Bogor (Antara Megapolitan) - Kementerian Pertanian telah melakukan upaya antisipasi ledakan hama Wereng Coklat yang diprediksikan terjadi pada musim tanam kedua yang dapat mengancam kestabilan produksi padi nasional.
"Laporan sudah kami terima, ada serangan hama di Jawa Barat dan Jawa Timur, tetapi ledakan tidak seburuk yang dibayangkan, tim sudah turun dan sudah di lapangan semua," kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat ditemui di STPP Peternakan, Cinagara, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Amran menyebutkan, laporan yang diterimanya total serangan hama Wereng Coklat di 9.338 hektare lahan padi, dengan intensitas ringan 145 hektare, dan berat 1.267 intensitas berat di Jawa Timur.
Menurutnya, langkah antisipasi telah dilakukan, pasokan padi akan akan dijaga stabil. Dari 9.338 hekatre lahan padi yang dilaporkan terserang hama wereng coklat, persentasenya hanya 0,00 persen dari total areal lahan pertanian yang ditanami di seluruh Indonesia.
"Kita punya 15 juta hektare lahan pertanian yang kita tanami," katanya.
Langkah antisipasi lainnya, mengawasi penggunaan pestisida di tingkat petani dengan menurunkan tim yang mengawal penggunaan pestisida ditingkat kabupaten. Upaya lainnya, dengan tanam serempak.
"Intinya kita jangan pasrah dengan hama. Selama ini kita mengahadapi paceklik di bulan November, Desember dan Januari. Sekarang sudah tidak ada lagi, hal seberat ini bisa kita selesaikan apalagi soal hama," kata Amran.
Menurut Amran, serangan yang terjadi dapat dibilang kecil, sehingga tidak perlu panik. Apalagi ada asuransi petani, jika petani gagal panen akan diganti oleh asuransi.
"Jangan pasrah dengan hama, itu memang kehidupannya, karena hama tidak bisa tanam padi," kata Amran.
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian meluncurkan reaksi cepat tanggap pengendalian Wereng Coklat di lapangan tahun 2017.
"Diprediksikan akan terjadi ledakan Wereng Coklat pada musim tanam kedua, jika tidak segera diantisipasi dapat mengancam ketesediaan beras nasional," kata Dr Hermanu Triwidodo dari Departemen Proteksi Tanaman, pada peluncuran Reaksi Cepat Tanggap Pengendalian Wereng Coklat, di Kampus IPB Dramaga, Selasa (13/6).
Ia mengatakan, petani mitra Klinik Tanaman dan LPPM IPB melaporkan serangan Wereng Coklat dan virus kerdil hampa pada padi dari berbagai daerah di Pulau Jawa, Lampung, Jambit, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Menurutnya, survei lapangan seminggu terakhir dilakukan oleh petani mitra dan dosen Proteksi Tanaman Faperta IPB menunjukkan bahwa Wereng Coklat dan atau virus kerdil hampa sudah terjadi di berbagai daerah Pulau Jawa, baik Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Jawa Timur daerah yang terkena Wereng Coklat seperti Pasuruan, Nganjuk, Mojokerto, Madiun, Ngawi dan Bojonegoro. Jawa Tengah ada di Pati, Blora, Kudus, Semarang, Sragen, Karanganyar, Kebumen, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap.
"Di Jawa Barat terjadi di Indramayu, Subang dan Karawang," katanya.
Ia menyebutkan,serangan Wereng Coklag sudab menjadi ancaman bagi produksi padi nasional. Penanaman yang terus menerus dan penggunaan pestisida yang salah dengan frekuensi yang tinggi menjadi faktor pemicu ledakan hama tersebut.
"Perlu reaksi cepat menghadapi masalah wereng coklat yang sudah mengganas dibeberapa tempat," katanya.
Hermanu mengatakan, IPB melalui peluncuran reaksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat berupaya memberikan kontribusi melalui pengelolaan wereng coklat, menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi dan pengalaman dalam pengendalian hama tersebut.
Peluncuran reaksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat ditandi dengan mengerahkan ratusan mahasiswa IPB ke lapangan untuk mendampingi petani di sejumlah wilayah di Indonesia.
Lalu menggelar forum diskusi grup yang menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya, Prof Andi Trisyono dari Faperta UGM, dan Hermanu Triwidodo dari IPB.
Dalam forum diskusi tersebut, Wardono petani dari Klaten mengungkapkan, wereng merebak karena musuh alaminya sudah tidak ada lagi. Hilangnya musuh alami wereng akibat penggunaan pestisida yang salah dan berlebihan.
