Karawang (Antara Megapolitan) - Air di saluran irigasi sepanjang Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada musim kemarau tahun ini memang tidak mengering, tetapi kekeringan telah menghantui masyarakat dan mengancam ribuan hektare sawah di daerah lumbung padi ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang telah menyatakan status siaga bencana kekeringan sejak Agustus 2017, ditandai dengan terjadinya krisis air bersih di sejumlah daerah setempat sejak dua bulan terakhir.
Sesuai dengan pemetaaan yang telah dilakukan BPBD, dari total 30 kecamatan yang tersebar di Karawang, mayoritas kecamatan berpotensi dilanda bencana kekeringan.
Bahkan disebutkan, sekitar 80 persen daerah di Karawang berpotensi dilanda kekeringan yang berdampak terhadap krisis air bersih pada musim kemarau ini.
Memasuki pekan terakhir September ini, kekeringan yang melanda wilayah Karawang semakin meluas. Sebelumnya hanya 25 desa yang dilanda krisis air bersih, kini bertambah menjadi 30 desa.
AKibat kekeringan yang terjadi di 30 desa itu, sebanyak 30.325 jiwa warga Karawang terkena dampak kekeringan alias kesuliran air bersih.
Sebanyak 30 desa yang kini dilanda kesulitan air bersih pada musim kemarau ini tersebar di lima kecamatan, yakni Tegalwaru, Ciampel, Pangkalan, Telukjambe Barat, serta Kecamatan Telukjambe Timur.
Di luar lima kecamatan itu, BPBD Karawang memprediksi masih ada daerah yang dilanda kekeringan dan belum melapor ke BPBD setempat.
Untuk mendapatkan air bersih, warga terpaksa berjalan satu-dua kilometer ke sungai atau mata air yang masih mengalirlan air. Seperti yang dilakukan Ahmad Aziz, warga Desa Kertasari, Kecamatan Pangkalan, Karawang.
Pada musim kemarau ini, ia harus mengambil air sungai yang mulai mengering untuk kebutuhan mandi cuci dan kakus (MCK). Air bersih itu didapat dari sungai yang kini kondisinya sudah mulai mengering.
Sebelumnya warga Desa Kertasari mengambil air sisa sungai yang mengering untuk minum, mandi dan mencuci, karena semua sumur di rumah warga sudah mengering. Dalam sehari warga bolak-balik sampai tiga kali untuk mendapatkan air dari sisa dari sungai yang mulai mengering.
Tapi kini masyarakat Pangkalan tidak bisa lagi mengambil air bersih di sungai dan mata air yang ada di daerah tersebut, karena kini kondisinya semakin mengering.
Biasanya masyarakat mengambil air bersih di sungai atau mata air yang ada sembari menunggu kiriman air dari BPBD Karawang.
Camat Pangkalan Usep Supriatna menyatakan, untuk mendapatkan air bersih masyarakat kini hanya mengandalkan kiriman atau pendistribusian air bersih dari pemkab atau kiriman air bersih dari pihak swasta.
"Tidak hanya mata air, air sungai di daerah kami juga sudah mengering. Jadi masyarakat benar-benar kesulitan air bersih," kata Usep.
Kecamatan Pangkalan beserta beberapa kecamatan lain yang kekeringan dikenal sebagai daerah Karawang Selatan, berdekatan dengan pegunungan, tapi hampir setiap tahun daerah tersebut dilanda kekeringan pada musim kemarau.
Kondisi itu diperparah dengan banyaknya kegiatan pertambangan di sekitar Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru yang mengakibatkan daerah tersebut gersang.
Kegiatan pertambangan secara besar-besaran diduga ikut menyumbang hilangnya sumber mata air di daerah tersebut.
Pada musim kemarau seperti saat ini, masyarakat terkena dampaknya, yakni kesulitan air bersih. Tapi keterlibatan pihak perusahaan yang melakukan pertambangan dalam mengatasi kesulitan air bersih nyaris tidak ada.
