Bogor (Antara Megapolitan) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Majelis Pengukuhan Profesor Riset mengukuhkan tiga profesor riset Kementerian Pertanian di Kampus Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.

Tiga profesor riset tersebut yakni Prof Didik Harnowo bidang budi daya dan produksi tanaman, Prof Dedi Nursyamsi, bidang ilmu tanah, agroklimatologi dan hidrologi, serta Prof I Nyoman Widiarta bidang hama dan penyakit tanaman.

Pengukuhan tiga profesor riset ini merupakan pengukuhan yang ke 126, 127 dan 128.

Pengukuhan ditandai dengan menyampaikan orasi pengukuhan profesor riset dihadapan Majelis Profesor Riset dan tamu undangan.

Prof Didik Harnowo menyampaikan orasi berjudul Inovasi Teknologi Benih Kedelai untuk Memacu Pengemangan Hilir Perbenihan.

Selanjutnya, Prof Dedi Nursyamsi, menyampaikan orasi berjudul Inovasi Pemupukan Berbasis Keseimbanan Hara Terintegrasi untuk Mendukung Swasembada Pangan Nasional.

Dedi dalam orasinya mengatakan inovasi pemupukan saat ini, yang hanya berbasis pada keseimbangan hara, dinilai sudah tidak memadai dalam memacu peningkatan produksi, serta penngkaatan efisiensi pemupukan dan mendukung tenologi ramah lingkungan.

"Inovasi pemupukan berbasis keseimbangan hara terintegrasi dengan teknologi lain bilaa diterapkan secara masih oleh seluruh petani padi, akan memerikan tambahan keuntungan setara dengan Rp180 trilyun per tahun," katanya.

Orasi ketiga disampaikan Prof I Wayan Widiarta dengan judul Reformasi Paket Pengendalian Penyakit Tungro Terpadu Pada Tanaman Padi Dalam Era Revolusi Hijau Lestari.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Muhammad Syakir mengatakan Balitbang diharapkan mengawal secara intensif berbagai kebijakan yang diambil oleh Kementerian Pertanian.

"Semua kebijakan yang diambil sebagian besar atas pertimbangan dari hasil penelitian Balitbangtan," kata Syakir membacakan sambutan Menteri Pertanian.

Ia mengatakan Kementerian Pertanian mendukung konsep penyusunan kebijakan berbasis sains sehingga mendorong agar Balitbang Pertanian mengembangkan kegiatan penelitian yang hasilnya siap untuk diimplementasikan.

"Sebagai contoh teknologi jarwo super, perlu dikembangkan dalam bentuk kaji tidak dalm skala ribuan hektare, sehingga menjadi model percontohan dan siap direplikmasi di banyak tempat," kata Syakir.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017