Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memandu latihan penembakan dengan peluncur roket ganda berukuran super besar, dan menyerukan penyempurnaan kesiapan untuk meruntuhkan ibu kota musuh dengan "alat serangan inti," kata media pemerintah, Selasa.
Sehari sebelumnya, Kim mengawasi latihan "salvo" unit artileri di wilayah barat negara itu menggunakan sistem peluncuran roket ganda 600 mm, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Militer Korea Selatan mengatakan pada Senin (18/3) bahwa pihaknya mendeteksi penembakan beberapa rudal balistik jarak pendek dari daerah dekat Pyongyang, dan rudal tersebut terbang sekitar 300 kilometer menuju Laut Timur. Para ahli mengatakan itu mungkin adalah peluncur roket ganda super besar KN-25.
Menyebut peluncur roket ganda super besar sebagai salah satu “alat serangan inti” militernya, Kim mengatakan sistem senjata tersebut memiliki peran penting dalam persiapan perang negaranya, kata KCNA.
Baca juga: Kim Jong Un pimpin latihan militer, serukan persiapan perang
“Dia mengatakan bahwa perlu untuk lebih menekankan kepada musuh-musuhnya bahwa jika terjadi konflik bersenjata dan perang, mereka tidak akan pernah bisa menghindari konsekuensi bencana,” kata laporan itu.
“Alat ofensif destruktif yang dimiliki oleh tentara kita harus lebih menyeluruh memenuhi misi mereka untuk memblokir dan menekan kemungkinan perang dengan kesiapan sempurna yang terus-menerus untuk meruntuhkan ibu kota musuh, dan struktur kekuatan militernya,” kata Kim seperti dikutip oleh KCNA, yang tampaknya mengarah pada Seoul.
Korea Utara juga melakukan uji simulasi peledakan sistem senjata semacam itu di udara pada ketinggian yang telah ditentukan di atas target, demikian Kim dalam laporan tersebut.
Baca juga: China minta semua pihak menahan diri pasca Korut berhasil luncurkan satelit mata-mata
Sistem peluncuran roket ganda super besar milik Korea Utara diklasifikasikan sebagai rudal jarak pendek yang dapat menjangkau seluruh wilayah Korea Selatan. Pyongyang mengklaim hulu ledak nuklir taktis dapat dipasang pada senjata semacam itu.
Provokasi ini terjadi ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan tahunan Freedom Shield yang berlangsung selama 11 hari hingga Kamis.
Hal ini menandai peluncuran rudal balistik kedua Korea Utara tahun ini sejak 14 Januari, ketika negara tersebut melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat yang membawa hulu ledak hipersonik.
Korea Utara menahan diri untuk tidak melakukan uji coba rudal selama latihan militer gabungan antara Seoul dan Washington. Sebaliknya, pemimpinnya Kim Jong-un memandu pelatihan militer yang melibatkan unit artileri dan tank serta pasukan terjun payung.
Baca juga: Kim Jong-un dan Vladimir Putin akan bertemu bahas kemungkinan kesepakatan senjata dan kerja sama militer
Peluncuran rudal terbaru Korea Utara itu bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Blinken tiba di Korea Selatan pada hari Minggu untuk menghadiri KTT Demokrasi ketiga yang diselenggarakan oleh Korea Selatan, sebuah pertemuan multinasional dipimpin AS yang dibentuk untuk meningkatkan solidaritas dan nilai-nilai bersama di antara negara-negara demokratis.
Pada bulan Januari, pemimpin Korea Utara menyerukan revisi konstitusi negaranya untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai “musuh utama,” dan menyusun komitmen untuk menundukkan wilayah Korea Selatan jika terjadi perang.
Sumber: Yonhap
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Sehari sebelumnya, Kim mengawasi latihan "salvo" unit artileri di wilayah barat negara itu menggunakan sistem peluncuran roket ganda 600 mm, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Militer Korea Selatan mengatakan pada Senin (18/3) bahwa pihaknya mendeteksi penembakan beberapa rudal balistik jarak pendek dari daerah dekat Pyongyang, dan rudal tersebut terbang sekitar 300 kilometer menuju Laut Timur. Para ahli mengatakan itu mungkin adalah peluncur roket ganda super besar KN-25.
Menyebut peluncur roket ganda super besar sebagai salah satu “alat serangan inti” militernya, Kim mengatakan sistem senjata tersebut memiliki peran penting dalam persiapan perang negaranya, kata KCNA.
Baca juga: Kim Jong Un pimpin latihan militer, serukan persiapan perang
“Dia mengatakan bahwa perlu untuk lebih menekankan kepada musuh-musuhnya bahwa jika terjadi konflik bersenjata dan perang, mereka tidak akan pernah bisa menghindari konsekuensi bencana,” kata laporan itu.
“Alat ofensif destruktif yang dimiliki oleh tentara kita harus lebih menyeluruh memenuhi misi mereka untuk memblokir dan menekan kemungkinan perang dengan kesiapan sempurna yang terus-menerus untuk meruntuhkan ibu kota musuh, dan struktur kekuatan militernya,” kata Kim seperti dikutip oleh KCNA, yang tampaknya mengarah pada Seoul.
Korea Utara juga melakukan uji simulasi peledakan sistem senjata semacam itu di udara pada ketinggian yang telah ditentukan di atas target, demikian Kim dalam laporan tersebut.
Baca juga: China minta semua pihak menahan diri pasca Korut berhasil luncurkan satelit mata-mata
Sistem peluncuran roket ganda super besar milik Korea Utara diklasifikasikan sebagai rudal jarak pendek yang dapat menjangkau seluruh wilayah Korea Selatan. Pyongyang mengklaim hulu ledak nuklir taktis dapat dipasang pada senjata semacam itu.
Provokasi ini terjadi ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan tahunan Freedom Shield yang berlangsung selama 11 hari hingga Kamis.
Hal ini menandai peluncuran rudal balistik kedua Korea Utara tahun ini sejak 14 Januari, ketika negara tersebut melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat yang membawa hulu ledak hipersonik.
Korea Utara menahan diri untuk tidak melakukan uji coba rudal selama latihan militer gabungan antara Seoul dan Washington. Sebaliknya, pemimpinnya Kim Jong-un memandu pelatihan militer yang melibatkan unit artileri dan tank serta pasukan terjun payung.
Baca juga: Kim Jong-un dan Vladimir Putin akan bertemu bahas kemungkinan kesepakatan senjata dan kerja sama militer
Peluncuran rudal terbaru Korea Utara itu bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Blinken tiba di Korea Selatan pada hari Minggu untuk menghadiri KTT Demokrasi ketiga yang diselenggarakan oleh Korea Selatan, sebuah pertemuan multinasional dipimpin AS yang dibentuk untuk meningkatkan solidaritas dan nilai-nilai bersama di antara negara-negara demokratis.
Pada bulan Januari, pemimpin Korea Utara menyerukan revisi konstitusi negaranya untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai “musuh utama,” dan menyusun komitmen untuk menundukkan wilayah Korea Selatan jika terjadi perang.
Sumber: Yonhap
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024