Bogor (Antara Megapolitan) - Pemerhati budaya asal Bogor Rahmat Iskandar menagih janji Wali Kota Bima Arya Sugiarto terkait pembentukan tim penelusuran sejarah Bogor di Leiden, Belanda yang tidak kunjung direalisasikan.

Rahmat menyampaikan kritikan tertulisnya itu, di Bogor, Senin, mengatakan bahwa kunjungan Wali Kota Bogor ke Leiden, Belanda bulan September lalu tidak membawa hasil yang memuaskan bagi budayawan.

"Wali kota hanya membawa dua buku dan satu gambar Istana Bogor tahun 1819," katanya lagi.

Menurutnya apa yang dibawa oleh Wali Kota Bogor dari kunjungan penelusuran arsip di Leiden, Belanda mengecewakan, seharusnya tim yang dipimpin wali kota tersebut membawa arsip lama yang berkaitan Bogor umumnya, khususnya Kerajaan Pakuan Pajajaran.

"Rencananya wali kota akan membantuk tim penelusuran sejarah Bogor jilid dua," katanya pula.

Rahmat berpendapat, oleh-oleh arsip yang dibawa Wali Kota Bogor dari Leiden beberapa waktu lalu di luar dugaan. Diperkirakan oleh-oleh tersebut berupa naskah tua abad XIII/XIV atau foto lengkap Istana Bogor yang amat lengkap.

"Foto Istana Bogor yang dibawa dari Leiden itu bertahun 1819 artinya masih dalam bentuk sebelum direstorasi 1850 pada masa Gubernur Jenderal AJ Duijmayer van Twist," katanya.

Menurutnya dalam foto tersebut wajah Istana Bogor tidak jauh berbeda pada masa awal rancangan van Imhoff (1743-1750) yang kemudian ada perubahan pada masa Daendels (1808-1811) dan berlanjut pada masa Raffles (1811-1816) yang terkenal dengan sentuhan taman gaya Inggris.

"Saya agak sulit mengkaji bentuk, apalagi cuma tampak "facede" yang dihadirkan. Tidak terlihat dengan jelas relung-relung pintu utama dan jendela bergaya ornamen neogothic-nya" kata Rahmat.

Gambar tersebut juga tidak memperlihatkan detail ornamen yang umumnya amat kaya pada arsitektur neogothic tersebut. Karena gambar yang dibawa dari Leiden hanya sketsa gambar dan bukan foto.

"Selain gambar Istana Bogor 1819 terkirim juga dua buku dan beberapa rekaman lain yang tidak saya buka karena kurang relevan dengan tema sejarah Bogor," katanya pula.

Menurutnya hanya satu buku yang dibawa oleh Wali Kota agak lumayan dikaji, walaupun tidak banyak membantu untuk upaya penelusuran sejarah Bogor II. Buku tersebut berjudul "The Dutch East India Company Book" diedit oleh Ron Guleij dan Gerrit Knaap, diterbitkan oleh WBooks, Amsterdam, 2017.

"Tebal buku 206 halaman ditambah indeks. Yang aneh daftar isi dan identitas buku terletak di belakang bukan di depan seperti umumnya buku ilmiah yang lain," katanya.

Ia menambahkan pada buku tersebut selain kata pengantar yang cuma satu halaman tidak ada bahasan pendahuluan yang membantu pembaca.

"Yang bisa saya sampaikan tentang buku tersebut adalah teks awal yang menerangkan awal penemuan Hindia Belanda, antara lain Jawa dan Maluku," kata Rahmat.

Pada Rabu 27 September lalu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan akan membentuk tim ekspedisi yang akan menelusuri arsip sejarah Bogor yang tersimpan di museum arsip maupun universitas yang ada di Belanda.

Pembentukan tim ekspedisi ini merupakan tindak lanjut dari kepulangan Wali Kota Bogor dari Universitas Leiden dalam rangka menelusuri jejak sejarah Bogor.

"Tim akan melanjutkan penelitian arsip sejarah Bogor. Namanya tim ekspedisi Pakuan Pajajaran," kata Bima kala itu.

Sebelum berangkat ke Belanda, Bima membentuk tim kerja sama dengan pihak arsip dan budayawan untuk memberikan daftar belanja dokumen arsip apa saja yang akan diboyong dari Negeri Kincir Angin tersebut.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017