sejak Sabtu (16/6) sore.

"Sudah disetop sejak Sabtu sore karena kepadatan sudah terurai," kata Juru Bicara PT Jasa Marga Herald Galingga di Jakarta, Minggu.

Namun, kata Herald, tidak tertutup kemungkinan kebijakan lawan arus akan diberlakukan lagi tergantung pada situasi lalu lintas di Tol Cikampek.

Kebijakan lawan arus di Tol Cikampek diberlakukan sejak H-1 Lebaran 2018 atau Kamis (14/6) secara periodik pada jam-jam padat, antara lain, mulai pukul 09.00 WIB dan 16.00 WIB.  Lawan arus juga diberlakukan pada hari Sabtu (16/6) atau sehari setelah Lebaran (H 2) mulai di Kilometer 12 Jakarta-Cikampek.

Sebelumnya, pada hari-H Idulfitri 1439 Hijriah, Jumat (15/6), Menteri Perhubungan Budi Karya Soemadi mengimbau para pemudik yang akan kembali ke Jakarta dan sekitarnya untuk menghindari puncak arus balik yang diperkirakan terjadi pada tanggal 18, 19, dan 20 Juni 2018.

Ia memperkirakan puncak arus balik Lebaran akan terjadi pada tanggal 19 hingga 20 Juni 2018.

Untuk mempersiapkan lonjakan arus balik, Budi mengatakan bahwa Pemerintah akan menambah tempat istirahat untuk pemudik,terutama di tol.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi memperkirakan arus balik terjadi pada tanggal 18 sampai dengan 20 Juni 2018 dan 22 s.d. 24 Juni 2018.

Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit memprediksi gelombang pertama arus balik akan terjadi pada tanggal 17, 18, dan 19 Juni 2018 dan gelombang kedua pada tanggal 23 dan 24 Juni 2018.

Untuk menghindari terjebak dalam kemacetan parah, para pemudik bisa memilih balik lebih awal atau setelah puncak arus balik terjadi. Kemungkinan masyarakat yang mudik lebih awal akan kembali lebih dahulu. Begitu pula, yang mudik belakangan akan kembali belakangan, sesuai dengan periode liburan atau cuti bersama mereka.

Bahkan, Kepala Polri Jenderal Pol. Tito Karnavian mengimbau masyarakat menghindari pulang ke kota asal pada tanggal 19 dan 20 Juni 2018. Hal itu untuk menghindari kepadatan pada puncak arus balik Lebaran.

"Masyarakat tolong jangan paksakan kembali pada tanggal 19 dan 20 Juni. Ada alternatif tanggal 17 dan 18 Juni karena liburannya cukup panjang," ujar Tito seusai Salat Id di halaman Mabes Polri, Jakarta, Jumat lalu (15/6).  

Meski demikian, menurut dia, Polri sudah membuat beberapa antisipasi kemacetan arus balik di sejumlah pintu tol. Mulai dari Pintu Tol Manyaran, Jawa Tengah, Cipali, hingga ke Tol Cikarang Utama menuju Jakarta.

Pemantauan arus balik juga dilakukan mulai dari Sumatera Selatan menuju Banten dan Jakarta. "Saya ingatkan teman-teman di Polda Lampung, di Bakauheni dan Merak, Banten, betul-betul konsentrasi antisipasi kembalinya masyarakat ke Jakarta," kata Tito.

Berwisata

Pada hari kedua Lebaran, sebagian besar masyarakat juga masih mengisi liburan mereka dengan berwisata. Beberapa destinasi wisata tampak diserbu pengunjung. Arus lalu lintas di Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, menuju Lembang, Kabupaten Bandung Barat, macet hingga 5 kilometer dengan arus lalu lintas cenderung merayap pada Minggu pagi.

Antrean panjang kendaraan terjadi karena banyak orang menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di kawasan Lembang, seperti Farmhouse, Floating Market, maupun kawah Tangkuban Perahu.

Bahkan berdasarkan pantauan, ekor kemacetan terjadi mulai dari Gegerkalong hingga Farmhouse Lembang sejak pukul 07.00 WIB. Para pengunjung sudah memadati kawasan sekitar Farmhouse sejak pukul 06.00 WIB meski area wisata tersebut belum dibuka.

Guna mengurai kemacetan, petugas dari jajaran Polsek Sukasari Bandung memberlakukan rekayasa lalu lintas dengan mengalihkan kendaraan dari Terminal Ledeng menuju ke arah Jalan Sersan Bajuri.

"Upaya kami mengarahkan kendaraan ke kawasan Sersan Bajuri. Di sana, alhamdulillah, (area wisata) Kampung Gajah tutup sekarang, jadi tidak terlalu banyak wisatawan ke daerah Sersan Bajuri sehingga bisa dijadikan alternatif," ujar Kanitlantas Polsek Sukasari AKP Anang Suryana di Terminal Ledeng, Minggu.

Kendaraan yang diarahkan ke Sersan Bajuri nantinya akan keluar di pertigaan Beatrix, hingga akhirnya keluar di persimpangan Lembang-Kolonel Masturi.

