Karawang (Antara Megapolitan) - PT Pupuk Kujang berharap rencana kerja sama dengan Laos di bidang pertanian bisa terlaksana secepatnya, karena itu bisa mengurangi biaya impor bahan baku pupuk yang dikeluarkan perusahaan.
"Kami ingin sesegera mungkin bisa terwujud kerja sama ini," kata Direktur Utama PT Pupuk Kujang Nugraha Budi Eka Irianto, di sela menerima kunjungan Kementerian Luar Negeri Laos di kawasan pabrik PT Pupuk Kujang, Cikampek, Karawang, Jumat.
Ia mengatakan tahapan kerja sama ini masih tahap penjajakan. Tapi sudah mendapat dukungan dari Pemerintah Laos dalam meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dengan Laos.
"Responnya postif, baik Pemerintah Laos maupun Pemerintah Indonesia. Tinggal kita cari partner untuk menindaklanjuti kerja sama ini. Karena kerja sama ini kerja sama bisnis, bukan pemerintah antarpemerintah," kata dia.
Ia mengatakan kerja sama dengan Laos dibutuhkan agar pabrik pupuk dibawah naungan PT Pupuk Indonesia bisa lebih mudah mendapatkan bahan baku pupuk.
Selama ini, bahan baku pupuk potassium chloride yang dibutuhkan harus diimpor dari Kanada, Jerman, dan Jordania. Tetapi jika sudah ada kerja sama dengan Laos, maka bisa ekonomis karena jaraknya lebih dekat dengan Indonesia.
"Jadi lebih ekonomis saja. Kualitasnya juga bagus," kata dia.
Sementara itu, Direksi PT Pupuk Kujang menerima kunjungan Kementrian Luar Negeri Laos di komplek PT Pupuk Kujang, Cikampek, Kabupaten Karawang, Jabar, Jumat. Kunjungan itu bertujuan untuk memantapkan hubungan Indonesia dengan Laos dalam kerja sama dibidang ekonomi dan pertanian.
"Saya meyakini, rencana kerja sama ini akan menguatkan hubungan antara Laos dan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi dan pertanian," kata Irianto.
Ia mengatakan, kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari peluang investasi penambangan potassium chloride (KCL) di negara Laos oleh Tim Pupuk Kujang beberapa bulan yang lalu.
Pemerintah Laos mendukung rencana investasi Indonesia di pertambangan dan industri pupuk. Kondisinya, saat ini Laos belum memiliki perusahan pupuk, tapi Laos memiliki tambang KCL yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk.
"Saat ini Pupuk Kujang membutuhkan 70.000 ton potasium setiap tahunnya dan selama ini Indonesia mengimpor potasium dari Kanada dan Rusia. Jadi bisa dipastikan biaya operasional cukup tinggi untuk produksi," kata dia.
Sementara itu, Pupuk Kujang sendiri merupakan salah satu anak perusahaan Pupuk Indonesia yang berlokasi di Cikampek. Kapasitas produksi Pupuk Kujang terdiri dari 1,14 juta ton urea, 660 ribu ton amoniak dan 200 ribu ton NPK per tahun.
Sedangkan Pupuk Indonesia, saat ini menaungi 10 anak perusahaan yang terdiri dari lima produsen pupuk dan perusahaan yang bergerak di bidang EPC, logistik, energi, pangan serta perdagangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Kami ingin sesegera mungkin bisa terwujud kerja sama ini," kata Direktur Utama PT Pupuk Kujang Nugraha Budi Eka Irianto, di sela menerima kunjungan Kementerian Luar Negeri Laos di kawasan pabrik PT Pupuk Kujang, Cikampek, Karawang, Jumat.
Ia mengatakan tahapan kerja sama ini masih tahap penjajakan. Tapi sudah mendapat dukungan dari Pemerintah Laos dalam meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dengan Laos.
"Responnya postif, baik Pemerintah Laos maupun Pemerintah Indonesia. Tinggal kita cari partner untuk menindaklanjuti kerja sama ini. Karena kerja sama ini kerja sama bisnis, bukan pemerintah antarpemerintah," kata dia.
Ia mengatakan kerja sama dengan Laos dibutuhkan agar pabrik pupuk dibawah naungan PT Pupuk Indonesia bisa lebih mudah mendapatkan bahan baku pupuk.
Selama ini, bahan baku pupuk potassium chloride yang dibutuhkan harus diimpor dari Kanada, Jerman, dan Jordania. Tetapi jika sudah ada kerja sama dengan Laos, maka bisa ekonomis karena jaraknya lebih dekat dengan Indonesia.
"Jadi lebih ekonomis saja. Kualitasnya juga bagus," kata dia.
Sementara itu, Direksi PT Pupuk Kujang menerima kunjungan Kementrian Luar Negeri Laos di komplek PT Pupuk Kujang, Cikampek, Kabupaten Karawang, Jabar, Jumat. Kunjungan itu bertujuan untuk memantapkan hubungan Indonesia dengan Laos dalam kerja sama dibidang ekonomi dan pertanian.
"Saya meyakini, rencana kerja sama ini akan menguatkan hubungan antara Laos dan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi dan pertanian," kata Irianto.
Ia mengatakan, kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari peluang investasi penambangan potassium chloride (KCL) di negara Laos oleh Tim Pupuk Kujang beberapa bulan yang lalu.
Pemerintah Laos mendukung rencana investasi Indonesia di pertambangan dan industri pupuk. Kondisinya, saat ini Laos belum memiliki perusahan pupuk, tapi Laos memiliki tambang KCL yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk.
"Saat ini Pupuk Kujang membutuhkan 70.000 ton potasium setiap tahunnya dan selama ini Indonesia mengimpor potasium dari Kanada dan Rusia. Jadi bisa dipastikan biaya operasional cukup tinggi untuk produksi," kata dia.
Sementara itu, Pupuk Kujang sendiri merupakan salah satu anak perusahaan Pupuk Indonesia yang berlokasi di Cikampek. Kapasitas produksi Pupuk Kujang terdiri dari 1,14 juta ton urea, 660 ribu ton amoniak dan 200 ribu ton NPK per tahun.
Sedangkan Pupuk Indonesia, saat ini menaungi 10 anak perusahaan yang terdiri dari lima produsen pupuk dan perusahaan yang bergerak di bidang EPC, logistik, energi, pangan serta perdagangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017