Purwakarta (Antara Megapolitan) - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan kegiatan ekonomi tidak boleh lagi terpusat di wilayah perkotaan, dan perlu penguatan ekonomi perdesaan untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme.

"Desa sebagai penghasil sumber daya harus menjadi pusat kegiatan ekonomi, dan tidak boleh tenggelam dalam kemiskinan," katanya saat mengisi kuliah umum dalam diskusi bertajuk "Menjaga Fitrah Bangsa dari Radikalisme dan Terorisme" di Olympic House, Stadium Path, Hongkong, Minggu.

Di hadapan 152 ribu peserta kuliah umum itu, Dedi menyampaikan untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme, sejak dini harus dimulai dari penguatan ekonomi pedesaan.

Menurut dia, jika menginginkan Indonesia tidak tumbuh subur terorisme, maka kegiatan ekonomi harus terpusat di desa, bukan lagi di Jakarta.

"Kalau di desa tersedia sumber-sumber ekonomi, maka orang desa tidak lagi menjadi beban di kota dan menjadi kaum miskin di sana, pada akhirnya menganggur," katanya.

Akibat tingkat pengangguran itulah, kata Dedi, terjadi depresi di tengah masyarakat. Pada tahap selanjutnya, kondisi psikologi yang tengah mengalami depresi ini menjadi "makanan empuk" para ideolog radikalisme dan terorisme.

Selain faktor ekonomi, bupati juga menyerukan penguatan kebudayaan sebagai "obat penangkal" dua paham yang hari ini menjadi musuh dunia internasional tersebut.

Lagi-lagi, identitas budaya di perdesaan menurut dia menjadi kunci bagi terpeliharanya warga negara Indonesia dari paham tersebut.

"Jangan ubah kebudayaan Indonesia menjadi kebudayaan lain. Indonesia harus tetap menjadi Indonesia," katanya.

Pemeliharaan budaya di perdesaan itu sendiri harus dimulai dari pemeliharaan arsitektur dan tata ruang perdesaan yang harus selalu ramah lingkungan. Kondisi ini akan berakibat pada rasa betah para penghuninya, sehingga tidak mencari suasana baru yang menurut mereka lebih nyaman.

Pewarta: M. Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017