Pelajar sejak dahulu selalu menjadi api semangat sebuah bangsa. Gelap terang masa depan suatu bangsa, salah satunya ditentukan oleh pelajar itu sendiri.
Pada umumnya, pelajar diaspora Indonesia memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mengakses pendidikan berkualitas tinggi di berbagai institusi terkemuka dunia. Mereka belajar di universitas-universitas dengan fasilitas riset mutakhir dan program akademik yang kaya, yang mungkin belum sepenuhnya tersedia di Indonesia.
Hal ini memberikan mereka peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mendalam di bidang studi masing-masing. Kehadiran mereka di lingkungan internasional ini juga memperluas wawasan mereka tentang berbagai perspektif global, memperkaya pengalaman akademis dan kultural mereka.
Namun, menjalani kehidupan sebagai pelajar diaspora bukanlah tanpa tantangan. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang memiliki budaya, bahasa, dan sistem pendidikan yang berbeda.
Tantangan dalam beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari, termasuk cara hidup, cuaca, dan pola interaksi sosial yang berbeda, sering kali menjadi bagian dari pengalaman mereka.
Beberapa pelajar juga menghadapi rasa rindu yang mendalam terhadap kampung halaman dan keluarga, yang dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental mereka.
Di balik tantangan-tantangan ini, pelajar diaspora Indonesia juga memegang peran penting sebagai duta budaya dan bangsa. Mereka sering kali menjadi jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan negara tempat mereka belajar, memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui berbagai kegiatan seperti festival budaya, pameran seni, dan diskusi akademik.
Dalam kapasitas ini, mereka membantu meningkatkan pemahaman global tentang Indonesia dan memperkuat hubungan antarbangsa. Melalui peran ini, mereka bukan hanya belajar, melainkan juga mengajar, bukan hanya menerima, melainkan juga memberi.
Mitra strategis
Melalui sepak terjang Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, hingga Tan Malaka, kita mengetahui bahwa pelajar diaspora Indonesia telah ada sejak dahulu. Dimulai dari Indische Vereeniging (IV) hingga Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, tugas pelajar tentu berbeda di setiap zamannya.
Jika dahulu pelajar melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, dalam konteks hari ini tentu karakternya sudah berbeda. Hari ini, posisi pelajar diaspora Indonesia adalah mitra strategis bagi Pemerintah.
Tentu, Anda akan bertanya, apa itu mitra strategis? Layaknya mitra, pelajar diaspora Indonesia bersifat setara dan tidak berada di bawah “komando” apa pun, bahkan oleh Pemerintah Indonesia itu sendiri. Independen, ilmiah, dan non-partisan adalah spirit dari kemitraan ini sehingga pelajar diaspora Indonesia bisa terus memberikan kritik kepada Pemerintah Indonesia, namun di sisi lain bisa berkontribusi secara langsung jika memang dibutuhkan.
Sebagai contoh, pada isu Putusan MK Nomor 60/PUU-XXII/2024 dan Pembahasan oleh DPR untuk Perubahan Keempat atas UU No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, kita melihat baik PPI Dunia dan PPI Negara, pelajar diaspora Indonesia mengambil posisi mengkritik situasi yang terjadi karena memang hal ini merupakan serangan bagi demokrasi di Indonesia.
Di sisi lain, pelajar diaspora Indonesia haruslah menjadi garda terdepan jika Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Banyak pelajar Indonesia di luar negeri menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu politik di dalam negeri.
Mereka sering kali mengikuti perkembangan berita dan diskusi politik melalui berbagai saluran informasi, baik itu media sosial, berita online, atau komunitas diaspora.
Dalam menghadapi situasi politik dan demokrasi di Indonesia, pelajar ini biasanya memiliki sikap yang aktif dan kritis. Mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga terlibat dalam diskusi-diskusi kritis, baik di forum-forum online maupun dalam diskusi informal di antara sesama pelajar.
Selanjutnya paparan mereka terhadap budaya politik dan demokrasi di negara-negara tempat mereka belajar sering kali membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya demokrasi yang sehat dan tata kelola pemerintahan yang baik.
Misalnya, pelajar Indonesia di negara-negara dengan tradisi demokrasi yang kuat, mungkin akan lebih kritis terhadap praktik-praktik politik di Indonesia yang mereka pandang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi yang ideal.
Hal ini dapat memicu keinginan untuk mendorong perubahan positif di Indonesia, baik melalui keterlibatan langsung dalam kegiatan politik atau dengan berkontribusi melalui pemikiran dan tulisan.
Selain itu, banyak dari mereka yang menyadari pentingnya suara mereka sebagai generasi muda dan intelektual dalam proses demokratisasi di Indonesia. Dengan pemahaman dan pengetahuan yang mereka peroleh selama belajar di luar negeri, mereka merasa memiliki tanggung jawab moral untuk berkontribusi dalam proses tersebut.