Kepala BPBD Karawang Banuara Nadeak mengajak pihak perusahaan untuk membantu masyarakat yang kesulitan air bersih pada musim kemarau tahun ini.
Pihak perusahaan bisa menyalurkan air bersih atau bantuan logistik ke daerah yang dilanda kekeringan, dengan berkoordinasi terlebih dahulu ke BPBD setempat.
Ia menyatakan setelah disurati, sejumlah perusahaan yang ada di Karawang umumnya menyatakan siap untuk ikut serta membantu masyarakat mengatasi kekeringan.
BPBD sendiri hingga kini masih terus mendistribusikan air bersih ke masyarakat yang mengalami kekurangan air bersih. Pendistribusian air bersih dilakukan dengan dibantu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Karawang.
Kekeringan di Karawang tidak hanya terjadi pada musim kemarau tahun ini. Setiap tahun sejumlah daerah di Karawang kekeringan hingga mengalami kesulitan air bersih. Tetapi pemkab hanya mengatasinya dengan mendistribusikan air bersih ke daerah kekeringan.
Pemkab Karawang nyaris tidak memiliki perencanaan jangka panjang dalam mengatasi bencana kekeringan seperti pemeliharaan sumber mata air, pengeboran air tanah, pembuatan sodetan, pembangunan embung, dan upaya jangka panjang lainnya.
Atas hal tersebut, bencana kekeringan yang mengakibatkan kesulitan air bersih itu akan terus menjadi hantu menakutkan bagi masyarakat Karawang hingga beberapa tahun ke depan.
Ancam Ribuan Hektare Sawah
Dinas Pertanian Kabupaten Karawang akan mewaspadai dampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini, karena seluas 7.448 hektare dari total sekitar 97 ribu hektare sawah yang ada di daerah ini terancam kekeringan. Ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan itu tersebar di 23 kecamatan setempat.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi menyatakan, hingga kini belum ada laporan areal sawah yang dilanda kekeringan. Statusnya masih rawan atau berpotensi kekeringan.
"Tapi yang sudah pasti dilanda kekeringan ialah areal sawah di wilayah Karawang selatan. Sebab areal sawah di wilayah tersebut merupakan areal tadah hujan yang hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah," kata dia.
Para petani di areal sawah tadah hujan dan petani yang daerahnya masuk rawan kekeringan diimbau untuk menanam palawija pada musim kemarau tahun ini. Hal itu disampaikan karena tanaman palawija cenderung lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan tanaman padi.
Dalam antisipasi kekeringan, Dinas Pertanian Kabupaten Karawang telah berkoordinasi dengan Kodim 0604 Karawang. Di Markas Kodim Karawang sendiri kini tersimpan pompa air dengan jumlah 20 unit.
Pompa air itu bisa dimanfaatkan bila di suatu wilayah ada laporan areal sawah yang kekeringan dan ada sumber mata air di daerah itu. Petani melalui kelompok tani bisa meminjam pompa air tersebut untuk mengairi areal sawah mereka.
Hal lain yang diantisipasi pada musim kemarau seperti saat ini ialah aksi rebutan air di kalangan petani. Aksi rebutan air itu biasanya dilakukan dengan cara membendung saluran irigasi yang airnya surut. Itu perlu diantisipasi karena aksi rebutan air itu bisa memicu keributan antarpetani.
Yuyu Yudaswara, Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Padi dan Palawija Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Karawang mengimbau agar para petani tidak berebut air untuk mengairi areal sawah pada musim kemarau.
"Jika petani tidak berebut air, maka air untuk mengairi areal sawah di saluran irigasi `tertier` tetap terpenuhi," katanya.
Apabila saluran irigasi tertier kondisinya baik dan tidak ada perebutan air sesama petani, maka seluruh areal sawah yang kini masuk jadwal tanam tidak akan kekurangan air.
