Bogor (Antara Megapolitan) - Kementerian Pertanian berupaya untuk terus menjaga stabilitas harga pangan lewat Toko Tani Indonesia, yang akan dikembangkan menjadi 5.000 unit hingga tahun 2019.
"Sampai saat ini sudah berdiri 1.400 TTI, targetnya akan dikembangkan menjadi 5.000 TTI hingga 2019," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi dalam rapat kerja BKP di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Agung menyebutkan pihaknya sudah melakukan monitoring dan evaluasi di lapangan, ada beberapa TTI yang sudah berdiri kondisinya masih aktif, ada yang berhenti dan ada pula yang stabil.
Terkait angkanya, Agung menyebutkan tidak terlalu besar. Dari 1.400 TTI yang ada, hanya 73 TTI yang berhenti beroperasi.
Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan TTI tu berhenti di antaranya lokasi TTI yang sulit diakses karena berada di lokasi yang sempit, berada dalam gang, sehingga menyulitkan barang keluar masuk, dan masyarakatpun sulit menjangkau.
"Penyebab lainnya karena pasokan dari petani," katanya.
TTI merupakan salah satu upaya Kementerian Pertanian dalam menyediakan pangan terjangkau oleh masyarakat. Menjual produk pertanian dengan harga terjangkau karena didatangkan langsung dari petani yang tergabung dalam kelompok tani.
Keberadaan TTI memperpendek rantai distribusi. Sehingga penyebarannya di seluruh wilayah dapat memenuhi kenutuhan pangan pokok masyarakat dengan mudah dan murah.
"Melalui TTI ini rantai pemasaran dapat diperpendek sehingga konsumen lebih terbantu dengan harga terjangkau, begitu juga petani dapat menjual produk pertaniannya dengan mudah," kata Agung.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Sampai saat ini sudah berdiri 1.400 TTI, targetnya akan dikembangkan menjadi 5.000 TTI hingga 2019," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi dalam rapat kerja BKP di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Agung menyebutkan pihaknya sudah melakukan monitoring dan evaluasi di lapangan, ada beberapa TTI yang sudah berdiri kondisinya masih aktif, ada yang berhenti dan ada pula yang stabil.
Terkait angkanya, Agung menyebutkan tidak terlalu besar. Dari 1.400 TTI yang ada, hanya 73 TTI yang berhenti beroperasi.
Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan TTI tu berhenti di antaranya lokasi TTI yang sulit diakses karena berada di lokasi yang sempit, berada dalam gang, sehingga menyulitkan barang keluar masuk, dan masyarakatpun sulit menjangkau.
"Penyebab lainnya karena pasokan dari petani," katanya.
TTI merupakan salah satu upaya Kementerian Pertanian dalam menyediakan pangan terjangkau oleh masyarakat. Menjual produk pertanian dengan harga terjangkau karena didatangkan langsung dari petani yang tergabung dalam kelompok tani.
Keberadaan TTI memperpendek rantai distribusi. Sehingga penyebarannya di seluruh wilayah dapat memenuhi kenutuhan pangan pokok masyarakat dengan mudah dan murah.
"Melalui TTI ini rantai pemasaran dapat diperpendek sehingga konsumen lebih terbantu dengan harga terjangkau, begitu juga petani dapat menjual produk pertaniannya dengan mudah," kata Agung.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017