Sukabumi (Antara Megapolitan) - Warga korban bencana pergerakan tanah di Desa Nagrakjaya dan Cimenteng Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menolak rencana relokasi oleh pemerintah setempat.

"Ribuan warga Kecamatan Curugkembar tersebut memilih bertahan di tempat tinggalnya walaupun rawan terjadi bencana pergerakan tanah yang sudah merusak ratusan rumah," kata Camat Curugkembar Utang Supratman di Sukabumi, Selasa.

Adapun alasan warga enggan pindah karena mata pencaharian mereka sebagai petani, apalagi daerah tersebut tanahnya sangat subur.

Selain itu, warga pun menganggap desanya tersebut sebagai warisan turun temurun.

Dengan alasan tersebut masyarakat memilih bertahan walaupun dibayang-bayangi bencana pergerakan tanah.

Dari data pemerintah kecamatan, jumlah warga di dua desa yang terdampak bencana tersebut mencapai 1.236 jiwa atau 435 kepala keluarga.

Lanjut dia, warga pun kemungkinan sudah terbiasa dilanda bencana itu dan saat ini bisa dikatakan aman karena curah hujan tidak terlalu tinggi dan retakan tanah masih terjadi meski sudah ditambal warga.

Utang Supratman mengatakan upaya pemerintah untuk merelokasi warga memang dilematis karena di satu sisi ingin rakyatnya tinggal di tempat yang aman, tapi di sisi lain warganya sudah betah karena usahanya di bidang pertanian cukup berhasil.

Selain itu juga, tempat relokasi yang disediakan pun terbatas dan untuk melaksanakannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena harus disediakan saranan dan prasarana lainnya seperti sekolah, tempat usaha dan lain-lain.

"Warga memang sudah betah dan kemungkinan kecil mau direlokasi, karena tanah di areal terdampak bencana pergerakan tanah sangat subur dan bisa ditanami berbagai jenis tanaman khususnya untuk konsumsi," tambah Utang.

Sementara, Kepala Subbidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat Badan Geologi Sumaryono mengatakan tipe bencana pergerakan tanah di dua desa tersebut yakni rayapan. Walaupun pergerakannya lambat, tetapi bisa merusak bangunan yang ada di atasnya.

Tipe seperti ini bisa berulang-ulang apalagi saat musim penghujan dengan curah hujan yang tinggi.

Ia mengaku sebenarnya Desa Nagrakjaya dan Cimenteng tidak layak untuk dijadikan permukiman, tapi merelokasi warga tidak seperti membalikkan telapak tangan.

"Harus dicari solusinya agar dampak bencana tersebut bisa diminalisasikan seperti menata kawasan tempat tinggal," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017