Jakarta (Antara Megapolitan) - Wisata bahari di Kepulauan Seribu tetap halal walau pun di dasar lautnya banyak landak laut yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai "bulu babi" (Echinoidea), kata Bupati Administratif Kepulauan Seribu Budi Utomo.
"Bulu babi yang ini halal. Bahkan Bulu Babi ini memiliki gizi yang tinggi dan aman dimakan oleh masyarakat yang bisa mengolah dan membuang racunnya," kata Budi Utomo, di Kepulauan Seribu, Minggu.
"Walau pun Bulu Babi halal dan memiliki gizi yang tinggi, para penyelam yang menikmati keindahan bawah laut di Kepulauan Seribu harus menghindari kontak atau terkena bulu babi ini," katanya.
Jika tersentuh Bulu Babi, kulit akan terasa panas dan gatal hingga seminggu, bahkan bisa lebih. Hewan ini tidak menyerang dan berada di peraian yang dangkal serta selalu dekat dengan terumbu karang tempat hewan ini mencari makan.
"Kami perlu tegaskan hal ini karena bagi umat muslim, Babi termasuk salah satu larangan untuk dimakan. Umat muslim selalu menghindari hal-hal yang berbau babi. Walau Kepulauan Seribu banyak Bulu Babinya tetap halal sebagai destinasi wisata Bahari di Jakarta," katanya.
Bupati Budi Utomo mengingatkan hal ini saat menerima sekitar 30 wartawan media massa nasional bersama dengan kementerian pariwisata melakukan Pelatihan Dasar Kompetensi Diving Bagi Jurnalis di Kepulauan Seribu, 12-13 Mei 2017.
"Para wartawan yang hobi menyelam ditingkatkan kemampuan menyelamnya. Mereka dilatih oleh para mariner. Kemudian diadakan lomba foto di bawah laut. Semua ini bertujuan untuk mempromosikan wisata Bahari di Kepulauan Seribu," kata Nelly, ketua panitia yang juga wartawan Jawa Pos.
Menurut Bupati, kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Kepulauan Seribu meningkat pesat beberapa tahun belakangan ini.
Tahun 2016, jumlah kunjungan wisatawan mencapai sekitar satu juta orang, sekitar 200.000 orang merupakan turis asing dan sekitar 800.000 merupakan turis domestik.
Walaupun namanya Kepulauan Seribu tapi jumlah pulaunya hanya 110 pulau dan sekitar 55 pulau sudah dikelola oleh swasta untuk resort. Sisanya ditempati oleh masyarakat nelayan, kata Budi Utomo. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Bulu babi yang ini halal. Bahkan Bulu Babi ini memiliki gizi yang tinggi dan aman dimakan oleh masyarakat yang bisa mengolah dan membuang racunnya," kata Budi Utomo, di Kepulauan Seribu, Minggu.
"Walau pun Bulu Babi halal dan memiliki gizi yang tinggi, para penyelam yang menikmati keindahan bawah laut di Kepulauan Seribu harus menghindari kontak atau terkena bulu babi ini," katanya.
Jika tersentuh Bulu Babi, kulit akan terasa panas dan gatal hingga seminggu, bahkan bisa lebih. Hewan ini tidak menyerang dan berada di peraian yang dangkal serta selalu dekat dengan terumbu karang tempat hewan ini mencari makan.
"Kami perlu tegaskan hal ini karena bagi umat muslim, Babi termasuk salah satu larangan untuk dimakan. Umat muslim selalu menghindari hal-hal yang berbau babi. Walau Kepulauan Seribu banyak Bulu Babinya tetap halal sebagai destinasi wisata Bahari di Jakarta," katanya.
Bupati Budi Utomo mengingatkan hal ini saat menerima sekitar 30 wartawan media massa nasional bersama dengan kementerian pariwisata melakukan Pelatihan Dasar Kompetensi Diving Bagi Jurnalis di Kepulauan Seribu, 12-13 Mei 2017.
"Para wartawan yang hobi menyelam ditingkatkan kemampuan menyelamnya. Mereka dilatih oleh para mariner. Kemudian diadakan lomba foto di bawah laut. Semua ini bertujuan untuk mempromosikan wisata Bahari di Kepulauan Seribu," kata Nelly, ketua panitia yang juga wartawan Jawa Pos.
Menurut Bupati, kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Kepulauan Seribu meningkat pesat beberapa tahun belakangan ini.
Tahun 2016, jumlah kunjungan wisatawan mencapai sekitar satu juta orang, sekitar 200.000 orang merupakan turis asing dan sekitar 800.000 merupakan turis domestik.
Walaupun namanya Kepulauan Seribu tapi jumlah pulaunya hanya 110 pulau dan sekitar 55 pulau sudah dikelola oleh swasta untuk resort. Sisanya ditempati oleh masyarakat nelayan, kata Budi Utomo. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017