Bogor (Antara Megapolitan-Bogor) - Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Luky Adrianto adalah sosok yang cerdas.
Ia memulai jenjang perkuliahan di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan FPIK IPB dan lulus pada tahun 1992.
Pendidikan master bidang Fisheries Economics and Policy ia tempuh pada tahun 2000 di Graduate School of Fisheries Sciences, Kagoshima University, Jepang.
Selanjutnya, pada tahun 2004 ia meraih gelar doktor (PhD) di bidang Marine Resources Policy dari United Graduated School of Marine Environmental Sciences, Kagoshima University, Jepang.
Perjalanan karir Dr. Luky dimulai dengan bergabung dalam program pengelolaan pesisir di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB.
Kemudian pada tahun 1995, ia menjadi dosen pegawai negeri sipil (PNS).
Saat doktor cerdas Rokhmin Dahuri dan kawan-kawan mendirikan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB.
Ia menjadi salah satu sosok yang memberikan kontribusi besar.
Studi di Jepang memberikan kematangan ilmu dan pengalaman. Ia kembali ke IPB setelah menyelesaikan studi di Jepang.
Karir berikutnya ia jabat sebagai Wakil Kepala PKSPL IPB, Sekretaris PKSPL IPB, Ketua Program Studi Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL), Sekretaris Senat FPIK IPB, dan pada tahun 2013-2015 ia dipercaya sebagai Kepala PKSPL LPPM IPB.
Pada tahun 2015, ia terpilih menjadi Dekan FPIK IPB untuk masa jabatan 2015-2020.
Sebagai dekan, ia ingin FPIK IPB bisa dihargai, dihormati, serta di-respect oleh institusi-institusi, khususnya institusi perikanan dan ilmu kelautan di kawasan regional Asia Timur.
''Saya ingin FPIK tidak hanya jago kandang di Indonesia, tapi juga dihargai oleh regional Asia Timur,'' ujarnya.
Menurutnya, sebagian visi tersebut sudah tercapai melalui terpilihnya ia sebagai Co-Chair for International Advisory Board, Coastal and Marine Institute, Xiamen University, di China.
''Mereka menunjuk kita sebagai wakil, berarti fakultas kita dihargai. Kita juga diterima menjadi anggota ASEAN Fishery Education Network pada tahun 2016. Ini berarti ASEAN menghargai kita,'' imbuhnya.
Hal ini, terangnya, menambah pengakuan internasional yang telah dicapai oleh para staf pengajar FPIK melalui bidangnya masing-masing.
Di balik kisahnya, Dr. Luky adalah sosok yang memiliki jiwa seni. Ia senang mendengarkan soft music. Ia juga senang melukis dan bermain musik.
''Karena waktu, sekarang sudah jarang melukis, tapi beberapa tahun lalu sempat tiap minggu melukis. Saya juga bermain gitar dan keyboard. Tidak profesional. Untuk menyenangkan diri sendiri sudah lebih dari cukup,'' pungkasnya. (NIRS/NM)./ (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Ia memulai jenjang perkuliahan di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan FPIK IPB dan lulus pada tahun 1992.
Pendidikan master bidang Fisheries Economics and Policy ia tempuh pada tahun 2000 di Graduate School of Fisheries Sciences, Kagoshima University, Jepang.
Selanjutnya, pada tahun 2004 ia meraih gelar doktor (PhD) di bidang Marine Resources Policy dari United Graduated School of Marine Environmental Sciences, Kagoshima University, Jepang.
Perjalanan karir Dr. Luky dimulai dengan bergabung dalam program pengelolaan pesisir di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB.
Kemudian pada tahun 1995, ia menjadi dosen pegawai negeri sipil (PNS).
Saat doktor cerdas Rokhmin Dahuri dan kawan-kawan mendirikan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB.
Ia menjadi salah satu sosok yang memberikan kontribusi besar.
Studi di Jepang memberikan kematangan ilmu dan pengalaman. Ia kembali ke IPB setelah menyelesaikan studi di Jepang.
Karir berikutnya ia jabat sebagai Wakil Kepala PKSPL IPB, Sekretaris PKSPL IPB, Ketua Program Studi Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL), Sekretaris Senat FPIK IPB, dan pada tahun 2013-2015 ia dipercaya sebagai Kepala PKSPL LPPM IPB.
Pada tahun 2015, ia terpilih menjadi Dekan FPIK IPB untuk masa jabatan 2015-2020.
Sebagai dekan, ia ingin FPIK IPB bisa dihargai, dihormati, serta di-respect oleh institusi-institusi, khususnya institusi perikanan dan ilmu kelautan di kawasan regional Asia Timur.
''Saya ingin FPIK tidak hanya jago kandang di Indonesia, tapi juga dihargai oleh regional Asia Timur,'' ujarnya.
Menurutnya, sebagian visi tersebut sudah tercapai melalui terpilihnya ia sebagai Co-Chair for International Advisory Board, Coastal and Marine Institute, Xiamen University, di China.
''Mereka menunjuk kita sebagai wakil, berarti fakultas kita dihargai. Kita juga diterima menjadi anggota ASEAN Fishery Education Network pada tahun 2016. Ini berarti ASEAN menghargai kita,'' imbuhnya.
Hal ini, terangnya, menambah pengakuan internasional yang telah dicapai oleh para staf pengajar FPIK melalui bidangnya masing-masing.
Di balik kisahnya, Dr. Luky adalah sosok yang memiliki jiwa seni. Ia senang mendengarkan soft music. Ia juga senang melukis dan bermain musik.
''Karena waktu, sekarang sudah jarang melukis, tapi beberapa tahun lalu sempat tiap minggu melukis. Saya juga bermain gitar dan keyboard. Tidak profesional. Untuk menyenangkan diri sendiri sudah lebih dari cukup,'' pungkasnya. (NIRS/NM)./ (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017