Pekanbaru (Antara Megapolitan-Bogor) - Satu pesan singkat (SMS) masuk ke telepon seluler seorang warga yang sedang berada di salah satu hotel  di Jl Labersa, Kota Pekanbaru, Sabtu dengan bunyi pesan "Mari Ciptakan Indonesia yang Layak Anak. Saya Anak Indonesia. Saya Gembira".

Pengirim SMS itu berasal dari nomor 1500014 sehingga membuat terkejut laki-laki yang kebetulan membaca isi SMS itu.

"Itu pesan menyambut Hari Anak Nasional. Kan besok hari anak. Pengirimnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak," kata wanita yang bekerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang kebetulan berkawan dengan pria itu.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu sedang berada di hotel karena ada kegiatan pertemuan Forum Anak Nasional (FAN) 2017 yang digelar sejak 19 Juli 2017. Acara itu merupakan rangkaian dari perayaan Hari Anak Nasional yang akan digelar di kota itu pada Minggu, 23 Juli 2017  dan dihadiri Presiden Joko Widodo.

Agaknya isi SMS "Saya Anak Indonesi. Saya Gembira" selaras dengan acara Forum Anak Nasional yang diikuti 525 perwakilan semua provinsi di Indonesia.

Sejak 19 Juli 2017, anak-anak itu difasilitasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk bergembira bersama. Namun, di sela-sela acara itu disisipi dengan materi antikorupsi, revolusi mental, sejarah bangsa, mencapai cita-cita hingga cara berkomunikasi yang baik di media sosial.

Para anak yang rata-rata duduk di bangku SMA ini bebas bertepuk tangan, yel-yel bahkan menyampaikan pendapatnya di semua sesi sehingga acara serius tentang pemberantasan korupsi pun terasa menjadi sajian informasi yang menghibur. Bahkan, ada yang mengekspresikan kegembiraan dengan mambuat mainan mirip rangkaian ular sambil bernyanyi berjudul "Naik Kereta Api".

Acara shalat subuh berjamaah dan shalat jumat juga digelar di sekitar anak-anak itu berkumpul.

Menjelang akhir acara, anak-anak juga diajak untuk bermain kreatif dan membangun kerja sama tim.  

Selain membuat gembira, Forum Anak Nasional ini juga membuat para anak antusias untuk diajak dialog dengan para pemateri yang juga menyampaikan materi dengan bahasa anak bahkan pemateri ikut memimpin teriakan dengan yel-yel.

Irman Maulana, seorang pelajar dari Bengkulu yang mendapat giliran bertanya sesi tanya jawab langsung menyoroti masalah korupsi di Indonesia termasuk yang terjadi di Bengkulu.

Pelajar laki-laki ini mengaku malu dengan kasus korupsi di daerahnya termasuk yang diduga melibatkan Gubernur Bengkulu nonakif Ridwan Mukti. Bahkan dia hanya "mampu" mengucapkan inisial nama gubernurnya saat berbicara di forum itu.

"Apa yang harus kami lakukan agar kami tidak berbuat korupsi ?" katanya kepada pemateri dari KPK yakni staf fungsional Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, Ramadhoni.

Ilham, pelajar dari Sulawesi Barat menyoroti hubungan antara korupsi dengan utang pemerintah yang mau tidak mau utang itu akan menjadi beban anak-anak Indonesia saat menjadi pemimpin nanti.

"Apa pengaruhnya korupsi dengan utang-utang saat ini," katanya.

Saat sesi presentasi tentang permasalahan di daerah masing-masing, para anak juga antusias mendiskusikan sekaligus menyampaikan rencana aksi yang akan dilakukan setelah pulang ke daerah.

Umumnya, anak-anak ini menyampaikan masalah anak yang hampir sama yakni narkoba, putus sekolah, kekerasan fisik, pelecehan seksual dan pernikahan dini.

"Di daerah kali ada narkoba termasuk ngelem," kata Alifia, pelajar asal Kalimantan Timur. Ngelem adalah pelajar menghirup aroma lem sehingga mabuk.

Sementara M Yusran dari Sumbar mengatakan salah satu masalah yang terjadi di daerahnya adalah banyak anak yang mulai mengenal rokok.
    