Pada musim kemarau sesama petani biasanya ribut karena berebut jatah air dari saluran irigasi yang mulai menyusut dengan cara membendung saluran irigasi yang airnya surut.
Mereka kemudian menyedot air yang terkumpul di saluran irigasi, setelah dilakukan pembendungan. Aksi pembendungan irigasi untuk mengumpulkan air itu membuat petani yang berada di depan saluran irigasi tidak kebagian air.
Tidak Ganggu Persediaan Beras
Meski terdapat ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan pada musim kemarau tahun ini, Dinas Pangan Kabupaten Karawang memastikan musim kemarau yang mengakibatkan areal sawah mengalami kekeringan tidak akan mengganggu persediaan beras.
Sesuai dengan data Dinas Pertanian setempat, produktivitas padi di Karawang cukup tinggi atau mencapai sekitar 1,4 ton gabah kering panen per tahun. Jika disetarakan dengan beras, maka produksi padi di daerah ini mencapai sekitar 800 ton beras per tahun.
Jumlah beras yang diproduksi di Karawang tersebut terbilang tinggi, karena kebutuhan beras di daerah ini hanya sekitar 300 ton per tahun. Sehingga pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Karawang sebenarnya aman.
"Kalau kita lihat datanya, Karawang ini masih sangat aman. Jadi tidak akan kekurangan (beras). Belum lagi kita ini masih punya cadangan beras daerah sebanyak 63 ton," kata Kepala Dinas Pangan Karawang Kadarisman.
Walaupun begitu, ia tetap mengimbau supaya petani menyisihkan hasil panen padi mereka agar tidak kesulitan dalam menghadapi musim paceklik.
Untuk beberapa daerah, petani sudah melakukan pola simpan padi tersebut, sebagai cadangan mereka pada musim paceklik.
Misalnya ada petani yang punya lahan 1 hektare dalam empat petak sawah. Hasil panen dari dua petak untuk mereka jual dan hasil panen dari dua petak lagi disimpan untuk kebutuhan hidup mereka.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang telah menyatakan status siaga bencana kekeringan sejak Agustus 2017, ditandai dengan terjadinya krisis air bersih di sejumlah daerah setempat sejak dua bulan terakhir.
Sesuai dengan pemetaaan yang telah dilakukan BPBD, dari total 30 kecamatan yang tersebar di Karawang, mayoritas kecamatan berpotensi dilanda bencana kekeringan.
Bahkan disebutkan, sekitar 80 persen daerah di Karawang berpotensi dilanda kekeringan yang berdampak terhadap krisis air bersih pada musim kemarau ini.
Memasuki pekan terakhir September ini, kekeringan yang melanda wilayah Karawang semakin meluas. Sebelumnya hanya 25 desa yang dilanda krisis air bersih, kini bertambah menjadi 30 desa.
AKibat kekeringan yang terjadi di 30 desa itu, sebanyak 30.325 jiwa warga Karawang terkena dampak kekeringan alias kesuliran air bersih.
Sebanyak 30 desa yang kini dilanda kesulitan air bersih pada musim kemarau ini tersebar di lima kecamatan, yakni Tegalwaru, Ciampel, Pangkalan, Telukjambe Barat, serta Kecamatan Telukjambe Timur.
Di luar lima kecamatan itu, BPBD Karawang memprediksi masih ada daerah yang dilanda kekeringan dan belum melapor ke BPBD setempat.
Untuk mendapatkan air bersih, warga terpaksa berjalan satu-dua kilometer ke sungai atau mata air yang masih mengalirlan air. Seperti yang dilakukan Ahmad Aziz, warga Desa Kertasari, Kecamatan Pangkalan, Karawang.
Pada musim kemarau ini, ia harus mengambil air sungai yang mulai mengering untuk kebutuhan mandi cuci dan kakus (MCK). Air bersih itu didapat dari sungai yang kini kondisinya sudah mulai mengering.
