Bogor (Antara Megapolitan) - Kegiatan pendampingan program Upaya khusus luas tambah tanam dan sapi indukan wajib bunting (UPSUS LTT-SIWAB) APBN-P 2017 yang melibatkan perguruan tinggi dinilai dapat mewujudkan pertanian yang berkeadilan.

"Pendampingan ini adalah upaya bagaimana membangun sistem pertanian dari hulu dan hilir, membentuk kelompok tani yang inklusif, efisien, berdaya saing dan berkeadilan," kata Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung Prof Wan Abbas Zakaria dalam Rapat Evaluasi Pendampingan Program UPSUS LTT-SIWAB di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Menurut Abbas dengan terbangunnya sistem pertanian dari hulu sampai hilir sehingga pertumbuhan ekonomi pasti akan meningkat. Dimulai dari lahan pertanian, pengolahan hingga pemasaran dalam sistem inklusi.

"Pasti pertumbuhan ekonomi akan diikuti pemerataan, jika ini semua sudah terbangun," katanya.

Univesitas Lampung salah satu dari tujuh perguruan tinggi yang terlibat dalam pendampingan program UPSUS LTT-SIWAB APBN-P 2017. Menurunkan 90 pendamping terdiri dari mahasiswa dan alumni, serta sembilan orang dosen.

Mahasiswa, alumni dan dosen diturunkan melakukan pendampingan di tujuh kabupaten, tersebar di 37 kecamatan. Kegiatan pendampingan berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan Oktober sampai November 2017.

"Kegiatan pendampingan memperlihatkan hasil yang positif, banyak capaian yang dihasilkan," katanya.

Seperti di Kabupaten Pringsewu di Provinsi Lampung pendampingan yang diberikan oleh mahasiswa adalah penggunaan benih unggul kepada petani. Lalu gerakan tanam terpadu, percepatan tambah tanam, pengujian teknologi.

"Hasilnya petani kini sudah menggunakan benih unggul berlabel, tidak lagi benih asal. Dan teknologi baru yang dihasilkan perguruan tinggi ditransfer kepada petani," katanya.

Kegiatan pendampingan lainnya adalah penyediaan alat mesin pertanian, serta pemanfaatan lahan sawah baru dengan menggunakan teknologi bisa memberikan produktivitas tinggi antar 75 sampai 100 persen per hektare.

"Ada satu wilayah produktivitas pertaniannya meningkat setelah didampingi mahasiswa, dari biasanya 3 ton per hektare kini menjadi 4 sampai lima ton per hektare. Bahkan ada yang meningkat signifikat mencapai 8.464 kilo gram per hektar gabah kering panen di Lampung Selatan," katanya.

Pada pendampingan tersebut, mahasiswa/alumni menganjurkan petani menggunakan varietas baru, lalu pengujuian paket teknologi, dengan varietas hibrida mapan 05 menghasilkan 7,016 per hektare gabah kering.

"Peningkatan signifikan juga terjadi di Kabupaten Tulangbawang," katanya.

Capaian lainnya juga terjadi di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, pendampingan untuk petani bawang merah. Hasilnya memuaskan dengan benih 75 persen mampu menghasilkan bawang merah 457 kilo gram.

Menurut Abbas, pendampingan program UPUSU LTT-SIWAB tidak hanya memberikan dampak positif bagi petani, tetapi juga dari sisi perguruan tinggi menjadi momentum baik untuk mengenalkan praktek-praktek lapangan kepada mahasiswa dan dosen.

"Pendampingan ini juga menjadi wadah perguruan tinggi mengerahkan sumber daya manusianya untuk menerapkan inovasi dan teknologi yang dihasilkan kepada masyarakat," kata Abbas.

Sementara itu Kepala Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor Nazaruddin selaku koordinator pendampingan program UPSUS LTT-SIWAB wilayah Jawa Barat mengatakan kegiatan tersebut memberikan efek ganda tidak hanya bagi petani tetapi juga bagi perguruan tinggi.

"Petani merasakan terbantu dengan adanya pendampingan dari mahasiswa, begitu juga penyuluh menjadi terbantu tugasnya oleh kehadiran mahasiswa," kata Nazar.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017