Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat meningkatkan kapasitas penanganan penyakit tidak menular (PTM) secara terintegrasi dimulai dari tingkat pelayanan Puskesmas.

"Kini penanganan PTM tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, semua terintegrasi, antara PTM dan kesehatan jiwa berjalan bersamaan," kata Kepala Seksi PTM, Dinas Kesehatan Kota Bogor Firry Trinti, kepada Antara di Bogor, Senin.

Untuk mengintegrasikan penanganan PTM tersebut Dinkes menggelar kegiatan penguatan kapasitas PTM melalui program integrasi bagi petugas Puskesmas.

Kegiatan diikuti oleh dokter, dan perawat penanggung jawab PTM, penanggungjawab kesehatan jiwa, serta konselor dari 25 Puskesmas yang ada di Kota Bogor.

"Tujuan kegiatan ini untuk mensikronkan dan mensinergikan kegiatan di puskesmas lintas program untuk bisa melaksanakan tugas bersama-sama, mulai dari perencanaan, sampai evaluasi dan monitoring," katanya.

Dengan adanya program integrasi ini lanjutnya, kegiatan puskesmas dalam hal PTM tidak lagi terkotak-kotak. Misalnya pasien penyakit tidak menular tidak hanya diarahkan melalukan aktivitas fisik sesuai kebutuhannya, tetapi juga dideteksi kondisi kesehatan jiwanya.

"Kalau dulu jalan sendiri-sendiri, PTM fokus ke PTM, kesehatan jiwa jalan sendiri. Tapi dengan integrasi, mereka turun berbarengan, karena dalam PTM itu ada kesehatan jiwa juga yang harus diperhatikan," katanya.

Kegiatan peningkatan kapasitas PTM melalui program integrasi bagi petugas Puskesmas menghadirkan sejumlah pembicara di antaranya pakar kesehatan jiwa dari Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia Prof Budi Anna Keliat, Psikiater RS Jiwa Marzoeki Mahdi, dr Lahargo Kembaren, serta dr Alvin Kosasih dari RSP dr M Goenawan Cisarua.

Ketiga narasumber memberikan materi bagaimana meningkatkan kapasitas petugas penangggungjawab program PTM dan kesehatan jiwa Puskesmas dalam mengintegrasikan tugasnya.

Sementara itu Prof Budi Anna Keliat memaparkan hasil kajian yang dilakukan mahasiswa pascasarjana FIK di bawah bimbingannya tentang kesehatan jiwa masyarakat di Kota Bogor dengan mengambil lokasi di Keluraha Mulyaharja.

Menurut Prof Budi, kesehatan jiwa menjadi sangat penting untuk diupayakan penanganannya. Pasien dengan gangguan jiwa harus mendapatkan perawatan yang konprehensif agar bisa pulih.

Ia menghitung dampak ekonomi yang ditimbulkan apabila dalam satu wilayah terdapat 29 saja orang gangguan jiwa makan potensi ekonomi yang hilang di Kota Bogor mencapai Rp58 juta perbulan.

"Dan jika saparuh anggota keluarga menjaga pasien dengan gangguan jiwa di rumah, artinya mereka jadi tidak produktif tidak bekerja, potensi ekonomi yang hilang mencapai Rp30 juta per hari," katanya.

Prof Budi menambahkan upaya pencegahan harus dilakukan supaya jumlah orang gangguan jiwa yang sakit tidak semakin bertambah.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018