Bogor, 14/11 (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendukung agar pajak untuk industri yang telah menggunakan teknologi hasil penelitian mendapat keringanan sebagai salah satu upaya mendorong kemajuan penilitian di Indonesia.

"Di negara-negara luar telah menerapkan kebijakan meringankan pajak bagi perusahaan atau industri yang telah menggunakan teknologi hasil penelitian. Seperti di California dan Florida, hanya di Indonesia ini belum diberlakukan," kata Kepala Pusat Peneliti (P2) Bioteknologi LIPI Dr Ir Witjaksono di sela-sela kegiatan Seminar Internasional Bioteknologi 2012 di IPB Interntional Convention Center, Bogor, Selasa.

Witjaksono mencotohkan, salah satu perusahaan energi di Malaysia yang menghibahkan dananya sebesar 1 persen untuk penelitian. Bahkan perusahaan tersebut mendirikan Universitas sendiri yang tujuannya untuk mendukung perkembangan teknologi dan penelitian di negaranya.

Menurut Witjaksono perlu adanya "corporate riset responsibility" (CRR) guna mendorong perkembangan dan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di Indonesia.

"Riset akan lebih maju kalau didorong dari segala sektor. Misalnya dari perusahaan, bagaimana mendorong agar perusahaan di Indonesia mau untuk mendukung riset nasional mungkin salah satunya dengan meringankan beban pajak industri sehingga perusahaan dapat leluasa berkontribusi," katanya.

Perhatian pemerintah terhadap riset masih terbagi, saat ini dana riset yang dianggarkan pemerintah kurang dari satu persen. Dana riset Indonesia lebih kecil dibanding Malaysia, Singapura dan India yang sudh mencapai 3 persen.

Witjaksono mencotohkan, kebijakan meringankan pajak bagi industri di luar negeri sangat luas dampaknya. Selain mendorong kemajuan teknologi di daerah tersebut, dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

"Di California itu, ada nenek-nenek yang bisa menyekolahkan cucunya ke jenjang pendidikan. Karena di sana kemitaraan antara industri dan dunia riset serta pendidikan sangat terjalin," katanya.

Sementara itu, lanjut Witjaksono, di Indonesia, hubungan riset dan stakeholder tidak begitu kuat. Sedangkan di luar, antara perusahaan dan peneliti saling bekerjasama, salah satu contoh perusahaan terbesar di California rutin menggelar briffing antara pimpinan persahaan dengan ahlinya.

"Saat ini peneliti di Indonesia masih fokus pada prinsipnya "science for science" itu memang bagus. Tapi terlalu banyak "sisa"juga jadinya tidak bagus," katanya.

Witjaksono mengatakan, LIPI telah berupaya untuk mendorong agar ada keringanan pajak sebagai profit perusahaan dalam mendukung riset. Namun, hal tersebut belum ada kelanjutannya.

Hubungan industri dengan penelitian khususnya dari sektor pertanian dan peternakan sudah lebih bagus. Tinggal mendorong sektor riset dan industri diluar dua sektor tersebut agar lebih profit.

"Kami berharap nanti Indonesia bisa seperti India yang memiliki pemikiran riset merupakan salah satu yang harus dimajukan," katanya.


Laily R

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012