Bogor (Antaranews Megapolitan) - Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor menerjunkan mahasiswanya untuk membantu peternak di Kabupaten Lampung Selatan terkait gangguan reproduksi retensi plasenta pada sapi.

"Gangguan retensi plasenta ini kerap terjadi, dialami peternak di Lampung Selatan," kata Egi Dwi Agustini, salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor saat dihubungi Antara, Selasa.

Egi melakukan pendampingan program Upaya khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upaya SIWAB) di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Selama pendampingan, ikut andil dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh peternak serta berkorelasi terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh UPT Kesehatan hewan.

Ia mengatakan, salah satu kegiatan yang dilakukan membantu menangani retensi plasenta.

"Retensi Plasenta merupakan gangguan atau penyakit reproduksi yang ditandai dengan tidak terlepasnya atau keluarnya plasenta lebih dari 12 jam pascamelahirkan sang fetus," katanya.

Menurut dia, dari sekian banyak gangguan reproduksi pada hewan ternak, retensi plasenta ini kasus yang pasti terjadi pada peternak dan tak jarang peternak mengalami kerugian secara ekonomi karena produktivitas sapi yang menurun akibat gangguan tersebut.

"Salah satu gangguan reproduksi itu adalah retensi plasenta pada sapi peranakan ongole (PO)," katanya.

Berdasarkan data di lapangan, lanjutnya, dari 30 ekor sapi yang di inseminasi buatan (IB), kemungkinan ada 1-2 sapi yang mengalami retensi.

"Kalau dihitung dari jumlah akseptor peluang terjadi retensi sekitar lima sampai enam persen," katanya.

Ia menjelaskan, penyebab retensi plasenta di antaranya induk sapi kurang gerak saat bunting sehingga menyebabkan otot rahim tidak kuat berkontraksi, defisiensi pakan dan usia sapi yang sudah tua, infeksi, kesulitan melahirkan, rahim berputar, kurang kalsium, defisiensi vitamin A dan E.

Untuk pencegahannya, kata dia, hendaknya memperhatikan konsumsi pakan sapi, sesuai kebutuhan dan berkualitas baik nutrisi dan gizi.

Memberikan ruang gerak yang cukup untuk induk agar leluasa bergerak, menghindari stres, memilih indukan yang masih produktif, jangan terlalu tua, memberikan vitamin A dan E selama masa party, makan dan minum yang cukup serta memberikan tambahan mineral pelengkap kalsium pospor.

"Beri ruang longgar agar sapi dapat bergerak aktif jika di kandang, atau jangan selalu di kandang namun juga dikelurkan sehingga sapi bergerak," katanya.

Nardi, salah satu peternak sapi Lampung Selatan yang dibantu oleh Mahasiswa STPP Bogor, sapinya mengalami gangguan retensi plasenta.

"Plasenta sapi saya tidak keluar-keluar padahal anak sapi sudah lama dilahirkan oleh induknya," kata Nardi.

Penanganan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan mengeluarkan plasenta secara manual, pengeluarkan plasenta ini dengan cara merogoh plasenta yang menempel di kotiledon uterus sapi, melepaskan plasenta satu persatu dari kotiledon dengan tangan.

Secara terpisah, Dosen STPP Bogor sekaligus sebagai pendamping mahasiswa dalam kegiatan Upsus SIWAB, Sudrajat mengatakan, program Upsus SIWAB merupakan kegiatan pendampingan oleh mahasiswa yang dilakukan kepada para peternak baik kelompok maupun mandiri.

Kegiatan pendampingan ini meliputi reproduksi, sinkronisasi berahi, penanganan gangguan reproduksi dan inseminasi buatan.

"Harapannya dengan kegiatan pendampingan ini mahasiswa STPP Bogor memiliki pengalaman dapat membantu peternak sapi di Lampung Selatan," kata Sudrajat.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018