Wadah      

Lenny mengatakan Forum Anak  merupakan  lembaga sosial yang digunakan sebagai wadah  bagi anak yang belum berusia 18 tahun dimana anggotanya merupakan perwakilan dari kelompok anak  yang dikelola oleh anak-anak dan dibina oleh pemerintah sebagai media untuk mendengar dan memenuhi aspirasi, suara, pendapat, keinginan, dan kebutuhan anak dalam proses pembangunan.

"Tema FAN 2017 dipilih dan ditentukan sendiri oleh anak-anak. Tema utama tersebut dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya isu-isu terkait anak di Tanah Air. Tema ini dinilai sesuai dengan semangat dan kesadaran anak-anak dari Sabang sampai Merauke untuk saling bergandengan tangan dan bersatu untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi anak. Semua bersatu dimulai dari usia anak," ujar Lenny.

Dia berharap forum ini dapat  membekali ilmu yang bermanfaat bagi semua anak yang hadir .

"Saya berharap anak-anak dapat memanfaatkan forum ini untuk menambah bekal ilmu dan belajar dari para narasumber dan fasilitator serta berbagi pengalaman dengan anak-anak dari wilayah lain untuk disebarluaskan kepada teman-teman lain yang belum memiliki kesempatan mengikuti kegiatan ini. Kalian akan menjadi agen perubahan  dan diharapkan dapat menjadi Pelopor dan Pelapor (2P) apabila melihat segala sesuatu yang tidak layak dialami oleh anak-anak untuk ditindaklanjuti oleh orang dewasa," katanya.

Forum Anak Nasioal  2017 diharapkan dapat merangsang keterlibatan anak dalam proses pengambilan keputusan sesuai kebutuhan dan keinginan mereka.

Suara, aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan anak perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam setiap perencanaan dan proses pembangunan.
    
Kekerasan Anak

Namun, di balik kegembiraan ratusan anak-anak itu, ada hal yang membuat prihatin  kita semua yakni kekerasan anak di Riau justru nomor dua tertinggi nasional setelah Jawa Timur.

Deputi Koordinasi Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak pada Kementerian  Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sujatmiko menambahkan berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kekerasan anak di Riau pada tahun 2014 sebanyak 96 kasus, 2015 sebanyak 115 kasus,  2016 sebanyak 171 kasus dan hingga Juli 2017 sebanyak 90 kasus.

"Jumlah ini hanya yang ditangani KPAI. Bisa saja jumlahnya lebih banyak karena tidak semua kasus kekerasan anak dilaporkan ke KPAI," katanya.

Untuk itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise berharap agar kekerasan anak di Provinsi Riau dapat diturunkan.

"Hal ini jadi perhatian. Untuk itu, Ibu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau  bisa memerhatikan  dan bagaimana secepatnya menurunkan angka kekerasan ini," kata Yohana di dalam konferesi pers di Pekanbaru, Sabtu terkait perayaan Hari Anak Nasional yang akan digelar di kota itu, Minggu.

Ia mengatakan perayaan Hari Anak Nasional  digelar di Pekanbaru juga tidak lepas dari tingginya kekerasan anak di provinsi itu dan secara umum Sumatera juga termasuk tinggi di Indonesia.

Sebelum konferensi pers, Yohana mengaku berdialog dengan beberapa dari peserta Forum Anak Nasional dari Sumatera yang juga menyatakan bahwa kekerasan anak di Sumatera tinggi.

Yohana mengatakan anak-anak dari Pulau Sumatera menyatakan kekerasan anak yang banyak ditemukan di lingkungannya antara lain pernikahan dini, kekerasan fisik, dan pelecehan seksual.

Karena masih tingginya kekerasan anak, Yohana menyerukan kepada semua lapisan masyarakat untuk melindungi anak yang dimulai dari lingkungan keluarga.

Ia mengatakan tema Hari Anak Nasional 2017  yang mengangkat perlindungan anak dimulai dari keluarga dipilih karena akhir-akhir ini marak kekerasan anak lebih kejam.

"Karena keluarga adalah unit kecil yang menjadi tolak ukur negara sejahtera  negara.  Bila keluarga harmonis dan tidak ada kekerasan anak, negara sejahtera. Kita harus buat anak gembira. Kita ingin tidak ada kekerasan  anak dan penelantaran anak," katanya. (Ant).

Pewarta: Santoso

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017