Bogor (Antara Megapolitan) - Dalam populasi kecil, bakteri patogen biasanya belum memunculkan sifat patogennya akan tetapi berbeda ketika bakteri tersebut dalam populasi yang besar. Sebelum menyerang tanaman, bakteri patogen terlebih dahulu mengeluarkan signal yang disebut asiletithomoserinlakton.

Senyawa ini selalu diproduksi saat sendirian atau bersama-sama. Apabila signal tersebut penuh maka akan masuk ke dalam sel bakteri memberi komando untuk mengekspresikan gen patogen.

Dosen dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Giyanto, menjelaskan bahwa sifat patogen bakteri jahat tersebut memiliki berbagai wujud.

''Ada yang wujudnya eksopolisakarida yaitu semacam lendir. Kalau dia tinggal di xilem dan menghasilkan lendir maka tanaman padi layu dan mati. Kedua bisa berupa toksin (racun) bagi tanaman yang dapat merusak. Contohnya patogen yang menyerang kloroflas yang akhirnya menguning dan mati,'' ujarnya.

Ada juga yang bentuknya enzim. Contohnya kubis yang lunak dan busuk mengandung bakteri erlinia yang menghasilkan enzim pektinase yaitu enzim pendegradasi pektin.

Pektin adalah dinding sel tanaman, kalau dinding selnya hancur maka isi selnya akan lepas dan dimanfaatkan oleh bakteri maka kemudian akan jadi busuk. Ada juga patogen penghasil zat pengatur tumbuh.

Jika menyerang tanaman, maka tanaman itu dirangsang menjadi tumbuh tidak normal dan melemahkan tanaman itu.

''Ada juga yang menitipkan gen pada tanaman. Gen dikirimkan ke dalam tanaman dan diekspresikan oleh bakteri dan bakteri tinggal memanen hasilnya saja. Jadi banyak cara, ada yang secara fisik, kimia dan sebagainya,'' ujarnya.

Ia menambahkan bahwa untuk mencegah serangan patogen (sebelum bakteri patogen mengekspresikan sifatnya), kita dapat mengacaukan signal tersebut. Bakteri pesaingnya dapat memanfaatkan signal itu sebagai makanannya.

Sehingga apabila bakteri patogen menghasilkan signal AHL maka akan didegradasi oleh bakteri baik tersebut dikarenakan bakteri pesaingnya memiliki enzim pemecahnya yaitu enzim laktonase.

''Bakteri di alam bisa kita temukan pada tanaman. Ada bakteri patogen ada bakteri lainnya yang tinggal dan sama-sama perlu tanaman tersebut. Jika bakteri patogen membunuh tanaman maka bakteri baik akan kehilangan sumberdaya juga, maka tanaman ini dibantu oleh bakteri baik agar jangan dibunuh oleh bakteri jahat. Caranya adalah dengan mengacaukan sinyal komunikasi tadi,'' ujarnya.

Giyanto bersama timnya telah berhasil menemukan dan melakukan karakterisasi empat jenis bakteri yang dapat mengekspresikan enzim laktonase tersebut.

''Itu sudah kita sekuensing, dan sudah kita depositkan ke gen bank sebagai kontribusi kita dan potensinya bakteri ini bisa dimanfaatkan di lapang ke depannya,'' tuturnya

Ke depannya teknologi tersebut harapannya dapat diaplikasikan dalam tiga bentuk.

“Kalau di luar negeri, teknologi ini bisa untuk genetik engineering. Pertama gen laktonase dari bakteri dibawa ketanaman, dan tanaman tersebut nantinya mengekspresikan laktonase, ketika bakteri patogen masuk kedalam tanaman maka sinyal bakteri patogen otomatis akan didegradasi oleh tanaman itu sendiri. Kedua, wujud aslinya diperbanyak saja dan kita semprotkan langsung ke tanaman. Ini sebagai agen hayati. Ketiga, gen tersebut dapat di klon dan bisa di ambil protein murninya yaitu laktonase tadi. Laktonase ini bisa digunakan untuk menyemprot tanaman seperti bahan kimia biasa. Tapi kita baru sampai tahap menemukan bakteri penghasil laktonase itu saja, karena itu masih butuh proses yang panjang,'' tuturnya.(IR/Zul)

Pewarta: Humas IPB/Giyanto

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017