Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila bekerjasama dengan University of Westminster menggagas program wisata edukasi tentang ekowisata berbasis masyarakat di kawasan Bromo yaitu di Desa Wisata Ngadas, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 4-10 Februari 2018.
"Melalui kegiatan ini, kami berharap peserta dapat mempelajari, mengkaji dan mendapat pengalaman langsung terkait pelaksanaan ekowisata di desa wisata dan kawasan konservasi," kata Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila Devi Roza Kausar, Ph.D, Selasa.
Program yang bertajuk Bromo International Ecotourism Field School 2018 tersebut mengajak wisatawan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung dari komunitas lokal yang ikut serta dalam ekowisata Bromo melalui format studi lapangan (field school).
"Sampai saat ini, tercatat wisatawan dari sembilan negara asing yang akan mengikuti program ini. Mereka berasal dari Inggris, Austria, Italia, Bulgaria, Latvia, Lithuania, Rumania, Kolumbia dan India," lanjutnya.
Devi mengatakan Ekowisata adalah salah satu sektor pariwisata yang pertumbuhannya cukup cepat. Menurut International Ecotourism Society, ekowisata didefinisikan sebagai perjalanan yang bertanggung jawab untuk melestarikan daerah-daerah yang masih alami, menjaga kesejahteraan masyarakat, serta melibatkan interpretasi dan pendidikan (TIES, 2015).
Berdasarkan definisi tersebut, ekowisata melibatkan dua sektor dalam dunia pariwisata yakni budaya dan lingkungan, sekaligus mampu memberikan manfaat langsung bagi penduduk lokal.
Mengingat bahwa ekowisata harus mampu mempromosikan konservasi sumber daya yang ada sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, ekowisata dengan pendekatan berbasis masyarakat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Kawasan Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur merupakan salah satu destinasi prioritas nasional yang terkenal akan pesona alamnya yang menakjubkan, sekaligus menjadi salah satu destinasi ekowisata terbaik di Indonesia. Pengembangan ekowisata di Bromo selama ini pun telah berjalan dan menjadi contoh baik dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).
Kementerian Pariwisata sangat antusias dan mendukung program ini. Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana menyatakan ?Ini merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk wisata yang baik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Karenanya kami dukung kegiatan ini.
Terlebih ini dilaksanakan di kawasan Bromo yang memang merupakan salah satu destinasi wisata prioritas. Hadir sebagai narasumber program adalah Dr. Nancy Stevenson, International Director University of Westminster; John Kenedie, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru; Ary Suhandy, Direktur Indonesia Ecotourism Network (Indecon); serta Bapak Mujianto, tokoh adat Tengger Desa Ngadas.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Melalui kegiatan ini, kami berharap peserta dapat mempelajari, mengkaji dan mendapat pengalaman langsung terkait pelaksanaan ekowisata di desa wisata dan kawasan konservasi," kata Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila Devi Roza Kausar, Ph.D, Selasa.
Program yang bertajuk Bromo International Ecotourism Field School 2018 tersebut mengajak wisatawan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung dari komunitas lokal yang ikut serta dalam ekowisata Bromo melalui format studi lapangan (field school).
"Sampai saat ini, tercatat wisatawan dari sembilan negara asing yang akan mengikuti program ini. Mereka berasal dari Inggris, Austria, Italia, Bulgaria, Latvia, Lithuania, Rumania, Kolumbia dan India," lanjutnya.
Devi mengatakan Ekowisata adalah salah satu sektor pariwisata yang pertumbuhannya cukup cepat. Menurut International Ecotourism Society, ekowisata didefinisikan sebagai perjalanan yang bertanggung jawab untuk melestarikan daerah-daerah yang masih alami, menjaga kesejahteraan masyarakat, serta melibatkan interpretasi dan pendidikan (TIES, 2015).
Berdasarkan definisi tersebut, ekowisata melibatkan dua sektor dalam dunia pariwisata yakni budaya dan lingkungan, sekaligus mampu memberikan manfaat langsung bagi penduduk lokal.
Mengingat bahwa ekowisata harus mampu mempromosikan konservasi sumber daya yang ada sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, ekowisata dengan pendekatan berbasis masyarakat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Kawasan Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur merupakan salah satu destinasi prioritas nasional yang terkenal akan pesona alamnya yang menakjubkan, sekaligus menjadi salah satu destinasi ekowisata terbaik di Indonesia. Pengembangan ekowisata di Bromo selama ini pun telah berjalan dan menjadi contoh baik dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).
Kementerian Pariwisata sangat antusias dan mendukung program ini. Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana menyatakan ?Ini merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk wisata yang baik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Karenanya kami dukung kegiatan ini.
Terlebih ini dilaksanakan di kawasan Bromo yang memang merupakan salah satu destinasi wisata prioritas. Hadir sebagai narasumber program adalah Dr. Nancy Stevenson, International Director University of Westminster; John Kenedie, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru; Ary Suhandy, Direktur Indonesia Ecotourism Network (Indecon); serta Bapak Mujianto, tokoh adat Tengger Desa Ngadas.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018