Ia mengimbau masyarakat yang akan menuju Lembang bisa menggunakan jalan alternatif lainnya apabila tidak ingin terjebak kemacetan. Beberapa jalur alternatif yang bisa digunakan, yakni melalui Dago dan Punclut.

Antrean kendaraan didominasi roda empat dengan nomor polisi dari luar Bandung, seperti pelat B (Jakarta), F (Bogor), dan A (Banten).

Sementara itu, arah Lembang menuju Kota Bandung, terpantau lancar. Diperkirakan pada sore akan terjadi kemacetan.  "Saya perkirakan setelah menjelang sore mereka turun (Lembang menuju Kota Bandung) akan terjadi antrean. Namun, tetap diupayakan agar tidak terjadi macet total," katanya.  
   
Tingkat hunian hotel di Kota Bandung, Jawa Barat, pada liburan Lebaran (Jumat dan Sabtu) mencapai 90 persen dari total 480 hotel berbagai kelas.

"Kalau okupansi hotel malam Lebaran itu masih rata-rata 50 hingga 60 persen. Akan tetapi, sampai hari-H Lebaran hingga kemarin malam boleh dikatakan 90 persen," ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar Herman Muchtar ketika dihubungi melalui telepon seluler, Minggu.

Menurut dia, jumlah itu hampir sama dengan okupansi libur Lebaran 2017. Namun, yang membedakannya adalah pada tahun ini hari libur terhitung cukup panjang hingga 24 Juni 2018.

"Ada juga yang menyatakan tahun ini tidak sebaik tahun lalu, terutama selama bulan puasa. Akan tetapi, bagi hotel yang baru (okupansi) masih normal," katanya.

Ia mengatakan bahwa masyarakat yang menginap di Kota Bandung pada lebaran kali ini mayoritas merupakan wisatawan lokal yang akan mengunjungi berbagai destinasi di sekitar Bandung Raya, terutama yang berasal dari Jakarta.

Meski begitu, dari laporan yang diterimanya, banyak juga warga asal Kota Bandung yang lebih memilih menginap di hotel dibanding di rumahnya akibat ditinggal mudik oleh pembantu.

Ia berharap tingkat okupansi hotel bisa terus stabil pada masa libur Lebaran 2018. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya geliat usaha para pemilik hotel.

"Saya berharap hingga 21 Juni nanti, (okupansi) tetap bertahan diangka 70 persen," katanya.

Tiga hari setelah Lebaran, kawasan wisata Puncak Bogor dan Cianjur juga dibanjiri pengunjung. Polres Bogor, Jawa Barat menyatakan volume lalu lintas terus mengalami peningkatan pada hari Minggu sejak pukul 06.30 WIB dengan panjang antrean hingga mencapai 3 kilometer.

"Itu (liburan) dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkunjung ke tempat wisata bersama sanak saudaranya atau setelah bersilahturahim," kata Kepala Satuan Lalulintas Polres Bogor AKP Hasby Ristama di Cibinong, Minggu.

Menurut dia, jumlah lalu lintas terus mengalami peningkatan dan berdasarkan data sebanyak 38.716 kendaraan roda empat sejak Sabtu (16/6) keluar melalui Gerbang Tol Ciawi mengarah ke Jalur Puncak. Hal ini berlanjut hingga Minggu, didominasi oleh kendaraan pribadi.

Untuk mengatasi kemacetan di Jalur Puncak, petugas kepolisian melakukan sistem satu arah lebih cepat dari jadwal biasanya pada pukul 07.30 WIB menjadi pukul 07.00 WIB.    Pasalnya, sering kali pengunjung yang hendak ke tempat wisata tidak mengindahkan aturan dan memilih menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir.

AKP Hasby menyebutkan beberapa simpul kepadatan di wilayah kawasan jalur Bogor-Puncak-Cianjur, di antaranya Simpang Pasir Muncang, Simpang Pasir Angin, Simpang Mega Mendung, Taman Wisata Matahari, Taman Safari, dan Warung Kaleng. Namun, itu sudah ada penanganan intensif.

"Kepadatan akan terus meningkat hingga H+7. Kendaraan roda empat dan roda dua akan mendominasi Jalur Puncak," katanya.

Jumlah personel yang ditempatkan di sepanjang jalur Bogor-Puncak-Cianjur dan jalur Bogor-Ciawi-Sukabumi sebanyak 250 orang.

"Itu gabungan dari satuan lalu lintas Polres Bogor, satuan Sabhara Polres Bogor dan gabungan Polsek Ciawi, Megamendung, dan Cisarua," katanya.

Jalur wisata di Kabupaten Lebak, Banten, juga dipadati kendaraan yang menuju sejumlah objek wisata pantai, seperti Pantai Sawarna, Pantai Pulo Manuk, dan Pantai Karang Taraje.

Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Imam Rahmayadin mengatakan bahwa pihaknya menargetkan kunjungan wisata kawasan pesisir pantai sebanyak 60.000 wisatawan selama liburan Lebaran. (ANT/BPJ).

Editor Bewita: D. Kliwantoro. 

Pewarta: Oleh: Apep Suhendar

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018