Bekasi (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengakui seluruh proyek kolam retensi atau tandon yang dibangun sejak 2015 hingga 2016 di wilayah ini belum berfungsi optimal menampung curah hujan.
"Kita akan evaluasi lagi kolam retensi ini, karena hampir semuanya meluap karena tidak mampu menampung air hujan dan limpasan sungai," katanya di Bekasi, Senin.
Menurut dia, kondisi itu nampak pada saat banjir melanda 14 perumahan warga sejak Minggu (19/2) hingga Senin (20/2) siang.
Menurut dia, hampir seluruh kawasan banjir di Kota Bekasi telah dilengkapi dengan kolam retensi, namun sebagian besar masih dilanda banjir dengan ketinggian 15 centimeter hingga 1,3 meter.
"Memang proyek kolam retensi ini belum semuanya rampung 100 persen. Tahun ini masih kita perbaiki mekanisme kerjanya," katanya.
Rahmat menduga belum berfungsinya kolam retensi itu diakibatkan sistem pompanisasi yang kurang baik.
"Pompanya harus dievaluasi lagi, sehingga air masuk (kolam retensi) bisa diarahkan pembuangannya ke saluran yang mampu menampung air," katanya.
Dikatakan Rahmat, proyek kolam retensi senilai puluhan miliar rupiah itu telah dilengkapi dengan saluran pembuangan berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pada 2016.
"Outlet (saluran pembuangan air) sudah semunya siap, tapi masih saja belum sanggup menampung curah hujan yang tinggi," katanya.
Sementara itu di Kota Bekasi sudah terbangun sejumlah kolam retensi di antaranya Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu, Perumahan Grand Galaxy Kecamatan Jatiasih, Perumahan Pondok Hijau Kecamatan Rawalumbu dan Kompleks Dosen IKIP.
Rahmat mengatakan, proyek kolam retensi tersebut saat ini masih dihadapkan dengan persoalan lain yang diduga memicu keterbatasan daya tampung volume air.
Persoalan yang dimaksud di antaranya sumbatan sedimentasi lumpur pada bagian saluran pembuangan dan saluran air gorong-gorong yang ada di bawah lintasan Tol Jakarta-Cikampek.
Keberadaan saluran air di bawah lintasan tol, kata dia, sulit dilakukan normalisasi karena menyangkut kepentingan pengendara tol sehingga proses perizinan dan mahalnya biaya sulit ditempuh pihaknya.
"Namun kami tetap berupaya menambah lagi kolam retensi agar kapasitas tampung air bisa lebih besar lagi," demikian Rahmat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Kita akan evaluasi lagi kolam retensi ini, karena hampir semuanya meluap karena tidak mampu menampung air hujan dan limpasan sungai," katanya di Bekasi, Senin.
Menurut dia, kondisi itu nampak pada saat banjir melanda 14 perumahan warga sejak Minggu (19/2) hingga Senin (20/2) siang.
Menurut dia, hampir seluruh kawasan banjir di Kota Bekasi telah dilengkapi dengan kolam retensi, namun sebagian besar masih dilanda banjir dengan ketinggian 15 centimeter hingga 1,3 meter.
"Memang proyek kolam retensi ini belum semuanya rampung 100 persen. Tahun ini masih kita perbaiki mekanisme kerjanya," katanya.
Rahmat menduga belum berfungsinya kolam retensi itu diakibatkan sistem pompanisasi yang kurang baik.
"Pompanya harus dievaluasi lagi, sehingga air masuk (kolam retensi) bisa diarahkan pembuangannya ke saluran yang mampu menampung air," katanya.
Dikatakan Rahmat, proyek kolam retensi senilai puluhan miliar rupiah itu telah dilengkapi dengan saluran pembuangan berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pada 2016.
"Outlet (saluran pembuangan air) sudah semunya siap, tapi masih saja belum sanggup menampung curah hujan yang tinggi," katanya.
Sementara itu di Kota Bekasi sudah terbangun sejumlah kolam retensi di antaranya Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu, Perumahan Grand Galaxy Kecamatan Jatiasih, Perumahan Pondok Hijau Kecamatan Rawalumbu dan Kompleks Dosen IKIP.
Rahmat mengatakan, proyek kolam retensi tersebut saat ini masih dihadapkan dengan persoalan lain yang diduga memicu keterbatasan daya tampung volume air.
Persoalan yang dimaksud di antaranya sumbatan sedimentasi lumpur pada bagian saluran pembuangan dan saluran air gorong-gorong yang ada di bawah lintasan Tol Jakarta-Cikampek.
Keberadaan saluran air di bawah lintasan tol, kata dia, sulit dilakukan normalisasi karena menyangkut kepentingan pengendara tol sehingga proses perizinan dan mahalnya biaya sulit ditempuh pihaknya.
"Namun kami tetap berupaya menambah lagi kolam retensi agar kapasitas tampung air bisa lebih besar lagi," demikian Rahmat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017