Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam rangka mewujudkan rumah layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR.

"Tantangan mewujudkan pembangunan rumah terjangkau dan layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan berbagai gambaran serta situasi dan tantangan, menurut saya ke depan ini menuntut inovasi teknologi," ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto dalam seminar daring di Jakarta, Senin.

Iwan mengatakan bahwa beberapa penghargaan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang diperoleh Direktorat Jenderal Perumahan bagian dari upaya untuk melakukan terobosan-terobosan bagaimana menciptakan teknologi untuk rumah.

"Kalau saya menganut prinsip itu BMW (biaya, mutu, dan waktu), bagaimana biaya yang dihasilkan itu sebisa semurah mungkin baik di material bangunan, struktur, metode konstruksi harus terus kita inovasi dengan menggunakan bahan-bahan seperti bahan yang tidak termanfaatkan, prinsip lean construction, dan sebagainya. Jadi kalau ada rekor misalnya bangunan tercepat sebenarnya itu berupaya melakukan efisiensi terhadap waktu," katanya.

Baca juga: Kementerian PUPR siap bedah 150 rumah tidak layak huni di Kalimantan Selatan
Baca juga: Kementerian PUPR terus kurangi jumlah rumah tidak layak huni di Indonesia

Kemudian terkait dengan mutu, pembangunan rumah sekalipun dengan bantuan rumah MBR, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), dan sebagainya apalagi ada intervensi dari pemerintah harus dipastikan keandalannya.

"Karena itu ada dua hal prinsip yang saya tekankan mulai akhir-akhir ini, yakni rumah yang dibangun di seluruh wilayah Indonesia dengan mekanisme apa pun, saat ini keputusan menterinya (kepmen) sedang kami buat, harus menganut prinsip yang pertama andal terutama dari aspek ketahanan gempa dan kedua memasukkan aspek green atau ramah lingkungan," kata Iwan.

Lalu mengenai waktu, bagaimana untuk bisa melakukan konstruksi lebih cepat. Lebih cepat ini berpengaruh terhadap fungsi biaya dan lebih cepat untuk dapat dihasilkan.

"Ini menjadi tantangan kita untuk terus memajukan teknologi ini dengan tujuan utamanya adalah menghasilkan biaya yang lebih murah, mutu yang lebih baik, dan waktu lebih cepat. Ini tantangan tiga juta rumah ke depan akan bisa kita jawab apabila salah satu inovasi ini bisa kita lakukan, yakni inovasi teknologi," kata Iwan pula.

Sebagai informasi, Kementerian PUPR menggelar Peringatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) XVI Tahun 2024 sekaligus mengenang jasa Bung Hatta atas berbagai pemikiran dan semangat untuk perumahan bagi masyarakat Indonesia.

Baca juga: Warga Depok dapat dana Program RTLH dari Kementerian PUPR

Tema yang diangkat dalam Hapernas XVI ini adalah “Digitalisasi Perumahan” sebagai bentuk penerapan teknologi digital pada sektor perumahan, guna meningkatkan efisiensi, kenyamanan, dan keamanan dalam manajemen dan pengelolaan properti perumahan serta dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi masyarakat.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan penerapan teknologi digital penting untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan properti perumahan.

Pemerintah terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat. Selain teknologi rumah tahan gempa, pemerintah juga ingin teknologi digital di gunakan untuk memantau kegiatan pembangunan ataupun memantau rumah yang ditempati.

Peringatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) diperingati setiap tanggal 25 Agustus menjadi momentum bagi segenap pemangku kepentingan untuk saling sinergi dalam pembangunan dan penyediaan perumahan bagi masyarakat Indonesia. Semangat Hapernas terinspirasi dari pesan Bung Hatta dalam Kongres Perumahan Rakyat Sehat Tahun 1950, “Cita-cita untuk terselenggaranya kebutuhan perumahan rakyat bukan mustahil apabila kita sungguh-sungguh mau dengan penuh kepercayaan, semua pasti bisa!” katanya lagi.

Pewarta: Aji Cakti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024