Bogor (Antaranews Megapolitan) - Unsur hara Nitrogen (N) dalam tanah merupakan salah satu faktor pembatas untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi. Bakteri penambat nitrogen memiliki kemampuan mengikat nitrogen di udara agar tersedia dalam tanah. Penggunaan bakteri penambat Nitrogen berpotensi mengurangi aplikasi pupuk nitrogen.

Empat peneliti Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Sugiyanta, Ida Widiyawati, Ahmad Junaedi dan  Rahayu Widyastuti melakukan riset tentang bakteri penambat nitrogen padi di sawah. Tujuannya untuk mengetahui peranan bakteri penambat N dalam mengurangi penggunaan pupuk N anorganik pada padi sawah.

Unsur N dalam tanah penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan padi. Udara mengandung sekitar 78 persen unsur N, tetapi tanaman tidak dapat menggunakan langsung karena berbentuk gas N2, sehingga pupuk N perlu selalu ditambahkan. Terdapat bakteri tanah baik yang bersimbiosis ataupun hidup bebas yang mempunyai kemampuan memfiksasi N dari udara.

“Penyediaan nitrogen secara hayati dilakukan dengan memanfaatkan bakteri penambat nitrogen bebas seperti Azotobacter dan Azospirillum yang hidup bebas pada daerah perakaran dan jaringan tanaman,” ujar Sugiyanta.

Bakteri penambat N sering disebut bakteri diazotrof yang mampu menggunakan N udara sebagai sumber N untuk pertumbuhannya. Penggunaan bakteri ini berpotensi mengurangi kebutuhan N sintetik, meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani dengan masukan yang lebih murah.

Penelitian tersebut dilaksanakan di rumah plastik Kebun Percobaan di Babakan Sawah Baru, IPB. Dua faktor yang diteliti yaitu dosis pemupukan nitrogen dan jenis bakteri. Faktor dosis pemupukan N (urea) terdiri atas empat taraf yaitu 0, 50, 75, dan 100 kilogram Nitrogen per hektar. Faktor jenis bakteri terdiri atas empat taraf yaitu tanpa bakteri, Azotobacter-like, Azospirillum-like, dan konsorsium.

Unit percobaan ini menggunakan petakan terpal dengan kedalaman tanah 0,3 meter. Bibit padi berumur 17 hari setelah semai (HSS) ditanam di petakan dengan jarak tanam jajar legowo. Pupuk urea sebagai perlakuan diberikan dua kali, yaitu setengah dosis pada umur tujuh hari setelah tanam (HST) dan setengah dosis pada 30 HST. Inokulasi bakteri diberikan tiga kali dengan cara menyiramkan larutan bakteri di sekitar akar tanaman per petak, yaitu saat tanam, dua minggu setelah tanam (MST), dan empat MST.

Dari hasil percobaan ini ditemukan bahwa dosis pemupukan N berpengaruh nyata terhadap semua peubah kecuali persentase gabah hampa per malai, bobot seribu butir, dan kandungan N tanaman. Peneliti ini menjelaskan bahwa jenis bakteri berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, jumlah gabah isi per malai, kehijauan daun, serapan dan kandungan N (tajuk dan gabah), bobot gabah per petak. Konsorsium bakteri mampu mengurangi 25 persen penggunaan pupuk N anorganik dari dosis rekomendasi (100 kilogram Nitrogen per hektar) berdasarkan pada efektivitas agronomi relatif.

 “Pemberian bakteri pada media tanam memperbesar kemungkinan meningkatnya ketersediaan N. Bakteri membantu penyediaan hara tanaman yaitu sebagai penambat N. Peubah kehijauan daun, kandungan, dan serapan N lebih tinggi pada pemberian konsorsium bakteri dibandingkan tanpa bakteri. Hal tersebut menunjukkan konsorsium bakteri berpotensi meningkatkan peubah tersebut,” ungkapnya. (irm/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Sugiyanta dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018