Sukabumi, 14/10 (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berupaya meningkatkan surplus beras sesuai progam ketahanan pangan yang tujuannya agar seluruh daerah tidak rawan pangan dan menjadi salah satu daerah lumbung beras nasional.

"Melalui progam ketahanan pangan, kami terus menggenjot produksi beras setiap tahunnya dengan ditandakan adanya peningkatan target surplus beras di tahun ini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Kabupaten Sukabumi, Sudrajat.

Menurut Sudrajat, untuk tahun ini target surplus beras mencapai 175 ribu ton atau ada kenaikan daerah raihan surplus pada 2011 yang hanya 124 ribu ton.

Sementara untuk, target produksi gabah kering giling tahun ini pihaknya menargetkan mencapai 927.026 ton dan data sampai Oktober produksi beras sudah mencapai 827.722 ton.

"Dengan meningkatkan surplus beras dipastikan progam ketahanan pangan akan mudah tercapai, selain itu kami yakin Kabupaten Sukabumi tidak akan pernah kekurangan pangan karena didukung oleh luas lahan pertanian yang mencapai 65.855 hektare," tambahnya.

Ia mengatakan, tingginya target produksi dan surplus beras merupakan program pihaknya dalam menggenjot potensi ketahanan pangan di Kabupaten Sukabumi.

Bahkan, pihaknya optimistis warga di kabupaten itu tidak akan kekurangan pangan khususnya beras.

"Ini merupakan progam kami pada bidang ketahanan pangan dan menjaga produksi beras untuk persediaan yang dijadikan oleh nasional sebagai salah satu daerah yang merupakan lumbung beras nasional," kata Sudrajat.

Untuk mendukung progam ketahanan pangan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya bahkan sampai mengantisipasi agar di musim paceklik produksi pangan khususnya beras masih tetap terjaga.

Seperti melalui progam peningkatan produksi padi gogo yang merupakan padi tahan terhadap kekeringan.

Lebih lanjut, pihaknya juga melakukan penyuluhan kepada petani agar disaat musim paceklik untuk tidak menanam tanaman yang sulit ditumbuhkan.

"Manajemen penanaman yang baik sangat mempengaruhi terhadap produksi pangan, seperti petani harus paham waktu yang tepat untuk menanam padi dan jeni tanaman pangan lainnya," kata Sudrajat.

Di sisi lain, progam ketahanan pangan yang saat ini tengah digalakan pihaknya masih memiliki hambatan seperti puso atau gagal panen, beralih fungsinya lahan pertanian dan lain-lain.

Dari data pihaknya sampai saat ini lahan yang gagal panen mencapai 2.359 hektare.

Sementara, untuk lahan pertanian yang beralih fungsi mencapai 286,5 hektare, walaupun luas lahan pertanian yang beralih fungsi tidak begitu luas tetapi tetap saja mempengaruhi terhadak produksi lumbung beras Kabupaten Sukabumi.

"Ini yang menjadi kendala kami, karena hampir 70 persen lebih lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan, maka saat musim kemarau dipastikan selalu ada lahan pertanian yang puso. Selain itu, dari data terakhir kami lahan pertanian yang beralih fungsi walaupun tidak luas, tapi tetap saja mempengaruhi produksi pangan," kata Sudrajat.

Namun demikian, ada beberapa progam untuk mengatasi hal tersebut seperti memperluas lahan pertanian untuk padi gogo, organik sampai perbaikan saluran irigasi yang rusak dan membangun setra tanaman pangan dan gudang pangan di Kecamatan Jampang Kulon.      

Asisten II Sekretaris Daerah Bidang Ekonomi Pemerintah Kabupaten Sukabumi Dana Budiman mengatakan, untuk menjaga produksi dan persediaan pangan dalam rangka ketahanan pangan, pihaknya saat ini tengah membangun sentra pertanian dan gudang untuk penyimpanan hasil pertian di Kecamatan Jampang Kulon.

"Pembangunan ini merupakan kerjasama Pemkab Sukabumi dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) yang melihat potensi pertanian yang sangat melimpah bahkan dijadikan salah satu daerah penghasil beras terbesar di nasional yang menyuplai cadangan beras untuk nasional," kata Dana.

Dijelaskannya, pembangunan ini tujuannya untuk menjaga kualitas dan persediaan beras, dan mengantisipasi adanya kekurangan pangan saat musim paceklik khususnya musim kemarau.  

"Dengan adanya gudang untuk tempat penyimpanan pangan ini diharapkan bisa menjaga pasokan serta kualitas pangan," jelasnya.

Di sisi lain, dengan adanya sentra pertanian ini, bisa mengatasi masalah petani yang menjual hasil pertaniannya ke tengkulak.

    
    Lahan padi   

Upaya menggenjot produksi pangan khususnya beras, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi, terus menggenjot produksi padi jenis gogo yang merupakan padi dengan kualitas yang lebih seperti bisa ditanam dilahan yang minim pasokan air.

"Untuk mengembangkan padi jenis ini kami telah menyediakan lahan seluas 18.158 hektare dengan produksi gabah kering giling setiap satu hektarenya mencapai 38,92 kwintal dan sampai Agustus total produksi GKG padi gogo mencapai 70.267 ton," kata Kepala Sub Bagian Progam dan Perencanaan DPTP Kabupaten Sukabumi Deti Setiawati.

Menurut Deti, padi gogo ini bisa menjawab semua keluhan petani saat menghadapi musim kemarau, karena padi tersebut bisa ditanam di lahan pertanian yang minim pasokan air.

