Makassar (Antara Megapolitan)- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) siap memotong tunjangan para profesor yang tidak inovatif atau kurang memperkenalkan dan mempublikasikan hasil karyanya setahun kedepan.

Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA di Makassar, Kamis, menyatakan penegasan itu disampaikan Menristek Mohammad Nasir saat hadir dan meresmikan secara langsung kampus itu sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), 16 Januari 2017.

"Meristek Muhammad Nasir menyatakan siap menagih para guru besar agar tiap tahun menghasilkan publikasi ilmiah. Jika tidak, tunjangan kehormatannya akan ditinjau kembali,"katanya.

Menristek menyampaikan itu menyikapi masih rendahnya publikasi internasional PTN di Indonesia oleh para profesor.

Khusus untuk Universitas Hasanudn sendiri, dirinya juga diharapkan bisa mendesak para dekan menghasilkan publikasi kedepan.

Untuk capaian Unhas dengan 1.041 publikasi internasional merupakan suatu yang sudah luar biasa. Sebab syarat publikasi bagi PTN itu 700 hingga 1.600 untuk publikasi internasional.

Pada tahun 2014 publikasi internasional di Indonesia 4.550, tahun 2015 mencapai 5.450. Jumlah itu masih begitu jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia yang memiliki publikasi internasional 24.000.

Begitupun dengan Singapura kini turun dari 18.000 menjadi 17.000. Taiwan 12.000. Target Indonesia adalah 6.220 publikasi. Namun akibat perbaikan regulasi, kata Menteri, pada tahun 2016 tercatat 9.889  dan sekarang naik menjadi 10.504 per Januari 2017.

Sebenarnya dengan jumlah profesor di Indonesia yang 6.000 orang dan lektor kepala 28.000 sampai 31.000 orang, maka Indonesia bisa menghasilkan 34.000 publikasi jika setiap mereka menghasilkan satu publikasi per tahun.

Selain itu, Menristek Dikti Mohammad Nasir dalam kunjungannya ke Unhas beberapa waktu lalu menyatakan Unhas merupakan PTN ke-11 yang sudah berbadan hukum dan menjadi satu-satunya PTN berbana hukum yang berada di Kawasan Timur Indonesia.

Adapun 10 PTNBH yang lebih dulu diresmikan yakni Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Selanjutnya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, serta Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Unhas khususnya, kata dia, setelah resmi menjadi PTNBH tentu akan semakin didorong agar bisa masuk sebagai perguruan tinggi kelas dunia. Untuk itu, status ini, diharapkan bisa dipertanggng jawabkan tentu melalui dukungan seluruh civitas akademika.

Pewarta: Abd Kadir

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017