Sejak lahir seseorang akan terus mengalami  pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya. Pertumbuhan seseorang erat kaitannya dengan asupan gizi yang diperolehnya. Perkembangan seseorang dipelajari dalam ilmu psikologi.

Guru Besar Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB), Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dalam suatu risetnya berjudul “Gizi dan Stimulasi untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Optimal pada Anak Usia Dini” menggabungkan keahlian ilmu gizi dengan aspek psikologi. 

Selama masa pertumbuhan janin, seorang ibu perlu mengetahui kandungan gizi yang dikonsumsinya, karena pertumbuhan yang baik dari bayi dapat mempengaruhi tingkat perkembangan bayi tersebut.

“Anak yang lahir dengan volume otak kecil (lahir prematur) berisiko mengalami kesulitan dalam perilaku, gerak, emosi, belajar dan daya ingat serta IQ rendah. Anak dengan status gizi baik sejak dini memiliki tes kognitif (kecerdasan) lebih baik daripada anak yang mengalami status gizi kurang,” ujar  Prof. Faisal.

Sejak lahir anak usia dini sangat membutuhkan seluruh kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Gizi seimbang dibutuhkan untuk membentuk sel otak. Orang tua perlu memantau pertumbuhan anak berumur 5-6 tahun, karena pembesaran dan perbanyakan sel-sel otak terus berjalan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas otak ke depannya.

“Sel-sel otak dapat membelah dengan kecepatan 50 ribu – 100 ribu kali per menit selama pertumbuhan janin. Perbanyakan sel terjadi secara cepat. Pembentukan ini dipengaruhi oleh rangsangan atau stimulasi pemeliharaan yang diperoleh anak dari ibunya,” tambah Prof. Faisal.

Disamping jumlah sel otak yang terbentuk, perkembangan sel tersebut terjadi karena menyambungnya sel otak yang dihubungkan dengan sinaps atau jaringan saraf yang baru terbentuk pada minggu ke-13 dari masa kehamilan. Banyaknya  sambungan sinaps tersebut dapat menggambarkan pengalaman pengetahuan dan emosi yang telah dilalui anak.

“Anak sejak kecil selain diberikan asupan makanan gizi lengkap, perlu juga diberikan stimulasi. Stimulasi yang diberikan dapat berupa interaksi maupun dengan memberikan permainan-permainan edukasi yang dapat diberikan sejak kecil untuk mengasah kemampuan berpikir mereka,” lanjut Prof. Faisal.

Stimulasi otak tersebut dapat diberikan sejak janin masih di dalam kandungan. Contohnya seorang ibu dapat mengajak ngobrol bayinya ataupun diperdengarkan musik-musik klasik. Saat beranjak usia dini, anak-anak dapat diikutsertakan sekolah-sekolah bermain seperti PAUD (Pendidikan anak usia dini), Play Group ataupun Preschool.

Pada saat menjadi Anak Usia Dini, anak-anak masih sangat mudah menyerap berbagai informasi yang diberikan. Hal ini akan menstimulasi  kemampuannya berbahasa dan kemampuan lainnya. 

Pemberian stimulus dilakukan dengan menyenangkan, anak pun dapat dengan mudah menyerap segala informasi berharga. Peran lingkungan keluarga dan sekolah penting untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kecerdasan optimal. (GG/ris)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017