Bogor (Antara Megapolitan) - Debu jatuh (dustfall) dan total partikel tersuspensi (total suspended particulate) merupakan dua komponen penting dari parameter kualitas udara ambien (udara bebas yang berada di luar).

Keduanya termasuk parameter kualitas udara karena keberadaannya dalam udara ambien bisa menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Keduanya juga merupakan parameter dalam Peraturan Pemerintah PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Arief Sabdo Yuwono, Muhammad Fauzan dan Budi Mulyanto dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian terkait faktor emisi debu jatuh dan partikel tersuspensi dalam udara ambien di Pulau Sumatra dan Jawa.

Tujuan penelitian ini adalah menentukan faktor emisi (emission factor) parameter kualitas udara ambien yang spesifik yang belum dimiliki oleh Indonesia serta belum ditentukan oleh otoritas pengelola lingkungan hidup Indonesia dimana faktor emisi ini bisa langsung diaplikasikan di lapangan.

''Karena spesialis saya adalah teknik lingkungan terutama bidang udara, saya juga menjadi anggota tim konsultan lingkungan. Maka kewajiban saya adalah saya harus membuat prakiraan berapa jumlahnya. Pada parameter lain emisi yang dapat diduga misalnya karbonmonoksida, sulfurdiokside, dengan jumlah emisi yang berasal dari mesin bisa dikuantifikasi sementara untuk debu tidak ada.  Maka yang tidak ada itulah kami lengkapi untuk negara ini. Peraturannya ada tetapi kalau membuat taksiran, selama ini menggunakan angka yang berasal dari luar negeri yang tidak sama kondisinya dengan Indonesia. Iklimnya beda, kecepatan anginnya, tutupan lahannya, jenis tanahnya berbeda dan juga hujan mempengaruhi kadar air didalam tanah, karena kadar air dalam tanah sangat berpengaruh terhadap banyaknya debu yang akan terbangkitkan oleh udara,'' tuturnya.

Dari hasil yang diperoleh berupa faktor emisi debu jatuh dan partikel tersuspensi untuk lima jenis tanah atau campurannya yang berasal dari Sumatra. Seperti organosol dan podsol; andosol; tanah mediteran merah coklat; regosol; litosol, renzina dan latosol. Faktor emisi tersebut tersusun sebagai persamaan matematika yang mengandung faktor pengaruh berupa kecepatan angin, kadar air tanah dan tutupan vegetasi.

''Penelitian diliakukan di Sumatera dan juga Jawa, sampel tanah diambil dari Bogor, Majalengka, Karawang, Sukabumi, Ngawi dan Madiun. Sampel udara juga diukur secara langsung. Kami memiliki alat tunnel, permukaannya dari tanah yang dapat diganti menurut asal sampel. Kemudian dalam ruangan tersebut diukur kandungan dan konsentrasi debu dan partikelnya, apabila permukaan tanah ini dikenai hembusan angin, hembusan angin meniru kecepatan angin di masing-masing daerah. Hasilnya menunjukkan secara umum udara di Indonesia masih bagus masih di bawah baku mutu, tetapi hasil yang penting adalah kami mempunyai persamaan matematis yaitu persamaan faktor emisi,'' ungkapnya. (IR/Zul)

Pewarta: Humas IPB/Arief Sabdo Yuwono dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017