Bogor (Antara Megapolitan) - Melioidosis merupakan infeksi bakteri yang bisa berakibat fatal pada manusia dan hewan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri Burkholderia pseudomallei yang dapat ditemukan di tanah dan air tawar di daerah beriklim tropis.

Untuk meningkatkan kesadaran akan melioidosis, Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar workshop ''Melioidosis : Detection, Diagnosis, Treatment and Prevention Using One Health Approach'', bekerjasama dengan Health Security Partners (HSP) dari Washington, DC, yang juga bereran sebagai sponsor utama workshop ini. Acara digelar di IPB International Convention Center (IICC) Bogor, 14-16 Agustus.

Para pembicara merupakan ahli di bidang bakteri ini pada tingkat regional dan internasional dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Thailand yang telah melakukan penelitiannya pada  manusia dan hewan; sementara dari Indonesia diwakili oleh praktisi dan peneliti Rumah Sakit Dokter Sardjito Yogyakarta, Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Wahidin Sudirohusodo Makassar Sulawesi Selatan, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahrani Samarinda Kalimantan Timur, dan peneliti dari PSSP LPPM IPB.

Peserta yang hadir merupakan partisipan multisektoral, perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, perguruan tinggi, institusi swasta, serta laboratorium diagnostik pemerintah dan swasta.

Kepala Fasilitas Laboratorium Riset PSSP LPPM IPB, Dr. drh. Diah Iskandriati, yang juga merupakan penanggung jawab acara menyampaikan, bakteri B. pseudomallei ini dapat menginfeksi manusia, hewan ternak, ikan, reptil, dan unggas.

Efeknya berbahaya, sama bahayanya seperti penyakit antraks.  Selain itu, bakteri ini sangat mudah disalahgunakan sebagai senjata biologis, karenanya di Amerika Serikat dikategorikan sebagai salah satu agen berbahaya pilihan (select agents), seperti kuman penyebab antraks yg harus diwaspadai dan diawasi pemanfaatannya dalam penelitian.

Ia menambahkan, di Indonesia baru PSSP LPPM-IPB yang melaporkan indikasi kejadian kasusnya pada hewan, namun dalam laporan kasus di Sulawesi, Kalimantan, dan Yogyakarta pada manusia justru sudah banyak dilaporkan kejadiannya. Gejala umum terinfeksi diantaranya adalah demam yang diikuti gangguan pernapasan sampai terjadi kematian.  

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) dari Kementerian Pertanian RI memberikan sambutan utamanya (keynote speech) untuk workshop ini. Dalam sambutan yang dibawakan oleh Kepala Subdit Pengawasan Obat Hewan, Dirjen PKH menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada PSSP LPPM-IPB sebagai penggerak workshop ini.

Dirjen PKH juga berharap agar ke depan PSSP LPPM-IPB bisa merangsang peneliti institusi lain di bidang kesehatan hewan melakukan penelitian ataupun surveilans bakteri ini pada komoditas ternak dan hewan lain untuk mengetahui lebih baik keadaannya di Indonesia, sehingga dapat dibangun kebijaksanaan yang tepat guna terkait patogen ini.

Sementara itu pada sambutan acara penutupan workshop, Kepala PSSP LPPM-IPB Dr. Drh. Joko Pamungkas MSc menyampaikan harapannya workshop ini bisa dijadikan sebagai starting point untuk membangun jejaring melioidosis nasional agar bisa berbagi informasi kasus di Indonesia, serta melakukan riset kerjasama dg kolega regional dan internasional. (dh)

Pewarta: Humas IPB

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017