Bogor (Antara Megapolitan) - Pribahasa Sunda menghiasi Tepas Salapan Lawang yakni ikon baru Kota Bogor, Jawa Barat yang merupakan program Kota Pusaka yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Budayawan Bogor, Ace Sumanta, menjelaskan kepada Antara di Bogor Jumat, "Di Nu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seja Ayeuna Sampeureun Jaga" adalah Uga atau Ageman atau disebut pribahasa yang menggunakan bahasa asli (lokal) Sunda.

"Orang Sunda kaya budaya, aksara, dan juga uga yang mengandung nilai falsafah kehidupan," kata Ace.

Pribahasa Sunda tersebut terpahat dengan huruf tembaga di atas 10 pilar yang berdiri kokoh di samping Tugu Kujang, Jl Oto Iskandar Dinata yang diberi nama Tepas Salapan Lawang.

Menurut rencana, Pemerintah Kota Bogor akan meresmikan Tepas Salapan Lawang pada awal Desember mendatang. Ikon 10 pilar tersebut merupakan salah satu dari dua proyek pembangunan Kota Pusaka yang diselenggarakan Kemen PU-Pera.

Lebih lanjut Ace menjelaskan, dahulu raja-raja Sunda senantiasa melahirkan kalimat-kalimat bijak yang memiliki nilai penting. Termasuk Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Sarat dengan ikon, sarat dengan pepatah yang mengandung nilai dan aturan.

"Sejarah Sunda bukan hanya dari buku kuno urang Sunda, Sang Hyang Siksa Kanda Ng Karesian," katanya.

Ia mengatakan, makna yang tersirat dari pribahasa Sunda "Di Nu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seja Ayeuna Sampeureun Jaga" adalah segala hal di masa kini adalah pusaka masa silam, dan ikhtiar hari ini adalah untuk masa depan.

Sebagai budayawan, lanjut Ace, kehadiran Tepa Salapan Lawang sesuai dengan Peraturan Wali Kota Nomor 17 Tahun 2015 tentang kota pusaka, sangat positif untuk menggugah rasa dalam substansi makna silih asih, silih asah, silih asuh.

"Pemerintah Kota Bogor sedang menata Kota Pusaka, sedangkan menata kota pusaka tentu saja sangat wajar dapat program kepusakaan dari Kemen PU-Pera," katanya.

Menurut Ace, dirinya sangat bersyukur program tersebut ada, sebagai implementasi yang selama ini diharapkan sebagai bangunan yang menjadi ikon baru Kota Bogor yang dapat dinikmati warga.

"Bangunan ini tidak terlepas daris sejarah masa lalu orang tua kita, inohong serta Raja Pajajaran bisa diaktualisasikan dengan norma kehidupan saat ini," katanya.

Ace menjelaskan, Tepas Salapan Lawang terdapat 10 tiang (pilar) sangat jelas melambangkan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam Bahasa Sunda, 10 disebut Dasakreta. Terdapat 10 nilai dan perbuatan yang membahagiakan jika sesuai aturan, dan bisa mencelakakan jika tidak sesuai dengan aturan.

"Sang Prabu Siliwangi pernah menyebutkan `Aku memasuki salapan (sembilan) lawang, dan keluar ke tujuh lawang" Suatu pribahasa atau ucapan Raya yang bijaksana, yang menyuruh kita untuk mempelajari diri, orang lain dan lingkungan," katanya.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebutkan, kehadiran Tepas Salapan Lawang (tugu sembilan gerbang) akan memperkuat simbol Tugu Kujang sebagai ikon Kota Bogor.

Bima mengatakan, memperkuat jati diri Bogor sebagai Kota Pusaka, merupakan salah satu dari tiga konsep utama arah pembangunan kota yang telah dirancang oleh pemerintah kota.

Tepas Salapan Lawang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui program kota pusaka. Terdapat dua bangunan yang dibangun di Kota Bogor yakni Lawang Suryakencana, yang menjadi ikon kawasan Pecinan di kota tersebut.

"Pemerintah Kota Bogor sudah membuat zonasi di pusat kota, dengan membatasi bangunan-bangunan yang mengurangi estetika sebagai Kota Pusaka," katanya.

Tepas Salapan Lawang berupa 10 pilar mereplikasi pilar dari Istana Bogor, dengan atap plang sebagai media semboyan, dilengkapi dua buah gazebo model gazebo Rafflesia di Kebun Raya Bogor dan pelataran berupa plaza.

Pembangunan Tepas Salapan Lawang yang akan menjadi Plaza Tugu Kujang memperkuat dan memperindah kawasan Tugu Kujang yang menjadi simbol Kota Bogor, memperkuat Bogor sebagai Kota Pusaka.

Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Bappeda Kota Bogor, Naufal Isnaini menyebutkan, Tepas Salapan Lawang dibangun sebagai aksesoris yang akan mempercantik wajah Kota Hujan.

"Tidak hanya itu, fungsi Tepas Salapan Lawang juga sebagai ruang publik dan tempat masyarakat untuk berekspresi," katanya.

Naufal menyebutkan, pada pilar Tepas Salapan Lawang ada plang yang menjadi media semboyan Kota Bogor yang bertuliskan "Di Nu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seujak Ayeuna Sampereunjaga" (apa yang kita nikmati hari ini adalah warisan pendahulu, dan apa yang kita nikmati sekarang akan diwarisi untuk generasi berkutnya).

Ia menambahkan, pembangunan Plaza Tugu Kujang merupakan program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang menjadi prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

"Kota Bogor merupakan salah satu dari 10 kota di Indonesia yang menjadi prioritas program P3KP," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016