Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB di pusat Kota Bogor. Matahari menyorot dengan sinar yang hangat, menyelinap di antara ranting dan dedaunan pohon Kebun Raya Bogor.
Rusa-rusa di halaman Istana Kepresidenan Bogor berlarian. Deru motor dan mobil yang melintas bersahutan di seputar jalur sistem satu arah (SSA), menjadi pemandangan biasa di seputar kawasan Ring 1 tersebut.
Di tengah hiruk pikuk warga Kota Bogor pagi hari itu, ratusan anak sekolah berjajar di jalur pedestrian SSA. Mereka berbalut busana batik, yang menandakan bahwa hari itu tengah turut serta merayakan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2024.
Mereka tak sekadar berbaris. Anak-anak ini bersama komunitas dan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) membentangkan kain batik motif nusantara.
Kain batik berbagai motif ini digabungkan dengan sedemikian rupa hingga mencapai panjang 4,1 kilometer. Lalu dibentangkan di sepanjang jalur pedestrian SSA, melintas dari Jalan Pajajaran, Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan Ir. H. Juanda, dan Jalan Jalak Harupat. Mengelilingi lingkar luar Kebun Raya, dan Istana Kepresidenan Bogor.
Meski sibar Matahari menyengat, siswa-siswi yang turut serta membentangkan batik tetap bersemangat. Bergeser melangkahkan kakinya agar batik karya anak bangsa ini bisa terbentang sempurna.
Sesekali mereka melambaikan tangan dengan gembira kepada masyarakat yang melintas menggunakan kendaraan sembari menebar senyum ceria ke kamera awak media yang menyorotnya.
Seorang remaja bernama Ifah ambil bagian untuk membentangkan batik, yang merupakan rangkaian acara Bogor Batik Festival Ke-15. Siswi berusia 17 tahun ini memiliki harapan agar warisan budaya takbenda yang diakui UNESCO ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tak hanya pada hari spesial.
Elemen Bogor dalam selembar kain
Harmonisasi dari berbagai elemen yang ada di Kota Bogor ini, juga tertuang dalam motif batik patepung lawung. Motif batik ini sudah dipatenkan sebagai hak kekayaan intelektual (HKI) oleh Handayani Geulis Batik Bogor.
Pemilik generasi kedua Handayani Geulis Batik Bogor, Georgian Marcello, bercerita bahwa motif batik patepung lawung ini dibuat dengan latar belakang bahwa kehidupan di Bogor terdiri atas berbagai elemen, seperti cinta, karir, suka duka, dan dinamika kehidupan lainnya.
Beragam ornamen kekayaan alam Kota Bogor itu lalu dituangkan dengan indah ke dalam motif batik, seperti torehan rusa, pohon beringin, tumbuhan paku-pakuan, dan talas. Makna motif batik patepung pawung merupakan pertemuan semua elemen kehidupan di Bogor.
Selain Handayani Geulis, Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor menyebutkan ada 15 perajin batik lain yang ada di Kota Hujan ini.
Mereka adalah Batik Pancawati, Melinda, Melangit, Cherry, Gaziseri, Bumiku Batik, Panineungan, Sadulur, dan Irwanda berada di Kampung Wisata Batik Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara. Lalu ada Batik Arimbi, Galis, Bogor Tegallega Paniisan, Tradisiku, Organik, dan Motif Keulamaan Kota Bogor.
Para perajin batik ini, sebagian besar menorehkan ciri khas dan ikon Kota Bogor dalam motif batik yang dimilikinya, seperti hujan gerimis, kijang, rusa, kujang, bunga raflesia, hingga Kebun Raya Bogor. Namun, ada juga yang terinspirasi simbol-simbol keagamaan Islam seperti kaligrafi arab dan geometri.
Disparbud Kota Bogor mencatat sekitar 180 tenaga kerja yang menggantungkan nasibnya pada batik. Oleh karenanya, para perajin terus berusaha untuk melestarikan Batik Bogor sebagai identitas daerahnya.
Mengingat pentingnya melestarikan batil tersebut, Georgian aktif mengedukasi masyarakat untuk memperkenalkan berbagai macam motif batik bogor yang telah diciptakan, melalui program edukasi batik ke masyarakat.
Pemkot mendukung
DPemerintah Kota Bogor melalui Disparbud terus berperan dalam mendukung para perajin batik. Sekretaris Disparbud Kota Bogor Ana Ismawati mengatakan, salah satu program yang dilakukan, antara lain, melakukan pendampingan perajin batik yang tergabung di Kampung Wisata Batik Cibuluh.
Pendampingan itu meliputi penguatan SDM pengelola, penguatan sadar wisata, izin usaha, fasilitas HKI, penguatan promosi, hingga pemasaran digital.
Selain dilakukan oleh Disparbud, juga dilakukan kolaborasi multipihak dengan melibatkan perguruan tinggi, dunia usaha, dan komunitas. Hal ini dilakukan demi melestarikan batik yang di Kota Bogor, termasuk melibatkan para perajin dalam pameran dan ajang promosi lainnya.
Merayakan Hari Batik Nasional
Masyarakat juga berinisiatif melakukan kegiatan untuk merayakan Hari Batik Nasional, seperti pembentangan kain batik pada 2 Oktober lalu serta yang dilakukan 500 pesepeda pada 5 Oktober dalam acara "Batik Ride 2024".
Diikuti dari kalangan usia muda hingga tua, ratusan pesepeda ini mengenakan atribut batik dengan berbagai model dan motif khas nusantara. Panitia "Batik Ride 2024:, Afro Indayana, mengatakan acara ini merupakan inisiatif tahunan yang menggabungkan olahraga bersepeda dengan kecintaan terhadap warisan budaya Indonesia: batik.
Dari hasil survei yang dimilikinya, menunjukkan hanya 35 persen generasi muda yang rutin mengenakan batik. Oleh karenanya, "Batik Ride 2024" hadir sebagai respons terhadap tantangan ini, menggabungkan unsur modern yang digemari anak muda seperti bersepeda dengan upaya edukasi dan promosi batik.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor Hery Antasari menilai, peringatan Hari Batik Nasional tahun ini sangat istimewa karena tidak semata-mata mewajibkan atau secara inisiatif menggunakan pakaian batik, namun memberikan makna lebih dengan kegiatan yang luar biasa.
Kegiatan merayakan Hari Batik Nasional merupakan wujud kolaborasi multipihak karena inisiasi, pelaksanaan, dan energi berasal dari buah pikir masyarakat dan komunitas, lalu didukung oleh Pemerintah.
Bahkan, pembentangan batik sepanjang 4,1 kilometer pada 2 Oktober 2024, memecahkan rekor Original Rekor Indonesia (ORI).
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024