Kelompok perlawanan Palestina Hamas menerbitkan laporan 16 halaman pada Minggu menyoroti motif di balik serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober dan hubungannya dengan perjuangan Palestina, serta melawan tuduhan Israel.

Laporan tersebut yang dinamai "Narasi Kami..Operasi Badai Al-Aqsa", bertujuan membantah klaim Israel.

Operasi tersebut adalah langkah yang perlu diambil dan reaksi alami terhadap rencana Israel untuk menghilangkan perjuangan Palestina, merampas tanah, melakukan Yahudisasi di tanah Palestina, dan membangun kendali penuh atas Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci.

Operasi itu mewakili langkah strategis untuk meringankan blokade di Jalur Gaza, membebaskannya dari pendudukan Israel, memulihkan hak warga negara, meraih kemerdekaan, menentukan masa depan Palestina dan membangun negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Baca juga: PBB sebut kelaparan, rusaknya permukiman perkuat tudingan genosida oleh Israel di Gaza

Selama operasi, "beberapa kesalahan" dapat terjadi dalam pelaksanaan karena rusaknya sistem keamanan dan militer Israel, yang menyebabkan kekacauan di sepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza, kata laporan itu.

“Seperti yang dibuktikan banyak orang, Gerakan Hamas memperlakukan semua warga sipil yang ditahan di Gaza secara positif dan baik hati, dan berusaha membebaskan mereka sejak awal agresi." bunyi laporan itu

"Hal itulah yang kam lakukan selama gencatan senjata kemanusiaan seminggu di mana warga sipil tersebut dibebaskan dengan imbalan pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel,” lanjut laporan tersebut.

Mengenai tuduhan menargetkan warga sipil Israel selama Operasi Badai Al-Aqsa, laporan itu menyoroti bahwa kelompok itu menghindari menargetkan warga sipil, terutama wanita, anak-anak dan orang tua, yang merupakan kewajiban moral dan agama anggota Hamas.

 

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024