Sebelumnya warga Desa Kertasari mengambil air sisa sungai yang mengering untuk minum, mandi dan mencuci, karena semua sumur di rumah warga sudah mengering. Dalam sehari warga bolak-balik sampai tiga kali untuk mendapatkan air dari sisa dari sungai yang mulai mengering.
Tapi kini masyarakat Pangkalan tidak bisa lagi mengambil air bersih di sungai dan mata air yang ada di daerah tersebut, karena kini kondisinya semakin mengering.
Biasanya masyarakat mengambil air bersih di sungai atau mata air yang ada sembari menunggu kiriman air dari BPBD Karawang.
Camat Pangkalan Usep Supriatna menyatakan, untuk mendapatkan air bersih masyarakat kini hanya mengandalkan kiriman atau pendistribusian air bersih dari pemkab atau kiriman air bersih dari pihak swasta.
"Tidak hanya mata air, air sungai di daerah kami juga sudah mengering. Jadi masyarakat benar-benar kesulitan air bersih," kata Usep.
Kecamatan Pangkalan beserta beberapa kecamatan lain yang kekeringan dikenal sebagai daerah Karawang Selatan, berdekatan dengan pegunungan, tapi hampir setiap tahun daerah tersebut dilanda kekeringan pada musim kemarau.
Kondisi itu diperparah dengan banyaknya kegiatan pertambangan di sekitar Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru yang mengakibatkan daerah tersebut gersang.
Kegiatan pertambangan secara besar-besaran diduga ikut menyumbang hilangnya sumber mata air di daerah tersebut.
Pada musim kemarau seperti saat ini, masyarakat terkena dampaknya, yakni kesulitan air bersih. Tapi keterlibatan pihak perusahaan yang melakukan pertambangan dalam mengatasi kesulitan air bersih nyaris tidak ada.
Kepala BPBD Karawang Banuara Nadeak mengajak pihak perusahaan untuk membantu masyarakat yang kesulitan air bersih pada musim kemarau tahun ini.
Pihak perusahaan bisa menyalurkan air bersih atau bantuan logistik ke daerah yang dilanda kekeringan, dengan berkoordinasi terlebih dahulu ke BPBD setempat.
Ia menyatakan setelah disurati, sejumlah perusahaan yang ada di Karawang umumnya menyatakan siap untuk ikut serta membantu masyarakat mengatasi kekeringan.
BPBD sendiri hingga kini masih terus mendistribusikan air bersih ke masyarakat yang mengalami kekurangan air bersih. Pendistribusian air bersih dilakukan dengan dibantu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Karawang.
Kekeringan di Karawang tidak hanya terjadi pada musim kemarau tahun ini. Setiap tahun sejumlah daerah di Karawang kekeringan hingga mengalami kesulitan air bersih. Tetapi pemkab hanya mengatasinya dengan mendistribusikan air bersih ke daerah kekeringan.
Pemkab Karawang nyaris tidak memiliki perencanaan jangka panjang dalam mengatasi bencana kekeringan seperti pemeliharaan sumber mata air, pengeboran air tanah, pembuatan sodetan, pembangunan embung, dan upaya jangka panjang lainnya.
Atas hal tersebut, bencana kekeringan yang mengakibatkan kesulitan air bersih itu akan terus menjadi hantu menakutkan bagi masyarakat Karawang hingga beberapa tahun ke depan.
Ancam Ribuan Hektare Sawah
Dinas Pertanian Kabupaten Karawang akan mewaspadai dampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini, karena seluas 7.448 hektare dari total sekitar 97 ribu hektare sawah yang ada di daerah ini terancam kekeringan. Ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan itu tersebar di 23 kecamatan setempat.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi menyatakan, hingga kini belum ada laporan areal sawah yang dilanda kekeringan. Statusnya masih rawan atau berpotensi kekeringan.
