Dubai (Antara/Reuters/Antara Megapolitan) - Wakil pangeran kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman diangkat menjadi putra mahkota pada Rabu, menggantikan sepupunya, dalam pengumuman mengejutkan, yang menegaskan putra raja Salman berusia 31 tahun itu adalah penguasa berikutnya.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Nayef dibebaskan dari jabatannya dan digantikan Mohammed bin Salman, yang akan menjadi wakil perdana menteri, di samping jabatan lain, yang saat ini diembannya, kata kantor berita Saudi, SPA.
Pengangkatan Mohammed bin Salman itu menjadi kejutan saat kerajaan tersebut menghadapi peningkatan ketegangan dengan Qatar dan Iran, serta terperangkap dalam perang udara di Yaman.
Pangeran Mohammed bin Nayef, yang bertahun-tahun menjabat pemimpin kontra-teroris kerajaan itu, dibebaskan dari semua jabatan, kata keputusan tersebut.
Bahkan, ketika menjabat wakil putra mahkota, Mohammed bin Salman bertanggung jawab untuk menjalankan perang Arab Saudi di Yaman, memutuskan kebijakan energi dengan dampak global dan ujung tombak dalam perencanaan membangun masa depan ekonomi selain minyak.
Televisi Al Arabiya melaporkan bahwa pengangkatan putra mahkota disetujui oleh Dewan Suksesi Kerajaan, dan raja telah meminta semua pihak dan rakyat Arab Saudi untuk menyampaikan janji setianya kepada Mohammed bin Salman pada Rabu malam di Mekkah.
Pengumuman mengejutkan itu menyusul 2-1/2 tahun perubahan besar di Arab Saudi, yang mengejutkan sekutu pada 2015, dengan meluncurkan perang udara di Yaman, mengurangi subsidi yang melimpah dan mengusulkan privatisasi parsial perusahaan minyak negara Aramco pada 2016.
Pada tahun lalu, Mohammed bin Salman, biasa dikenal dengan "MBS", mengumumkan perubahan untuk mengakhiri "kecanduan" kerajaan itu terhadap minyak, bagian dari upayanya mengatasi tantangan sistemik, yang sebelumnya gagal dilakukan kerajaan tersebut.
Penerjemah: Aulia/B. Soekapdjo.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Nayef dibebaskan dari jabatannya dan digantikan Mohammed bin Salman, yang akan menjadi wakil perdana menteri, di samping jabatan lain, yang saat ini diembannya, kata kantor berita Saudi, SPA.
Pengangkatan Mohammed bin Salman itu menjadi kejutan saat kerajaan tersebut menghadapi peningkatan ketegangan dengan Qatar dan Iran, serta terperangkap dalam perang udara di Yaman.
Pangeran Mohammed bin Nayef, yang bertahun-tahun menjabat pemimpin kontra-teroris kerajaan itu, dibebaskan dari semua jabatan, kata keputusan tersebut.
Bahkan, ketika menjabat wakil putra mahkota, Mohammed bin Salman bertanggung jawab untuk menjalankan perang Arab Saudi di Yaman, memutuskan kebijakan energi dengan dampak global dan ujung tombak dalam perencanaan membangun masa depan ekonomi selain minyak.
Televisi Al Arabiya melaporkan bahwa pengangkatan putra mahkota disetujui oleh Dewan Suksesi Kerajaan, dan raja telah meminta semua pihak dan rakyat Arab Saudi untuk menyampaikan janji setianya kepada Mohammed bin Salman pada Rabu malam di Mekkah.
Pengumuman mengejutkan itu menyusul 2-1/2 tahun perubahan besar di Arab Saudi, yang mengejutkan sekutu pada 2015, dengan meluncurkan perang udara di Yaman, mengurangi subsidi yang melimpah dan mengusulkan privatisasi parsial perusahaan minyak negara Aramco pada 2016.
Pada tahun lalu, Mohammed bin Salman, biasa dikenal dengan "MBS", mengumumkan perubahan untuk mengakhiri "kecanduan" kerajaan itu terhadap minyak, bagian dari upayanya mengatasi tantangan sistemik, yang sebelumnya gagal dilakukan kerajaan tersebut.
Penerjemah: Aulia/B. Soekapdjo.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017