Bogor (Antara Megapolitan) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bekerja sama Heriot Watt University Inggris dan Feng Chia University Taiwan menyelenggarakan "The international symposium of bioeconomic on natural resources unitilization (ISBINARU)" di Bogor.

Simposium internasional tentang pengelolaan sumber daya hayati itu dibuka Plt Kepala LIPI Prof Bambang Subiyanto di Bogor, Kamis.

ISBINARU merupakan yang pertama kalinya menjadi bagian dari rangkaian peringatan 50 tahun kiprah LIPI dan dua abad Kebun Raya Bogor.

"Simposium ini merupakan wadah bagi para peneliti antar disiplin ilmu, praktisi, pengajar dan profesional untuk bertemu langsung, memperluas pengetahuan, berdiskusi agar melahirkan ide-ide untuk kemajuan penelitian khususnya bidang sumber daya hayati," kata Bambang.

"The international symposium of bioeconomic on natural resources unitilization" (ISBINARU) membahas topik utama tentang pengembangan kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan sumber daya hayati dengan pendekatan bioekonomi.

ISBINARU mengumpulkan ratusan ilmuan dari lembaga penelitian, akademisi maupun kalangan praktisi untuk saling bertukar hasil penelitian dan informasi terbaru di bidang pemanfaatan sumber daya hayati dan aspek-aspeknya.

"Ini tidak hanya simposium saja, tapi kegiatan ini kita dapat melihat referensi-referensi dari hasil-hasil penelitian dari beberapa negara peserta," kata Bambang.

ISBINARU mengangkat tema "sustainable economics in bioresources" diharapkan mampu mengakselerasi peran dan sinergi para peneliti dari lembaga penelitian maupun akademisi dari perguruan tinggi di Indonesia agar dapat memanfaatkan sumber daya hayati secara berkesinambungan.

"LIPI terus mendorong para peneliti bidang hayati agar menghasilkan penemuan-penemuan baru yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas," kata Bambang.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Prof Enny Sudarmonowati mengatakan dalam simposium tersebut akan ada inisiasi kerja sama antara LIPI dengan Taiwan dan Inggris terkait pengelolaan sumber daya hayati untuk energi, pangan, lingkungan dan kesehatan.

Ia menyebutkan Taiwan memiliki sejumlah industri di Indonesia, berhasil mengembangkan energi terbarukan untuk otomotif, demikian pula Inggris yang unggul dalam pengelolaan sumber daya pesisirnya.

"Dengan Taiwan kita pelajari bagaimana hasil-hasil penelitian yang ada di LIPI bisa bermanfaat dan hilirisasinya. Dan dari Inggris berkaitan dengan peningkatan kapasitas khususnya di kelautannya," kata Enny.

Enny menambahkan tujuan utama ISBINARU adalah membahas perkembangan terkini tentang penelitian berbasis sumber daya hayati dengan pendekatan ekonomi dan sosial berkesinambungan dalam mendukung kemajuan iptek.

"Dari simposium ini, kami berharap lahirnya ide penelitian baru sehingga penelitian hayati ke depan semakin berkembang dan lebih baik lagi," kata Enny.

Sementara itu salah satu pembicara dari Feng Chia University Taiwan, Prof Shu Yii Wu memuji Indonesia sebagai negara yang beruntung karena berada di garis ekuator sehingga memiliki cahaya matahari penuh setiap waktu.

"Cahaya matahari di Indonesia sangat cukup, dan bisa dijadikan sumber energi (solar sell) hanya saya permasalahannya Indonesia belum mampu memanfaatkan kelimpahan sumber cahaya matahari ini," katanya.

Peneliti dari Herriot Watt University Inggris, Dr Michael Bell menyatakan siap bekerja sama untuk membantu peneliti di Indonesia dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya hayati khususnya kelautan.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017