Jakarta (Antara Megapolitan) - Adara Relief International, lembaga sosial kemanusiaan di Indonesia yang fokus membantu urusan anak dan perempuan, mengutuk dan mengecam serangan gas kimia beracun di wilayah Idlib Suriah.

"Mengutuk dan mengecam serangan gas kimia beracun karena hal tersebut merupakan bentuk kebrutalan diluar akal sehat yang terjadi di dunia modern, yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," kata Ketua Adara Relief International, Nurjanah Hulwani dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.

Nurjanah mengajak seluruh masyarakat dunia internasional untuk menyatakan penentangan terhadap kejahatan tersebut dan pelakunya diadili di pengadilan HAM internasional.

"Kami menyerukan kepada seluruh pemimpin negara Timur Tengah agar bersatu guna menyelesaikan konflik di Suriah dan menghentikan kebiadaban tiada henti yang dilakukan oleh rezim Assad beserta para sekutunya," katanya.

Selain itu juga mengajak kaum muslimin Indonesia khususnya dan segenap bangsa Indonesia umumnya untuk turut serta mengutuk dan menentang kebiadaban rezim Assad dan yang bersamanya terhadap serangan gas kimia beracun di Suriah yang melanggar hukum internasional.

"Menggugah kepedulian segenap rakyat Indonesia terhadap kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Suriah dengan melakukan sosialisasi, penggalangan dana dan doa tulus bagi rakyat Suriah," katanya.

Berdasarkan laporan Syrian Network for Human Right (SNHR), akibat serangan udara ini 103 warga sipil terbunuh dan lebih dari 600 orang mengalami luka-luka. Sebanyak 33 anak-anak juga terbunuh dalam serangan misil yang ditembakkan melalui pesawat tempur.

Di wilayah Al Shamali yang terletak di kota Khan Sheikhoun City di provinsi Idlib bagian selatan, serangan gas beracun telah membunuh 60 warga sipil, termasuk di antaranya 11 perempuan dan 23 anak-anak.

Sebanyak 200 orang juga menderita sesak nafas akibat insiden tersebut. Di kota Salqin, provinsi Idlib di bagian barat, korban pembunuhan massal naik hingga 23 orang, termasuk 14 orang di antaranya anak-anak dan 5 orang perempuan.

Jumlah korban yang terbunuh dapat dipastikan terus bertambah karena korban yang menderita luka semakin bertambah buruk kondisinya sehingga menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

Pemerintah Indonesia mengecam dugaan penggunaan senjata kimia dalam satu serangan udara di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah, yang memakan banyak korban jiwa.

"Indonesia mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah yang memakan banyak korban termasuk anak-anak," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir.

Arrmanatha menekankan bahwa sebagai negara yang meratifikasi konvensi senjata kimia tahun 1998, Indonesia menolak penggunaan senjata kimia oleh siapapun dan untuk tujuan apapun.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera melakukan investigasi yang terbuka terhadap peristiwa serangan udara yang terjadi di Suriah itu.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga meminta PBB untuk nantinya membawa pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu ke meja hukum.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017