Depok, 15/10 (ANTARA) - Kebijakan penerapan sehari tanpa nasi atau One Day No Rice (ODNR) oleh Pemerintah Kota Depok meningkatkan konsumsi beras analog.

"Sebagai makanan ODNR permintaannya saat ini sudah mencapai 50 kg per hari," kata penemu beras analog Slamet Budijanto, di Balai Kota Depok, Senin.

Ia mengatakan, produksi beras analog saat ini terbatas sekitar 250 kg per bulan sedangkan permintaan lebih dari hasil produksi.

Dikatakannya, peran Depok cukup sentral dalam permintaan beras analog, namun kami masih kewalahan dalam memenuhi permintaan itu.

Sehingga lanjut dia produksi beras analog yang diprakarsai Institut Pertanian Bogor (IPB) saat ini belum bisa memenuhi permintaan pasar.

Untuk itu, kata dia, perlu dibangun pabrik untuk bisa memproduksi beras analog dalam jumlah besar. "Perlu dibuat pabrik terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut," katanya.

Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk memproduksi beras analog. Bahkan sudah ada industri besar yang sudah tertarik memasarkan beras analog.

Slamet mengatakan, beras analog terbuat dari tepung jagung dan sagu yang dihaluskan serta dicetak menjadi berbentuk seperti nasi.

Jadi katanya kandungan beras analog bisa dimodifikasi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan gizi. "Kita bisa saja tambahkan vitamin," katanya.

Dia mengatakan, produksi beras analog juga memiliki potensi yang besar di Indonesia yang memiliki sekitar 21 juta hektar lahan untuk perkebunan.

Selain itu, beras analog juga terbuat dari bahan-bahan  dari pangan lokal yang ada di Indonesia.

Sementara itu Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan, penggunaan beras analog alternatif makanan yang paling ideal dalam program ODNR.

Ia mengakui selain dari pemkot Depok juga ada pihak restoran, rumah sakit dan lainnya yang menggunakan beras analog, tentunya ini meningkatkan konsumsi beras tersebut.

Mantan Presiden Partai Keadailan tersebut mengatakan  beras analog tersebut dijual dengan harga yang hampir setara dengan beras yaitu Rp 9.000 per kilo gram.
 


Feru L

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012