"Situasi ini karena petani kebanyakan belum paham, sehingga terjadi kerusakan alam. Solusinya, petani harus diberi pemahaman, sehingga tau apa yang harus dilakukan," kata Wardono.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Laporan sudah kami terima, ada serangan hama di Jawa Barat dan Jawa Timur, tetapi ledakan tidak seburuk yang dibayangkan, tim sudah turun dan sudah di lapangan semua," kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat ditemui di STPP Peternakan, Cinagara, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Amran menyebutkan, laporan yang diterimanya total serangan hama Wereng Coklat di 9.338 hektare lahan padi, dengan intensitas ringan 145 hektare, dan berat 1.267 intensitas berat di Jawa Timur.
Menurutnya, langkah antisipasi telah dilakukan, pasokan padi akan akan dijaga stabil. Dari 9.338 hekatre lahan padi yang dilaporkan terserang hama wereng coklat, persentasenya hanya 0,00 persen dari total areal lahan pertanian yang ditanami di seluruh Indonesia.
"Kita punya 15 juta hektare lahan pertanian yang kita tanami," katanya.
Langkah antisipasi lainnya, mengawasi penggunaan pestisida di tingkat petani dengan menurunkan tim yang mengawal penggunaan pestisida ditingkat kabupaten. Upaya lainnya, dengan tanam serempak.
"Intinya kita jangan pasrah dengan hama. Selama ini kita mengahadapi paceklik di bulan November, Desember dan Januari. Sekarang sudah tidak ada lagi, hal seberat ini bisa kita selesaikan apalagi soal hama," kata Amran.
Menurut Amran, serangan yang terjadi dapat dibilang kecil, sehingga tidak perlu panik. Apalagi ada asuransi petani, jika petani gagal panen akan diganti oleh asuransi.
"Jangan pasrah dengan hama, itu memang kehidupannya, karena hama tidak bisa tanam padi," kata Amran.
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian meluncurkan reaksi cepat tanggap pengendalian Wereng Coklat di lapangan tahun 2017.
"Diprediksikan akan terjadi ledakan Wereng Coklat pada musim tanam kedua, jika tidak segera diantisipasi dapat mengancam ketesediaan beras nasional," kata Dr Hermanu Triwidodo dari Departemen Proteksi Tanaman, pada peluncuran Reaksi Cepat Tanggap Pengendalian Wereng Coklat, di Kampus IPB Dramaga, Selasa (13/6).
Ia mengatakan, petani mitra Klinik Tanaman dan LPPM IPB melaporkan serangan Wereng Coklat dan virus kerdil hampa pada padi dari berbagai daerah di Pulau Jawa, Lampung, Jambit, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Menurutnya, survei lapangan seminggu terakhir dilakukan oleh petani mitra dan dosen Proteksi Tanaman Faperta IPB menunjukkan bahwa Wereng Coklat dan atau virus kerdil hampa sudah terjadi di berbagai daerah Pulau Jawa, baik Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Jawa Timur daerah yang terkena Wereng Coklat seperti Pasuruan, Nganjuk, Mojokerto, Madiun, Ngawi dan Bojonegoro. Jawa Tengah ada di Pati, Blora, Kudus, Semarang, Sragen, Karanganyar, Kebumen, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap.
"Di Jawa Barat terjadi di Indramayu, Subang dan Karawang," katanya.
Ia menyebutkan,serangan Wereng Coklag sudab menjadi ancaman bagi produksi padi nasional. Penanaman yang terus menerus dan penggunaan pestisida yang salah dengan frekuensi yang tinggi menjadi faktor pemicu ledakan hama tersebut.
"Perlu reaksi cepat menghadapi masalah wereng coklat yang sudah mengganas dibeberapa tempat," katanya.
Hermanu mengatakan, IPB melalui peluncuran reaksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat berupaya memberikan kontribusi melalui pengelolaan wereng coklat, menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi dan pengalaman dalam pengendalian hama tersebut.
Peluncuran reaksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat ditandi dengan mengerahkan ratusan mahasiswa IPB ke lapangan untuk mendampingi petani di sejumlah wilayah di Indonesia.
Lalu menggelar forum diskusi grup yang menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya, Prof Andi Trisyono dari Faperta UGM, dan Hermanu Triwidodo dari IPB.
Dalam forum diskusi tersebut, Wardono petani dari Klaten mengungkapkan, wereng merebak karena musuh alaminya sudah tidak ada lagi. Hilangnya musuh alami wereng akibat penggunaan pestisida yang salah dan berlebihan.
"Situasi ini karena petani kebanyakan belum paham, sehingga terjadi kerusakan alam. Solusinya, petani harus diberi pemahaman, sehingga tau apa yang harus dilakukan," kata Wardono.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017