Bogor, (Antara Megapolitan) - Dr. Ir. Budy Wiryawan, M Sc memulai kiprahnya sebagai Dosen di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) sejak tahun 1987. 

Menjadi dosen memiliki fungsi-fungsi yang harus dipegang yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian). 

Baginya menjadi dosen merupakan profesi yang sesuai dengan keinginannya yaitu menjadi peneliti dan penulis sekaligus bisa mengabdikan diri kepada Masyarakat.
 
Dr. Budy menyelesaikan pendidikan magisternya di Newcastle Upon Tyne, UK dan berhasil lulus dengan predikat MSc with honor In Tropical Coastal Management atau setara lulusan terbaik. 

Selama S1, S2, S3 saya berhasil menjadi lulusan terbaik. Dalam hal pendidikan Dr. Budy memiliki prinsip-prinsip khusus dalam mendidik mahasiswanya. Ia mengkombinasi hal yang ada dilapangan dengan teori yang ada.

Riset yang digelutinya selama 30 tahun yakni di bidang pemanfaatan sumberdaya perikanan. Pria asal Tegal ini memiliki banyak capaian membanggakan. Dr. Budy-lah yang pertama kali mempelopori proyek pembuatan Atlas Pengelolaan Pesisir di Indonesia. 

Proyek penelitian yang dipimpinya tersebut dimulai di Pesisir Lampung selama 3 tahun. Hasil dari penelitian ini dikumpulkan dalam bentuk buku “Atlas Pengelolaan Pesisir Lampung”.

Atlas ini memiliki peranan penting dalam perencanaan perikanan diantaranya adalah kawasan pesisir. Pada umumnya kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). 

Padahal setiap sumberdaya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran atau over eksploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi di kawasan ini, yang pada gilirannya dapat menimbulkan suatu tragedi bersama (open tragedy).

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu penting dilakukan mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat diimplementasikan. Perlu dirumuskan suatu konsep penataan ruang (strategic plan) serta berbagai pilihan objek pembangunan yang serasi. 

Dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar interdisiplin ilmu (interdisciplinary approaches), yang mengakibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. 

“Seingat saya ada 11 provinsi yang menyusul membuat Atlas Pesisir dengan format Atlas Pesisir Provinsi Lampung. Saat ini, dari lima hirarki perencanaan, Atlas Pesisir merupakan unsur pertama yang harus ada dalam penyusunan Undang-Undang Pesisir,” imbuhnya. 

Selain mengajar dan meneliti, Dr. Budy juga aktif bekerjasama dengan LSM-LSM internasional dalam proyek penelitian bersama. Bahkan beberapa mahasiswa S1, S2, S3 bimbingannya kerap belajar meneliti bersama proyek penelitiannya. 

Dengan demikian setelah lulus mahasiswanya akan lebih mudah mencari kerja di bidangnya karena telah memiliki pengalaman di lapang. 

Dalam hal pengabdian kepada masyarakat Dr. Budy banyak terlibat sebagai peneliti lingkungan kemudian memodelkannya. Salah satunya adalah tanggal 9 Agustus lalu Dr. Budy diminta untuk mempresentasikan hasil pemodelannya tentang solusi penanganan sampah di teluk Jakarta pada International Summit di Makassar. 

Usahanya dalam memodelkan pergerakan sampah dari 13 sungai di teluk Jakarta adalah bentuk pengabdiannya sebagai dosen untuk kebermanfaatan di masyarakat. Jika terobosannya diimplementasikan, pencemaran laut akan berkurang dan kelimpahan ikan di teluk Jakarta serta kepulauan seribu akan membaik.

Di sela-sela aktivitasnya sebagai dosen Dr.Budy ternyata memiliki hobi yang sangat sesuai dengan bidangnya yaitu fun diving dengan dua sertifikat selamnya.

Beberapa perairan di Indonesia-pun pernah Ia selami. Selain itu, aktivitas unik lainnya yang sering dilakukannya adalah Karate, saat masih muda Dr. Budy pernah menjadi ketua Karate cabang Bogor. 

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017