Bogor (Antara Megapolitan) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat mencatat gangguan penglihatan pada anak usia sekolah mengkhawatirkan, hampir 30 persen dari populasi anak di kota tersebut mengalami gangguan refleksi.

"Gangguan penglihatan pada anak akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap pelajaran, dikhawatirkan jika tidak segera diatasi, anak-anak yang diharapkan meraih prestasi dalam belajar akan terganggu," kata Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Armen S Juhari kepada Antara di Bogor, Rabu.

Dinas Kesehatan melalui program mata membantu mengatasi gangguan penglihatan pada anak, dengan melakukan pemeriksaan refraksi atau visus untuk mengetahui ketajaman mata melihat jarak normal.

Pemeriksaan mata menyasar 200 pelajar dari berbagai jenjang pendidikan di Kota Bogor mulai dari SD, SMP hingga SMA. Pemeriksaan dilakukan oleh puskesmas di masing-masing kecamatan.

"Melalui pemeriksaan ini akan diketahui tingkat gangguannya, yang selanjutnya akan diberikan tindakan yakni penggunaan kacamata sesuai dengan tingkat gangguan," katanya.

Program mata memberikan layanan pemeriksana mata dan pembagian kaca mata gratis kepada anak-anak di Kota Bogor. Diprioritaskan kepada anak beprestasi, dan seluruh anak termasuk dari keluarga tidak mampu.

"Program ini sudah berjalan selama lima tahun, setiap tahun kita melakukan pemeriksaan dan pembagian kacamata bagi 100 anak, lalu 150 anak, dan 200 anak. Target tahun ini untuk 300 anak," katanya.

Menurut Armen, gangguan penglihatan pada anak bisa disebabkan beberapa faktor. Baik itu gangguan bawaan sejak lahir, tetapi sebagian besar disebabkan faktor luar yang sangat mengkhawatirkan yakni penggunaan gawai (gadget) berlebihan.

"Gangguan penglihatan didominasi karena perilaku melakukan aktivitas beresiko untuk mata, penggunaan mata berlebihan, membaca di tempat kurang terang, posisi membaca tidak benar, menonton televisi kurang dari 30 cm, atau penerangan berlebih," katanya.

Untuk mencegah gangguan penglihatan, Armen menyarankan agar penggunaan gawai atau gadget dikurangi. Beradasarkan hasil riset di jurnal internasional, penggunaan selama 30 menit dalam sehari sudah termasuk beresiko.

"Imbangi penggunaan gadget dengan istirahat mata, kalau sudah 30 menit istirahatkan mata selama lima menit dengan menutup mata sampai rileks, mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A baik untuk mata," katanya.

Selain itu, hindari membaca di tepat yang kurang pencahayaan, membaca dengan jarak dekat, menonton dengan jarak kurang dari 30 cm, serta posisi membaca yang kurang benar.

"Bahaya gadget juga mengandung radiasi, penggunaan gadget yang berlebih tidak baik bagi mata, karena gadget menggunakan media yang terang, mengganggu otot mata," kata Armen.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017