Bogor (Antaranews Megapolitan) - Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor, Jawa Barat menerjunkan mahasiswanya untuk mendampingi gabungan kelompok tani atau Gapoktan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat untuk menyukseskan program upaya khusus komoditas strategis.

"Kegiatan pendampingan seperti turut serta dalam mengolah tanah dengan menggunakan cultivator tangan," kata Muhammad Afdhal Sadri, mahasiswa STPP Bogor, Jumat.

Menurut Afdhal selama kegiatan pendampingan mahasiswa banyak melakukan kegiatan seperti bertukar ilmu serta pengalaman dengan petani.

Mahasiswa tingka dua STPP Bogor ini menjelaskan program pendampingan upaya khusus (UPSUS) peningkatan komoditas strategis yang digagas Kementerian Pertanian menyasar salah satunya komoditas cabai.

"Ini dimaksudkan untuk mengurangi derasnya impor cabai," katanya.

Salah satu wilayah pendampingan mahasiswa STPP Bogor adalah Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Bandung Barat. Desa ini terkenal sebagai daerah penghasil cabai .

Gapoktan yang didampingi mahasiswa STPP Bogor adalah Gapoktan Wargi Panggupai.

Menurut Afdhal Gapoktan Wargi Panggupai akan membuat "greenhouse" baru yang rencananya akan digunakan untuk tempat pembenihan atau pembibitan tanaman hortikultura salah satunya tanaman cabai.

Desa Suntenjaya tersebut berada di area dataran tinggi dengan kondisi tanah yang miring dan cultivator tangan cocok digunakan untuk menggemburkan tanah agar penetrasi akar tanaman pokok lebih mudah dan berfungsi untuk mengaduk dan menghancurkan gumpalan tanah yang besar.

"Selain membuat "greenhouse", saya juga ikut dalam kegiatan pemeliharaan cabai kriting umur 50 hari setelah tanam yang disebut kegiatan pewiwilan," katanya.

Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada di bawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.

Dalam pendampingan tersebut Afdhal menekankan kepada para petani untuk mewaspadai serangan hama pada cabai. Ada beberapa hama cabai seperti thrips, patek, dan penyakit layu fusarium.

Hama ini dapat ditangani dengan penyemprotan memakai fungisida berbagai merek di antaranya antrakol, ditan, dakonil, dan amistatok. Intervalnya untuk pencegahan tujuh sampai 10 hari sekali tergantung pemakaian.

Afdhal menambahkan dalam kegiatan pendampingan tersebut selain menyalurkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah, ia juga mendapat ilmu dan pengalaman dari petani.

"Di sini saya mendapatkan banyak pengalaman dari para petani mengenai banyak hal terutama tanaman cabai," kata Afdhal.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018