Tetapi, padi gogo ini tidak bisa ditanam sepanjang musim. "Untuk padi gogo ini musim tanamnya dari April sampai September, karena untuk antisipasi kemarau panjang, sebab padi jenis lain mayoritas tidak bisa bertahan di lahan yang minim air," tambahnya.

Dikatakannya, dengan semakin banyak petani yang menggunakan padi gogo untuk mengatasi permasalahan saat musim kemarau, ternyata hasilnya sangat baik sekaligus untuk menambah target produksi yang telah ditetapkan.

Pasalnya, selama musim kemarau, biasanya petani padi beralih profesi menjadi kuli bangunan atau bekerja di bidang lain sehingga mempengaruhi terhadap produksi.

Namun, setelah dicanangkannya padi gogo ini, saat musim kemarau, petani tetap bercocok tanam padi.

"Kami terus mengembangkan dan mensosialisasikan kepada para petani agar menanam pagi gogo saat musim kemarau karena lebih tahan terhadap cuaca yang kering," kata Deti.     

Kepala Sub Bagian Progam dan Perencanaan DPTP Kabupaten Sukabumi,Deti Setiawati mengatakan, pendataan luas lahan pertanian secara periodik dilakukan untuk mengetahui apakah lahan pertanian semakin berkurang atau bertambah.

Dari data terakhir pada 2011, luas lahan pertanian seluas 65.855 hektare atau ada peningkatan dari 2010 lalu yang luas lahannya hanya 64.077 hektare.

Lebih lanjut, pertambahan data luas lahan ini karena masih banyak lahan pertanian yang belum terdata, disamping ada warga yang membuka lahan pertanian baru.

Namun, untuk pembukaan lahan pertanian baru dari data yang ada cukup kecil, maka dari yang dilakukannya saat ini adalah melakukan pendataan ulang terhadap luas lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi.

"Pendataan ini tidak hanya untuk mengukur berapa target produksi pangan di setiap tahunnya, tetapi juga untuk pemberian bantuan kepada para petani seperti benih, pupuk dan lain-lain, dan untuk mengetahui berapa kerugian yang ditanggung petani jika terjadi puso," tambahnya. 

Namun, yang disayangkan saat ini masih ada petani yang tergoda menjual lahan pertaniannya kepada pihak lain, sehingga lahan pertanian berubah fungsi.

Dari data pihaknya seluas 286,5 hektare lahan pertanian beralih fungsi ke non pertanian, yang tersebar di lima zona pertanian, mayoritas di wilayah utara.

"Dari hasil pendataan kami, sampai saat ini sudah 286,5 hektare lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi beralih fungsi ke non pertanian. Dari tujuh zona pertanian lahan pertanian yang beralih fungsi berada di lima zona yakni zona I, II, III, IV, dan VI. Dengan rincian, zona I seluas 150 hektare, II seluas 38 hektare, III seluas 60 hektare IV seluas 5 hektare, dan zona VI 33,5 hektare," kata Deti.

Diungkapkannya, mayoritas lahan pertanian yang beralih fungsi tersebut menjadi pemukiman, perusahaan dan lain-lain.

Lahan pertanian yang beralih fungsi ini mayoritas berada di wilayah utara.

Karena di wilayah tersebut pembangunan perumahan dan perusahaan tengah berkembang sehingga imbasnya kepada luas lahan pertanian yang dibeli oleh pihak lain seperti investor.

"Kami pun terus berupaya menekan beralih fungsinya lahan pertanian seperti dengan melakukan sosialisasi Undang-Undang no 41 tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan penetapan LP2B dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)," tambahnya.

Bupati Sukabumi, Sukmawijaya menjamin tidak akan kekurangan pangan khususnya beras karena produksi beras yang cukup melimpah Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu daerah yang dijadikan oleh pusat sebagai lumbung beras nasional.

"Kabupaten Sukabumi tidak akan pernah kekurangan pangan seperti beras," ungkap kata Sukmawijaya.

Menurut Sukmawijaya, persediaan beras setiap tahunnya cukup melimpah bahkan di saat musim-musim paceklik seperti musim kemarau, masyarakat tidak pernah ada yang mengeluh kekurangan pangan.

Karena warga Kabupaten Sukabumi yang merupakan petani, biasanya mereka sudah menghitung persediaan untuk antisipasi musim paceklik.

Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jabar produksi beras khususnya Kabupaten Sukabumi di Jabar, menduduki posisi pertama, setelah itu Indramayu dan Karawang.

Dengan tingginya produksi beras, kami juga memasok beras ke beberapa daerah terdekat dan kota-kota besar," kata Sukmawijaya.

Ditambahkannya, melihat kondisi yang seperti ini Kabupaten Sukabumi tidak akan kekurangan pangan apalagi sampai langka.

Progam ketahanan pangan yang digulirkan oleh pihaknya sampai saat ini sudah bisa dikatakan tercapai.

Selain itu, untuk mendorong progam tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pihaknya seperti membangun sentra pertanian dan gudang persediaan pangan.

Bahkan pihaknya yakin Kabupaten Sukabumi tidak membutuhkan beras dari impor yang kualitasnya jauh di bawah beras lokal asli Kabupaten Sukabumi.

"Namun kami akui masih ada kekurangan dari produksi beras Sukabumi yang sangat melimpah ini seperti belum adanya penamaan khusus seperti beras asal Cianjur, Padahal beras Cianjur itu berasal dari kita. Dan ini menjadi progam kami juga agar, beras dari Sukabumi dikenal oleh daerah lain," tambahnya.

 

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012