"Tapi yang sudah pasti dilanda kekeringan ialah areal sawah di wilayah Karawang selatan. Sebab areal sawah di wilayah tersebut merupakan areal tadah hujan yang hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah," kata dia.
Para petani di areal sawah tadah hujan dan petani yang daerahnya masuk rawan kekeringan diimbau untuk menanam palawija pada musim kemarau tahun ini. Hal itu disampaikan karena tanaman palawija cenderung lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan tanaman padi.
Dalam antisipasi kekeringan, Dinas Pertanian Kabupaten Karawang telah berkoordinasi dengan Kodim 0604 Karawang. Di Markas Kodim Karawang sendiri kini tersimpan pompa air dengan jumlah 20 unit.
Pompa air itu bisa dimanfaatkan bila di suatu wilayah ada laporan areal sawah yang kekeringan dan ada sumber mata air di daerah itu. Petani melalui kelompok tani bisa meminjam pompa air tersebut untuk mengairi areal sawah mereka.
Hal lain yang diantisipasi pada musim kemarau seperti saat ini ialah aksi rebutan air di kalangan petani. Aksi rebutan air itu biasanya dilakukan dengan cara membendung saluran irigasi yang airnya surut. Itu perlu diantisipasi karena aksi rebutan air itu bisa memicu keributan antarpetani.
Yuyu Yudaswara, Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Padi dan Palawija Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Karawang mengimbau agar para petani tidak berebut air untuk mengairi areal sawah pada musim kemarau.
"Jika petani tidak berebut air, maka air untuk mengairi areal sawah di saluran irigasi `tertier` tetap terpenuhi," katanya.
Apabila saluran irigasi tertier kondisinya baik dan tidak ada perebutan air sesama petani, maka seluruh areal sawah yang kini masuk jadwal tanam tidak akan kekurangan air.
Pada musim kemarau sesama petani biasanya ribut karena berebut jatah air dari saluran irigasi yang mulai menyusut dengan cara membendung saluran irigasi yang airnya surut.
Mereka kemudian menyedot air yang terkumpul di saluran irigasi, setelah dilakukan pembendungan. Aksi pembendungan irigasi untuk mengumpulkan air itu membuat petani yang berada di depan saluran irigasi tidak kebagian air.
Tidak Ganggu Persediaan Beras
Meski terdapat ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan pada musim kemarau tahun ini, Dinas Pangan Kabupaten Karawang memastikan musim kemarau yang mengakibatkan areal sawah mengalami kekeringan tidak akan mengganggu persediaan beras.
Sesuai dengan data Dinas Pertanian setempat, produktivitas padi di Karawang cukup tinggi atau mencapai sekitar 1,4 ton gabah kering panen per tahun. Jika disetarakan dengan beras, maka produksi padi di daerah ini mencapai sekitar 800 ton beras per tahun.
Jumlah beras yang diproduksi di Karawang tersebut terbilang tinggi, karena kebutuhan beras di daerah ini hanya sekitar 300 ton per tahun. Sehingga pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Karawang sebenarnya aman.
"Kalau kita lihat datanya, Karawang ini masih sangat aman. Jadi tidak akan kekurangan (beras). Belum lagi kita ini masih punya cadangan beras daerah sebanyak 63 ton," kata Kepala Dinas Pangan Karawang Kadarisman.
Walaupun begitu, ia tetap mengimbau supaya petani menyisihkan hasil panen padi mereka agar tidak kesulitan dalam menghadapi musim paceklik.
Untuk beberapa daerah, petani sudah melakukan pola simpan padi tersebut, sebagai cadangan mereka pada musim paceklik.
Misalnya ada petani yang punya lahan 1 hektare dalam empat petak sawah. Hasil panen dari dua petak untuk mereka jual dan hasil panen dari dua petak lagi disimpan untuk kebutuhan hidup mereka.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017