Sikap ini sering kali diwujudkan melalui berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi panel, dan penerbitan opini di media massa atau platform media sosial. Mereka juga sering kali terlibat dalam organisasi-organisasi mahasiswa yang berfokus pada isu-isu politik dan sosial, di mana mereka dapat menyuarakan pendapat mereka dan bekerja sama untuk mencari solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi Indonesia.
Namun, tidak semua pelajar di luar negeri menunjukkan sikap yang sama. Ada juga yang merasa apatis atau terasing dari situasi politik di dalam negeri, mungkin karena merasa kurang relevan atau merasa kecewa dengan kondisi politik di Indonesia yang dianggap stagnan atau tidak memberikan harapan akan perubahan. Sikap ini bisa dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, latar belakang keluarga, atau lingkungan tempat mereka belajar yang mungkin tidak mendukung keterlibatan politik.
Secara keseluruhan, sikap pelajar Indonesia di luar negeri dalam menghadapi situasi politik dan demokrasi di dalam negeri sangat beragam. Namun, banyak dari mereka yang menunjukkan kepedulian yang besar dan keinginan untuk terlibat secara konstruktif dalam proses pembangunan demokrasi di Indonesia. Mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar pengamat, dan ini memberikan harapan akan masa depan politik Indonesia yang lebih baik.
Peran PPI Dunia
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia memainkan peran penting dalam menyikapi sikap pelajar Indonesia di luar negeri terhadap situasi politik dan demokrasi di dalam negeri. Sebagai organisasi payung bagi seluruh PPI di berbagai negara, PPI Dunia memiliki beberapa peran strategis yang dapat dilihat dari beberapa perspektif berikut:
Pertama, Fasilitator Diskusi dan Pendidikan Politik. PPI Dunia harus bertindak sebagai fasilitator untuk diskusi dan pendidikan politik di kalangan pelajar Indonesia di luar negeri. Melalui berbagai seminar, webinar, dan diskusi panel, PPI Dunia menyediakan platform bagi pelajar untuk mendiskusikan isu-isu politik terkini di Indonesia.
Kegiatan-kegiatan ini biasanya melibatkan para ahli, politisi, dan akademisi, yang dapat memberikan wawasan lebih mendalam dan beragam perspektif mengenai dinamika politik Indonesia.
Dengan demikian, PPI Dunia membantu meningkatkan literasi politik dan kesadaran demokrasi di kalangan pelajar Indonesia di luar negeri.
Kedua, Jembatan antara Pelajar dan Pemerintah Indonesia. Sebagai organisasi yang mewakili aspirasi pelajar Indonesia di luar negeri, PPI Dunia berperan sebagai jembatan antara pelajar dan Pemerintah Indonesia.
Mereka sering kali menyuarakan aspirasi, kekhawatiran, dan harapan pelajar kepada Pemerintah, baik melalui pertemuan langsung dengan pejabat pemerintah, penulisan surat terbuka, maupun melalui kampanye di media sosial.
PPI Dunia juga kadang-kadang melakukan audiensi dengan lembaga legislatif dan eksekutif di Indonesia untuk membahas isu-isu yang relevan, termasuk isu-isu politik dan demokrasi. Hal ini PPI Dunia memposisikan diri sebagai mitra strategis yang kritis dan konstruktif.
Ketiga, Advokasi untuk Isu-isu Sosial dan Politik. PPI Dunia juga terlibat dalam advokasi berbagai isu sosial dan politik yang berhubungan dengan demokrasi di Indonesia.
Misalnya, PPI Dunia kerap merilis pernyataan sikap terkait isu-isu penting, seperti pemilihan umum, kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, dan isu-isu kebijakan lainnya. Dengan mengeluarkan pernyataan resmi, PPI Dunia menunjukkan sikap kolektif pelajar Indonesia di luar negeri terhadap situasi politik di dalam negeri dan mempengaruhi opini publik serta kebijakan Pemerintah.
Selain itu PPI Dunia juga tampil sebagai pelopor misi kemanusiaan melalui program satu suara untuk Timur Tengah.
Namun, ada satu poin yang ingin saya garis bawahi: meskipun karakter dan perannya berbeda, tetap ada satu hal yang tidak boleh berubah dari pelajar diaspora Indonesia. Pelajar diaspora Indonesia haruslah tetap menginjak tanah dan kenal dekat dengan akar rumput agar tidak ada lagi anggapan bahwa mereka yang sekolah di luar negeri adalah mereka yang tinggal di menara gading dan hanya jago berdialektika dengan bahasa tinggi, namun kesulitan begitu bertemu dengan petani, buruh, dan masyarakat.
Poin ini saya garis bawahi dan harus menjadi refleksi, karena secerdas apa pun insan akademis, jika tidak mampu mengenal dan mencium “aroma” masyarakat, niscaya akan sulit baginya untuk mencipta dan mengabdi.
*) Marhadi, SE,M.Sc, Koordinator PPI Dunia Periode 2024-2025
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024