Bogor (Antara Megapolitan) - Salah satu kendala pembuatan pakan ikan adalah ketersediaan bahan baku yang umumnya masih diimpor dari luar negeri. Sementara substitusi bahan baku pakan ikan yang dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatan hasil samping agroindustri.

Tiga peneliti dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB) yaitu Dedi Jusadi, Julie Ekasari dan Azis Kurniansyah mencoba untuk meningkatkan kualitas kulit kakao untuk pakan ikan dengan cairan rumen domba.

“Selama ini, hanya bagian keping biji buah kakao yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor, sedangkan bagian lain belum dimanfaatkan secara optimal. Kulit buah kakao (KBK) mengandung sekitar 6,3 persen protein, 24 persen serat kasar, dan 0,5 persen lemak kasar. Kendala utama dalam pemanfaatan kulit buah kakao sebagai bahan baku pakan ikan adalah kandungan protein rendah, serat tinggi, lemak rendah dan adanya kandungan zat antinutrisi,” tuturnya

Dosen  Departemen Budidaya Perairan, FPIK IPB ini menambahkan, pemotongan hewan yang ketersediaannya cukup melimpah dan berpotensi sebagai sumber enzim. Mikroba-mikroba rumen mensekresikan enzim-enzim pencernaan ke dalam cairan rumen untuk membantu mencerna partikel makanan.

“Enzim itu diantaranya enzim selulase untuk mencerna selulosa, hemiselulase/xilanase untuk hemiselulosa/xilosa,” ungkapnya.

Dalam percobaan ini, tahap pertama dilakukan evaluasi penambahan enzim cairan rumen domba dalam menurunkan kandungan serat kasar kulit buah kakao (KBK).

Pada tahap pertama ini, enzim cairan rumen domba ditambahkan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0, 50, 100, dan 150 mililiter per kilogram KBK dengan lama inkubasi yang berbeda yaitu 0, 12, dan 24 jam.

Pada percobaan tahap dua, peneliti ini  mengamati nilai ketercernaan pakan dengan penambahan KBK yang telah dihidrolisis dengan dosis terbaik pada penelitian tahap satu (KBKe) dan kulit buah kakao tanpa hidrolisis (KBK).

Ikan yang digunakan dalam percobaan ini jenis ikan nila dengan bobot rata-rata 3,86 gram ditebar dengan kepadatan 15 ekor per akuarium dan dipelihara selama 15 hari. Ikan diberi pakan uji yang mengandung indikator Cr2O3  lalu dilakukan pengumpulan feses untuk selanjutnya dilakukan analisis ketercernaan.

Dari hasil penelitian tahap satu peneliti ini menemukan bahwa hidrolisis KBK dengan menggunakan cairan rumen 150 mililiter per kilogram dengan lama waktu inkubasi 12 jam dan 24 jam mempunyai nilai serat kasar KBK terendah yaitu sebesar 21,38 persen dan 21,67 persen.

Pada uji ketercernaan terlihat bahwa nilai ketercernaan bahan KBK lebih tinggi (33,95 persen) dibandingkan dengan KBK (10,97 persen).

Dengan demikian tim ini menyimpulkan bahwa penambahan enzim cairan rumen domba dapat menurunkan kandungan serat kasar kulit buah kakao dan meningkatkan ketercernaan kulit buah kakao pada pakan ikan nila. (IRM/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Dedi Jusadi dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017