Manila, 25/1 (Antara/Reuters) - Polisi Filipina segera mengenakan kamera tubuh dalam penumpasan narkotika dan hanya mendatangi rumah tersangka pada siang hari, dalam upaya menghapus keraguan tentang perilaku petugas di garis depan perang berdarah terhadap narkotika.

Kepala kepolisian Ronald dela Rosa mengatakan polisi akan mengenakan kamera tubuh untuk merekam penangkapan, berdasarkan atas memorandum 19 Januari, yang diumumkan pada Rabu dan mulai berlaku setelah perangkat tersebut dibeli.

Polisi kembali terjun dalam perang melawan narkotika Presiden Rodrigo Duterte, beberapa bulan setelah dia menangguhkan gerakan itu  di tengah pengawasan, yang belum pernah terjadi, atas perilaku mereka.

"Begitu barang itu tersedia, kami akan meminta mereka memakainya," kata Dela Rosa terkait kamera tersebut.

"Kami akan memiliki kebijakan di mana tidak akan ada operasi anti-narkoba tanpa kamera yang dikenakan di tubuh," katanya kepada wartawan.

Dia tidak menentukan tanggal dimana kamera itu diharapkan tersedia bagi polisi.

Data polisi menunjukkan hampir 4.000 tersangka narkoba terbunuh sejak Duterte berkuasa dan melancarkan tindakan keras pada Juni 2016, namun polisi bersikeras semuanya tewas karena mereka dengan keras menolak penangkapan.

Polisi menolak tuduhan para pegiat bahwa mereka mengeksekusi pengguna narkoba dan pengedar yang dicurigai dalam kampanye yang diwarnai pelanggaran dan upaya menutupi fakta yang sistematis. Dalam perang melawan narkoba, Duterte telah dituduh membiarkan budaya impunitas berkembang.

Dalam memorandum yang sama, Dela Rosa memerintahkan polisi untuk segera membawa tersangka yang terluka ke rumah sakit, dan membuat data base dari mereka yang tewas dalam operasi polisi.

Pada Juni, Reuters mengungkapkan bahwa polisi telah menembak ratusan orang selama operasi anti-narkoba, sebelum membawa mereka ke rumah sakit dimana mereka dinyatakan tewas pada saat kedatangan. Polisi mengatakan mereka berusaha menyelamatkan nyawa. Kerabat yang telah bersumpah dan saksi lainnya mengatakan bahwa polisi mengirim mayat ke rumah sakit untuk mengubah tempat terjadinya perkara dan menutup-nutupi pembunuhan di luar hukum.

Polisi juga diperintahkan untuk membatasi operasi "Oplan Tokhang" yang sangat ditakuti, saat mereka mengunjungi rumah pengguna dan pengedar dan meminta mereka menyerahkan diri, antara pukul 8 pagi dan pukul 5 sore, pada hari kerja, kata juru bicara polisi Dionardo Carlos pada sebuah media briefing terpisah.

"Itu harus terjadi pada siang hari, supaya bisa menghapus kesan kalau Anda telah menjadi subjek Tokhang, Anda akan dibunuh, "kata Carlos, seraya menambahkan bahwa polisi akan mengenakan seragam mereka selama operasi semacam itu.

Filipina menyerang balik Human Rights Watch, yang bermarkas di New York, untuk yang disebutnya jumlah menyesatkan atas korban tewas, yang dinyatakan lebih dari 12.000 orang dalam perang obat terlarang, dengan jumlah separuh dari jumlah itu.

Penerjemah: G.N.C. Aryani/B. Soekapdjo.     

Pewarta: Reuters

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018