Bogor (Antara Megapolitan) - Kementerian Agama melalui Balai Litbang Agama Jakarta menyusun panduan model pendidikan sekolah berbasis pesantren dalam rangka mewujudkan pendidikan karakter.

"Kami tengah mengkonsep panduan untuk memperkuat integrasi pendidikan pesantren dengan umum, sebagai pendidikan karakter," kata Rizki Riadu Taufik, Kasubag Balai Litbang Agama, Kemenag dalam workshop penyusunan model pendidikan karakter sekolah berbasis pesantren di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu malam.

Ia mengatakan penyusunan panduan sekolah berbasis pesantren tersebut dilakukan dalam rangka mendukung Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang pendidikan karakter.

"Kenapa pesantren, karena pesantren sudah teruji dan terbukti sebagai salah satu pendidikan karakter di Indonesia," katanya.

Untuk menyusun panduan tersebut Balai Litbang Agama Jakarta telah melakukan penelitian di 13 provinsi bagian barat, melibatkan tim berjumlah 10 orang peneliti.

Penelitian dilakukan ke sejumlah sekolah menengah pertama berbasis pesantren yang ada di 13 provinsi bagian barat. SMP berbasis pesantren tersebut merupakan kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama yang sudah berjalan sejak 2008.

Tercatat ada 247 SMP berbasis pesantren yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. Perkembangannya saat ini menunjukkan arah yang positif.

"Hasil penelitian ini menjadi bahan rekomendasi Balai Litbang Agama, yang diworkshopkan untuk menjaring masukan dari sejumlah pemangku kepentingan dalam mempersiapkan panduan ini," katanya.

Workshop dihadiri puluhan peserta terdiri dari Ormas Islam, pesantren, Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan. Dibuka secara resmi oleh Kapus Litbang Pendidikan Agama Prof Amsala Bachtiar.

Salah satu tim peneliti penyusuan panduan sekolah berbasis karakter Sumarsih Anwar menjelaskan sekolah berbasis pesantren menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis kepribadian yang tengah dihadapi oleh Bangsa Indonesia.

"Karena pesantren cikal bakal pendidikan di Indonesia dalam pendidikan karakter," katanya.

Ia mengatakan penelitian Balai Litbang Agama Jakarta melihat sejauh mana keberhasilan program SMP berbasis pesantren berjalan dengan baik, dilihat dari model pendidikannya, muatan pendidikannya, cara mendidiknya, hingga pendidikan keterampilan yang diberikan.

"Sejauh ini model pendidikan sekolah berbasis pesantren ini sudah semakin diminati, jumlah siswa terus meningkat, dan memiliki kemandirian," katanya.

Sementara itu, Neneng Habibah peneliti lainnya menambahkan, pendidikan agama yang diajarkan oleh sekolah umum dengan durasi tiga sampai empat jam belum maksimal dalam membangun karakter anak berakhlakulkarimah, hanya melahirkan kemandirian.

"Beberda dengan pesantren yang mondok selain mengajarkan kemandirian juga kebiasaan," katanya.

Ia mengatakan sekolah formal memfokuskan sistem pendidikan pada sektor kecerdasan intelektual atau akademik, maka pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan yang mengutamakan pengajaran pada sektor kecerdasan spiritual dan pendalaman ajaran agama Islam.

"Dari 18 nilai karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan muaranya adalah religiulitas. Agama yang kuat punya sikap toleran, disiplin, mandiri dan cinta tanah air," kata Neneng.

Pedoman sekolah berbasis pesantren tersebut nantinya akan menjadi pedoman bagi sekolah-sekolah lainnya untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah berbasis pesantren.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017