Bogor (Antara Megapolitan) - Vihara Dhanagun di Kota Bogor, Jawa Barat menggelar tradisi tahunan Festival Kue Bulan (moon cake) yang merupakan hari raya panen dan salah satu festival penting bagi warga keturunan Tionghoa.

Festival Kue Bulan berlangsung Sabtu, dimulai dari pukul 18.00 WIB dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman.

Hingga pukul 21.00 WIB festival masih berlangsung dihadiri pula oleh Wali Kota Bima Arya Sugiarto.

Panitia Kegiatan Festival Kue Bulan Ayung menyebutkan festival tersebut sudah menjadi agenda tahunan yang sudah diselenggarakan rutin sejak tiga tahun silam.

"Festival Kue Bulan atau Festival Musim Gugur diisi dengan tradisi makan kue makanya disebut kue bulan," kata Ayung.

Ia menjelaskan tujuan hakiki dari festival tersebut adalah sebagai ajang silaturahmi antar satu dengan yang lainnya, semakin mempererat persaudaraan sehingga menciptakan persatuan dan kesatuan.

"Karena Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika, kita menghidupkan Festival Kue Bulan dengan tradisi Indonesia yakni pertunjukkan seni dan kebudayaan Nusantara," kata Ayung.

Kegiatan festival diisi dengan menyanyi dan pertunjukkan musik-musik tradisional dari Nusantara, seperti kulintan, sasando dan sampek alat musik tradisional Suku Dayak.

Setiap tahun festival tersebut dimulai pukul 18.00 WIB hingga malam tiba, sembari melihat terang bulan menikmati kue bulan dan mendengar alunan musik.

Vihara Dhanagun menyiapkan 300-400 kue bulan yang dapat dinikmati oleh masyarakat yang datang ke vihara tersebut.

"Festival Kue Bulan terbuka untuk umum, acara ini melibatkan tokoh dan masyarakat lintas agama," kata Ayung.

Ia mengatakan Kue Bulan menjadi hidangan khusus selama Festival Kue Bulan atau berlangsung yakni dari tangga 1-15 di bulan edelapan kalender Lunar (Imlek).

"Kalau di Tiongkok dan Malaysia, kue bulan hanya ada di tanggal 1-15 saja. Bedanya di Indonesia, kue bulan tetap ada yang jual setiap saat tapi bedanya tidak banyak," kata Ayung.

Ayung menambahkan Festival Kue Bulan lebih ramai dari tahun-tahun sebelumnya. Panitia jauh-jauh hari telah mensosialisasikan kegiatan tersebut kepada masyarakat luas.

"Ini bukan tradisi tapi festival, semua masyarakat hadir dari latar belakan berbed suku, agama tetapi menyatu dalam Kebhinnekaaan, lewat seni dan budaya yang kita tampilkan bersama," kata Ayung.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017