Bogor (Antara Megapolitan) - Angkak dan bekatul dapat dijadikan sebagai agen terapi untuk penurun juga pengontrol kolesterol dan gula darah, dikarenakan kandungan senyawa bioaktifnya.
Terkait hal ini, sejumlah pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian untuk membuat sediaan obat anti-hiperkolesterolemia dan anti-Hiperglisemia dari angkak (Red Yeast Rice) dan bekatul (Rice Bran).
Mereka adalah Hasim, Syaefudin, Dimas Andrianto, Qomariah Hasanah dan Ayu Indrayanti Ismail dari Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA); serta Didah Nur Faridah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta).
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengujian daya anti-hiperkolesterolemik (inhibisi HMG KoA) dan anti-hiperglikemik (inhibisi-glukosidase campuran ekstrak angkak dan ekstrak bekatul secara in vitro).
Peneliti ini menemukan dalam pengujian inhibisi glukosidase yang paling tinggi adalah ekstrak kasar etanol baik pada angkak (IC50 sebesar 20,86 g/ml) maupun bekatul (IC50 sebesar 26,39 g/ml), sedangkan untuk pengujian inhibisi HMG KoA reduktase yang paling tinggi adalah fraksi nasi air dari ekstrak kasar etanol baik pada angkak (36,32%) maupun bekatul (64,50%).
Aktivitas antioksidan yang terbaik diperoleh dari formulasi ekstrak kasar etanol angkak dan bekatul 1:1. Analisis kinetika HMG Ko A reduktase dengan penambahan ekstrak fraksi air bekatul dipelajari dengan memvariasikan substrat NADPH.
Plot Lineweaver-Burk menunjukkan sistem tanpa inhibitor nilai Vmaks 1,3 mM/menit dan Km 331,45 mM sedangkan sistem dengan inhibitor (fraksi air dari ekstrak kasar etanol) diperoleh nilai Vmaks 0,3 mM/menit dan Km 56,57 mM.
Kinetika-glukosidase sistem tanpa inhibitor diperoleh nilaiVmaks 2,8 mM/menit dan Km 10,8 mM sedangkan sistem dengan inhibitor (ekstrak kasar etanol angkak) diperoleh nilai Vmaks 0,6 mM/menit dan Km 3,9 mM.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan nilai Vmaks dan nilai Km yang menunjukkan inhibisi terhadap aktivitas kedua enzim tersebut.(IR/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Terkait hal ini, sejumlah pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian untuk membuat sediaan obat anti-hiperkolesterolemia dan anti-Hiperglisemia dari angkak (Red Yeast Rice) dan bekatul (Rice Bran).
Mereka adalah Hasim, Syaefudin, Dimas Andrianto, Qomariah Hasanah dan Ayu Indrayanti Ismail dari Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA); serta Didah Nur Faridah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta).
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengujian daya anti-hiperkolesterolemik (inhibisi HMG KoA) dan anti-hiperglikemik (inhibisi-glukosidase campuran ekstrak angkak dan ekstrak bekatul secara in vitro).
Peneliti ini menemukan dalam pengujian inhibisi glukosidase yang paling tinggi adalah ekstrak kasar etanol baik pada angkak (IC50 sebesar 20,86 g/ml) maupun bekatul (IC50 sebesar 26,39 g/ml), sedangkan untuk pengujian inhibisi HMG KoA reduktase yang paling tinggi adalah fraksi nasi air dari ekstrak kasar etanol baik pada angkak (36,32%) maupun bekatul (64,50%).
Aktivitas antioksidan yang terbaik diperoleh dari formulasi ekstrak kasar etanol angkak dan bekatul 1:1. Analisis kinetika HMG Ko A reduktase dengan penambahan ekstrak fraksi air bekatul dipelajari dengan memvariasikan substrat NADPH.
Plot Lineweaver-Burk menunjukkan sistem tanpa inhibitor nilai Vmaks 1,3 mM/menit dan Km 331,45 mM sedangkan sistem dengan inhibitor (fraksi air dari ekstrak kasar etanol) diperoleh nilai Vmaks 0,3 mM/menit dan Km 56,57 mM.
Kinetika-glukosidase sistem tanpa inhibitor diperoleh nilaiVmaks 2,8 mM/menit dan Km 10,8 mM sedangkan sistem dengan inhibitor (ekstrak kasar etanol angkak) diperoleh nilai Vmaks 0,6 mM/menit dan Km 3,9 mM.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan nilai Vmaks dan nilai Km yang menunjukkan inhibisi terhadap aktivitas kedua enzim tersebut.(IR/NM)
Editor : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017