Bogor (Antara Megapolitan) - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor melakukan pendekatan 'positive deviance' untuk meningkatkan partipasi masyarakat dalam hal revitalisasi Posyandu di Kabupaten Bogor.

'Positive devianse' (PD) adalah salah satu pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan memberi solusi untuk memecahkan masalah masyarakat sehingga meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.

Permasalahan kesehatan merupakan hal yang utama sehingga diperlukan perhatian khusus untuk itu.

Risda Monica dan empat orang rekannya yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH) IPB, menilik lebih jauh permasalahan yang ada di masyarakat, terutama posyandu.

Posyandu ialah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKMB) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam membangun kesehatan dan memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan.  

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 bahwa total Posyandu di Kabupaten Bogor sebanyak 4.492, tetapi jumlah Posyandu yang aktif hanya 878 unit (20 persen). Itu sudah termasuk Posyandu yang tidak memenuhi standar.

Dalam penelitiannya yang berjudul ''Analisis dengan Pendekatan 'Positive Deviance' di Posyandu Desa Sadeng sebagai Rintisan Model Revitalisasi Posyandu Nasional''.

''Masalah utama Posyandu adalah kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya sumberdaya manusia yang kompeten, serta manajemen pengelolaan dan biaya, sehingga diperlukan perbaikan (revitalisasi) untuk efektivitas tujuan Posyandu,'' ungkap Risda yang juga mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB.

Pendekatan 'positive deviance' diharapkan akan mampu meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam melakukan revitalisasi Posyandu di Kabupaten Bogor. Agar nantinya mendorong terjadinya peningkatan indeks pembangunan manusia.

Penelitian ini sendiri dilakukan pada Posyandu Harapan I sampai dengan X di Desa Sadeng, Bogor.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) bahwa minat masyarakat untuk datang ke Posyandu dipengaruhi oleh sarana prasarana, tingkat pengetahuan kader, kemampuan petugas untuk memantau pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat tentang Posyandu serta pembinaan.

Hasil riset juga membuktikan, ada sekira 27,3 persen rumah tangga memanfaatkan Posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat.

Sedangkan sebanyak 62,5 persen rumah tangga menyatakan tidak memanfaatkan Posyandu karena tidak membutuhkannya. Sisanya memberikan alasan tidak  memanfaatkan Posyandu karena alasan lainnya.

Rendahnya jumlah tersebut terhadap Posyandu menjadikan indikator bahwa dibutuhkan perbaikan lebih lanjut dalam sistem yang diterapkan supaya masyarakat menjadi lebih antusias.

''Kami berharap bagi lingkungan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatan bayi, balita dan ibu hamil. Sementara untuk pemerintah diharapkan mampu menjadi masukan dan memberikan solusi masalah yang terjadi terkait keberlangsungan program Posyandu,'' ujarnya.  (AT/NM).

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017