Bogor (Antaranews Megapolitan) - Persepsi tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri,  gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaan tentang bentuk tubuhnya, serta harapan terhadap bentuk tubuh yang diinginkannya.

Remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya akhirnya menyebabkan konsep persepsi tubuh yang buruk (persepsi negatif) dan menimbulkan dorongan untuk menjadi kurus. Tekanan untuk menjadi lebih kurus lagi dalam pikiran akan menyebabkan adanya ketidakpuasan terhadap tubuh (body dissatisfaction).

Dua orang peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Mohamad Yulianto Kurniawan dan Dodik Briawan melakukan sebuah penelitian terkait persepsi tubuh dan gangguan makan pada remaja perempuan.

''Adanya ketidakpuasan terhadap tubuh (body dissatisfaction) akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Dampak negatif selanjutnya adalah meningkatnya kasus gangguan makan (eating disorders) yang termasuk pengendalian makan (dietary restraint), binge-eating dan efek negatif lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada remaja perempuan,'' ujar Dodi.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa baru Program Studi Sarjana Ilmu Gizi di IPB sebanyak 103 remaja perempuan. Hasil studi yang dilakukan peneliti ini menunjukkan proporsi subjek dengan status gizi normal dengan persentasi 84.5 persen (%), kegemukan 11.7%, obes 1.9%, dan kurus 1.9%.

''Sebagian besar subjek memiliki persepsi tubuh normal (49.5%) artinya subjek mempercayai bahwa karakteristik fisik yang mereka miliki sudah sesuai dengan fisik ideal yang mereka inginkan, sehingga upaya untuk memiliki fisik yang ideal tersebut rendah. Tetapi didapatkan subjek perempuan memiliki persepsi negatif sebesar 5.8% artinya subjek memiliki perbedaan yang besar antara bentuk tubuh aktual dan ideal. Sisanya 44.7% subjek memiliki persepsi positif menunjukkan kecilnya perbedaan kesenjangan antara bentuk tubuh aktual dan ideal,'' ujarnya.

Sebagian besar persepsi subjek terhadap status gizi memiliki persepsi tubuh positif (48.5%), yang terdiri dari 44.7% subjek tidak berisiko gangguan makan dan 3.9% subjek memiliki risiko lebih gangguan makan. Hanya 3.9% subjek memiliki persepsi tubuh negatif dan 7.8% subjek mengalami gangguan makan dengan risiko lebih karena merasa memiliki keinginan untuk makan terus-menerus dan tidak dapat berhenti makan (2-3x sebulan). Peneliti ini mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tubuh dengan gangguan makan.

Peneliti ini menjelaskan bahwa adanya paparan tentang gambaran tubuh yang kurus dan ideal (thin-ideal images) akan meningkatkan ketidakpuasan terhadap tubuh. Gangguan makan merupakan masalah utama remaja yang ditandai dengan perubahan perilaku makan menjadi kurang baik, persepsi negatif tentang bentuk tubuh (body image) dan pengaturan berat badan yang kurang tepat.

''Kebanyakan subjek percaya bahwa karakteristik fisik dimiliki sudah sesuai dengan fisik ideal diinginkan sehingga menerima apa adanya keadaan tubuh. Kebanyakan subjek tidak terlalu memperhatikan penampilan tubuh, sehingga tidak terdapat usaha untuk memperbaiki penampilan diri. Hal ini yang menyebabkan rendahnya upaya untuk memiliki fisik yang ideal,'' ungkapnya. (IR/nm).

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Dodik Briawan dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018